11

12.3K 850 14
                                    

Arga POV

"Saya tau apa yang Zahid lakukan sulit untuk dimaafkan, tapi bisa kita tetap menjadi teman seperti dulu?" tanya ku pada Satria yang kini duduk didepanku dengan segelas kopi hitamnya.

Aku yang tengah ada kunjungan ke Surabaya, memutuskan untuk mendatangi rumah Satria.

"Ya ampun ga, tegang banget lo. Santai aja lah." jawabnya ketika ia selesai menyeruput minumannya.

Aku terdiam bingung melihat reaksi Satria. Saat baru pertama bertemu tadi ia terlihat diam, tidak seperti biasanya. Aku kira dia marah, tapi kenapa sekarang dia balik seperti biasanya? Apa dikopinya ada yang salah?

"Yaudahlah ya, namanya juga anak muda. Belom bisa ngontrol emosinya. Ya gue emosi sih waktu pertama tau masalahnya, tapi yaudahlah kek ga pernah muda aja kita."

Aku masih terdiam mendengar jawaban Satria yang terlihat begitu santai, "Kamu, maafin Zahid?"

"Ya kenapa nggak, lagian itu cuma salah paham aja kan. Nggak mungkin lah cuma gara-gara ini gue benci sama keluarga lo. Harusnya keluarga lo yang benci sama keluarga gue, gara-gara kejadian wak-"

"Sat, itu bukan salah Nana. Itu musibah, please gausah ungkit itu lagi." Potongku saat Satria mengungkit perihal kejadian dulu

"Ya makanya, kenapa juga gue harus benci sama keluarga lo."

"Zahid udah minta maaf ke keluarga kamu?" Tanya ku yang dijawab anggukan oleh Satria.

"Bahkan sekarang dia tiap hari nelpon gue mulu, berasa nggak kesepian gue."

"Kalau minta maaf ke Nana?"

"Oh itu sih gue gatau, Nana gaada cerita apa-apa sih. Istri gue juga tiap laporan gaada ngomongin itu "

Aku mengangguk pelan mendengar jawaban Satria, "Nana, beneran mau dinikahin sama yang istri lo jodohin?" Tanya ku pada Satria yang sebenarnya merupakan pertanyaan titipan Sasi.

"Tumben banget lo kepo, kerjaan si Kia kan ini? Gatau deh gue, Nana sih minta buat diundur nikahannya."

"Calon suaminya mau nikahannya diundur?" Tanya ku lagi sambil menatap lekat Satria.

"Jangan ngeliatin gue gitu banget dong, serem lo. Bara sih oke aja, biar ada waktu kenalan juga katanya. Lo kepo dari diri sendiri apa dipaksa Kia, sih?"

"Ehm, ya mau tau aja." Jawab ku sambil menyesap kopi hitam didepan ku.

"Tumben banget lo kepo masalah ginian." Gumam Satria yang masih bisa ku dengar.
-
"Bye Zayn, jangan bandel ya didalam." Ucapku saat mengantarkan Zayn ke sekolahnya.

"Bye kakak! Nanti jangan lupa jemput aku, ya." Jawabnya sambil melambaikan tangannya bersemangat.

Aku tersenyum sambil membalas lambaian tangannya. Setelah memutuskan untuk berhenti dari dunia entertain, aku kini memilih untuk membuka agensi modelling sendiri. Ica keluar dari agensi lama ku & memutuskan untuk ikut bekerja bersamaku lagi. Nurul bahkan ku rekrut untuk menjadi stylish di agensi ku.

Bang Bara
Sayang, bisa mampir ke kantor aku bentar ga? Mamah nitip sarapan buat kamu.

Karenina Ayudia
Oke.

Aku mengubah haluan ku menjadi ke kantor bang Bara. Sejujurnya, hingga saat ini aku belum bisa memandang bang Bara selayaknya aku memandang bang Zahid. Kondisi ku yang sempat down, ku jadikan alasan untuk memutus perjodohan ini. Namun bang Bara bersikeras untuk mempertahankannya dan mengusulkan untuk mengundur saja daripada harus dibatalkan.

SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang