Irene sontak menghentikan tawanya. Sorot matanya menatap tajam pada perempuan setinggi kurang dari 150 centi yang tersenyum percaya diri padanya. Aura ketidaksukaan terpancar nyata diwajah Irene."Saya kebetulan sedang ada janji dengan teman disini.... ehh gak disangka tante juga ada disini.... udah lama juga ya kita gak ketemu tan.... tante apa kabarnya... ihh pengen deh ngobrol sebentar sama tante..." cerocos Devina tebal muka.
"Apa kamu tidak bisa melihat saya sedang ada pertemuan...?!" Dengus Irene dengan mata mendelik dan senyum sinis diujung bibir.
"Ohh... iya tan, pas banget ya ?! kalau gitu kita ngobrol disini aja ya tan... kalau atur jadwal susah deh ketemuannya.... kan tantenya sibuk saya juga sibuk.... ihh kangen banget nih sama tante..." ujar Devina sambil mengangkat tangan kirinya setinggi dada dan memainkan cincin bermata besar segi empat dijari manisnya.
Wajah Irene langsung memerah marah saat melirik cincin yang dikenakan Devina. Dia hafal betul dengan cincin itu. Cincin itu adalah cincin kesayangannya pemberian ibunya yang beberapa waktu lalu dititipkannya pada Mike untuk diberikan pada Corina sebagai hadiah atas kehamilannya. Tapi ternyata malah diberikan pada gundiknya yang tak tau malu itu. Dada Irene terasa sesak menahan amarah. Tapi dia juga tak mungkin memuntahkan amarahnya saat itu karena teman-teman sosialitanya akan menjadikannya santapan lezat pergunjingan. Walaupun sebenarnya dibelakangnya mereka telah lama menjadikannya bahan pergunjingan karena ketidakbecusannya mengendalikan Mike yang tak henti-hentinya membuat masalah dan mempermalukan dirinya.
"Siapa Ren..?!"tegur Nyonya Aneke si lebah gossip tanpa menoleh pada Irene. Tatapannya penuh selidik pada sosok wanita mungil berambut hitam panjang yang ditata bergelombang yang telah sukses membuat Irene si Nyonya perfect gelisah dengan kehadirannya. Wanita itu setidaknya berusia tidak kurang dari 45 tahun tapi penampilannya memaksakan tampak 20an tahun. Aneke tersenyum mencemooh saat matanya bertubrukan dengan Devina. Dia sudah sangat sering melihat wanita-wanita "krisis aging" sepertinya. Menolak tua lalu bergaya mengimbangi anak remajanya supaya dibilang kakak adik dengan anak perempuannya atau supaya dibilang punya gebetan berondong saat berjalan dengan anak lelakinya. Wanita-wanita seperti mereka suka tak tau diri dalam berdandan. Seperti halnya wanita berkaki pendek didepannya sekarang. Ditengah cuaca dingin karena banjir dan hujan deras yang baru saja mengguyur Jakarta. Dia malah berkeliaran mengenakan hot pan dipadukan kemeja putih transparan yang kedua kancing atasnya dibiarkan terbuka sehingga sebagian puyudaranya terlihat jelas. Beberapa aki-aki bau tanah yang duduk semeja dengan mereka bersuit-suit usil padanya. Tampak jelas dia menikmati godaan iseng para lelaki yang bahkan sebagian dari mereka juniornya sudah tidak bisa ereksi lagi itu.
"Aku tidak tau kau punya keponakan seperti ini..." desis Aneke. Sorot matanya menatap geli kearah gelang-gelang tali warna warni dan gelang biji-bijian yang menumpuk ditangan kanan Devina. Dia teringat cucu perempuannya yang masih kuliah, dia juga sangat gemar memakai gelang-gelang absurd seperti itu dari pada gelang emas atau berlian yang lebih elegan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC (END)
RomanceWARNING! 21+ [konten dewasa] DARK ROMANCE.ACTION.THRILLER Corina baru saja memulai karir memasak profesionalnya sebagai assistant chef disebuah restoran ternama di Singapura ketika mamanya memintanya kembali ke Jakarta. Sebuah pilihan berat yang me...