"Jangan-jangan lo lagi hamil, ren?!" Ucap Icha seusai mendengar cerita ku & membuat kami berdua sama-sama kaget.
"Ah ngaco banget lo, gue nggak mual muntah gitu kok."
Icha berdecak kesal, "Dih, kakak gue waktu hamil juga kagak mual muntah."
Aku terdiam mendengar penturan Icha dan tanpa sadar mengelus perut ku pelan.
"Ih gue beliin testpack ya di apotik depan, ikutan penasaran gue." Tanpa menunggu jawaban ku, Icha keluar dari ruangan ku & menghilang dibalik pintu. Sebenarnya aku ragu kalau aku sedang hamil karena payudara ku terasa sakit yang menandakan aku akan segera mendapatkan tamu bulanan ku.
15 menit kemudian Icha kembali dengan berseri-seri sambil menyuruh ku mengecek saat itu juga, "Bukannya ngecek ginian kalo pagi aja, cha?"
"Duh sama aja nggak ada pengaruh mau lo cek kapan, udah buru lo cek sana."
Setelah beberapa lama aku mencelos melihat hasil yang ditampilkan oleh alat yang ada ditangan ku. Aku keluar dari wc dengan muka pias, "Gimana ren?! Positif?! Gausah sok melas deh lo, akting lo jelek tau."
Icha yang awalnya sangat bersemangat tiba-tiba diam saat aku menunjukkan hasil dari alat tes kehamilan tersebut.
"Sorry ren, tapi cerita lo itu sama banget kayak kakak gue. Gue beliin merk lain aja kali ya, tadi gue beli satu aja soalnya terlalu excited." Aku mencegah Icha yang ingin kembali membeli alat tes kehamilan lainnya.
"Nggak usa, cha. Tolong lo handle sisa kerjaan gue ya, gue mau balik dulu."
Tidak langaung menjalankan mobil ku, aku masih termenung memikirkan hasil dari tes kehamilan tadi. Melihat jam yang masih menunjukkan jam kerja ku, aku memutuskan untuk menyegarkan pikiran ku ke mall yang ada didekat kantor ku karena tidak ingin menimbulkan kecurigaan.
Aku yang biasanya sangat bersemangat ketika memasuki pelataran mall, kini terhenti tiba-tiba karena merasa tidak mood. Setelah memutari Jakarta tanpa arah, aku menjalankan mobil ku hingga ke Bandung karena tiba-tiba ingin merasakan hawa sejuk kota kembang tersebut.
Tidak tau ingin kemana, aku membooking kamar disebuah hotel yang ada ditengah kota. Hingga sore aku hanya berbaring ditemani makanan dari sekitaran hotel yang ku beli melalui aplikasi ojek online. Melihat iklan yang ditayangkan di tv membuat ku teringat handphone ku yang lowbat. Sialnya aku tidak membawa charger & powerbank ku kehabisan daya juga. Tanpa rasa malu aku meminjam charger milik salah seorang pegawai hotel ini dan buru-buru ku charge handphone ku.
"Mati gue." ucap ku spontan saat melihat pop up chat serta panggilan tak terjawab dari semua orang.
Menarik nafas dalam, aku menyiapkan mental untuk menelfon mas Zahid.
"Halo mas? Maa-" aku memejamkan mata ku, baru mengucapkan halo saja sudah disemprot begini.
"Kamu dimana na?! Kenapa saya telfon nggak diangkat?! Kata Icha kamu udah balik dari pagi, kenapa sampe sekarang belum pulang?! Handphone kamu juga kenapa mati?!" nah setelah ngegas sekarang engap si bapak.
"Mas, jangan ngegas terus inget umur. Dengerin baik-baik & jangan motong aku ngomong ya. Aku di Bandung, ak-" aku menahan emosi ku saat
"Kamu ngapain di Bandung, yang?! Sama siapa kamu disana?! Kamu ba-"
"Mas! Udah dibilangin jangan dipotong juga. Aku sendirian disini & aku juga bingung kenapa bisa nyampe Bandung."
Terdengar helaan nafas panjang mas Zahid, "Dimana kamu sekarang? Saya susul."
"Nggak usah lah, emm nanti jam 9 aku balik."
Aku mengernyitkan kening ku saat tak juga mendengar jawaban mas Zahid, "Mas? Halo? Masih nyambung kok, kok gaada suaranya ya? Mas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower
RandomKarenina Ayudia, perempuan ceria nan rupawan yang merasakan jatuh cinta pandangan pertama pada Muhammad Laksamana Zahid yang merupakan anak teman ayahnya. Namun membuat hati Zahid luluh merupakan hal tersulit bagi Nana, bahkan mengalahkan soal ujian...