Zahid POV
Aku berlari secepat mungkin kedalam rumah setelah mendengar teriakan mami dengan diikuti oleh anggota ku.
"Kenapa mi?!" Tanya ku panik saat melihat mami & Nana sedang menangis bersama.
"Ayo buruan bawa Nana ke rumah sakit, bang!" Jawab mami panik yang membuat ku semakin panik.
Tanpa bertanya lagi aku segera menggendong Nana ke mobil yang belum sempat ku masukkan. Para anggota ku yang harusnya sudah bisa beristirahat, ku mintai tolong untuk mengawal ku kerumah sakit.
Aku benci menggunakan kekuasaan jabatan papi untuk hal-hal pribadi, namun situasi ini membuat ku terpaksan untuk menggunakannya.
Nana yang tadi menangis bersama mami sekarang hanya menyisakan isakannya saja.
"Are u okay, sayang?"
Nana mengangguk dan menyenderkan tubuhnya padaku, "Im okay, mas. Aku juga gatau kenapa mami tiba-tiba histeris gitu. Karna mami nangis, aku ikutan nangis juga."
Aku terdiam mendengar penjelasan Nana, mau marah tapi sayang. Aku membelai kepala Nana yang bersandar padaku untuk meredam emosi ku.
"Hmm kamu harum banget mas, ganti parfum ya?"
Aku mengernyitkan dahi ku bingung mendengar ucapan Nana, perasaan aku belum mandi dari kemaren.
"Mas belom mandi dari kemaren, sayang."
"Ih boong ya! Harum bangettt, aku suka." Nana semakin menempel pada ku yang membuat ku tak enak pada salah satu anggota ku yang sedang duduk disamping supir.
Kurang dari 20 menit, kami akhirnya sampai dirumah sakit yang dikelola oleh keluarga Nana. Segera igd menjadi heboh karena kedatangan beberapa personil polisi ditambah kehebohan mami.
"Ayo cepat panggilkan dokter nya, sekalian manajemen rumah sakit ini sekarang!" aku hanya menahan malu saat mendengar mami berkata demikian.
"Mi, udah deh nggak usah berlebihan." aku mencoba menenangkan mami yang masih saja berteriak heboh meminta untuk memanggilkan manajemen rs ini.
"Udah deh kamu diem aja bang! Nana harus dirawat sebaik mungkin ya, dia kan mantu kesayangan mami." bukannya tenang, yang ada mami malah makin menjadi.
"Ibu mohon maaf, untuk tidak ribut & tolong hanya satu penunggu saja yang diperbolehkan menunggu diruang igd ini."
"Maaf ya mba." Aku langsung mendorong paksa mami untuk keluar dari igd. Mami masih saja mengomel tak terima saat sudah berada diluar. Tak ingin meninggalkan Nana sendirian didalam, aku segera masuk kembali ke dalam igd.
"Bapak wali pasien?" Tanya seorang dokter jaga yang terlihat sangat mengantuk.
"Iya, saya suaminya."
"Baik, istri bapak perlu dirawat ya pak. Sepertinya istri bapak tengah mengandung & kami perlu untuk mengobservasi hal tersebut."
Aku terdiam saat mendengar kata-kata dokter barusan, "Istri saya hamil, dok?" tanya ku terbata.
"Sepertinya begitu pak. Untuk valid tidaknya, nanti akan dijelaskan oleh dokter kandungan. Saya permisi dulu pak ya, untuk masalah administrasi nanti akan dijelaskan oleh perawat."
Setelah dokter itu berlalu, aku kembali menuju ranjang yang tengah ditempati Nana. Terlihat Nana yang tengah tertidur pulas. Ku usap pelan perutnya yang baru ku sadari sedikit membuncit dan tanpa sadar air mata ku menetes.
"Semoga kali ini usaha kami berhasil, Ya Allah." ucap ku berulang kali sembari menggenggam erat tangan Nana.
Gorden penyekat yang tadi sempat ku tutup tiba-tiba terbuka dan menampilkan beberapa orang dengan jas dokter serta seorang staff manajemen dari rumah sakit ini yang ku ketahui sering menemui bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower
RandomKarenina Ayudia, perempuan ceria nan rupawan yang merasakan jatuh cinta pandangan pertama pada Muhammad Laksamana Zahid yang merupakan anak teman ayahnya. Namun membuat hati Zahid luluh merupakan hal tersulit bagi Nana, bahkan mengalahkan soal ujian...