26

12.3K 870 12
                                    

"Hmm aku mencium ada aroma para bucin yang menyakitkan hidung ini." Ujar sebuah suara dari arah belakang saat orang tersebut baru saja memasuki mobil ini. Aku tak ku perdulikan ocehan manusia aneh tersebut & tetap menatap serta mengenggam tangan kiri mas Zahid.

"Yailah na, bisa kali lepasin dulu tangan si Zahid. Gue masih belum kawin ni, gue gamau ya mati konyol cuma gara-gara si Zahid nyetir pake satu tangan aja. Lo juga hid, lo kan polisi tau aturan tapi malah ngelanggar." Cerocos manusia tak jelas tersebut panjang lebar yang membuat ku menyesal menyetujui perintah mami untuk menjemputnya.

Aku berdecak sebal dan memberikan balasan pada orang tersebut. Yang tak lain dan tak bukan adalah kembaran calon suami tersayang ku, "Makanya buruan sono cari bini! Mending lo diem aja deh, jangan ganggu kebahagiaan kita kalau gamau kita turunin ditengah tol."

"Ih parah banget lo, kaga gue kasih restu baru nyaho klean bedua. Awas aja ya, gue aduin mami." Ancam bang Mada yang tak membuat ku takut sama sekali. Aku hanya memeletkan lidah ku & kembali melakukan rutinitas ku memandangi mas Zahid.

"Kenapa sih sayang? Muka aku ada kotorannya?" Tanya mas Zahid yang membuat ku menggelengkan kepala ku seraya tersenyum semanis mungkin karena masih tidak percaya bahwa hari ini akhirnya tiba juga.

"Idih sayang doi kata, gelay banget gue dengernya. Brr, mending gue tidur bae lah daripada denger drama tu orang bedua." Ucap bang Mada yang membuat ku menoleh padanya menunjukkan wajah kesal maksimal.

Heran banget kenapa bang Mada bisa-bisanya punya sifat yang nyebelin + nggak banget gitu, beda sama mas Zahid yang berkelas luar dalem. Kasian banget sih ntar yang jadi bininya doi, mikirnya aja gue dah merinding.

"Hei, kok malah ngelamun sambil cemberut gitu sih. Ada masalah?" Tanya mas Zahid yang kentara sekali menunjukkan wajah khawatirnya.

Aku menggeleng sembari tersenyum, "Nggak ada kok mas, cuma heran aja kenapa kamu bisa kembaran sama manusia gaje dibelakang itu." Jawab ku sembari kembali menoleh kearah kursi belakang.

"Ekhem, gue denger ya."

Aku hanya mendumel saat mengetahui bahwa bang Mada merespon ucaoan ju barusan. Bukannya menjawab, mas Zahid hanya tertawa saja sambil mengelus kepala ku, "Udahlah gausah urusin dia, sayang kan tau dia rada-rada orangnya."

Bang Mada yang awalnya memejamkan matanya seketika terduduk tegak & menampilkan wajah bingung campur emosinya saat mendengar ucapan mas Zahid, "Ada gilanya ya lo bedua, ngomongin orang didepan orangnya langsung."

Sebenarnya penjemputan bang Mada dilakukan secara dadakan. Mas Zahid yang sengaja datang pagi kerumah ku untuk mengajak sarapan tiba-tiba mendapat perintah dari kanjeng mami untuk menjemput kembarannya. Emang dasarnya manja, tiap landing di Jakarta selalu minta jemput & tidak mau naik taksi atau mobil perusahaan nya. Makanya saat menjemput bayi besar ini aku menolak saat diajak turun mas Zahid, kenapa?

 Makanya saat menjemput bayi besar ini aku menolak saat diajak turun mas Zahid, kenapa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang