Part 45

836 52 4
                                    



Hola,
FOLLOW, VOTE and COMMENT ya❣️






"Selamat pagi non Cori...." sapa Bi Halimah tersenyum sumringah saat melihat Corina berjalan kemeja makan yang sedang ditatanya. Semangkuk nasi goreng beraroma kari diletakkannya ditengah meja melengkapi hidangan yang telah tertata apik disana.

"Pagi Bi..." balas Corina tersenyum manis.

"Silahkan duduk disini non, saya sudah menyiapkan susu hangat dan roti bakar selai sri kaya kesukaan non Cori...." ujar Bi Halimah menggeser kursi untuk Corina.

Corina mengangguk dan duduk dikursi yang dipilihkan Bi Halimah.

"Untuk makan siang nanti apa non Cori ingin dibuatkan sesuatu....?" tanya Bi Halimah berdiri takzim disamping Corina.

Corina berfikir sejenak lalu menggeleng pelan.

"Gak ada Bi. Terserah Bi Halimah aja..."
jawabnya balik menatap Bi Halimah yang sedari tadi disadarinya menatapnya aneh.

"Baik non..." ujar Bi Halimah buru-buru menunduk dan menyibukkan diri dengan merapikan meja.

"Bi....." panggil Corina dengan menyentuh pelan tangannya.

"Y,ya non...." sahut Bi Halimah terkejut.

"Sini duduk, sekalian sarapan bareng saya..." ajaknya lembut.

"Maaf non, saya sudah sarapan tadi dan saya masih banyak pekerjaan..." tolaknya halus.

"Gak pa pa Bi, nanti Bi Halimah saya bantuin kok menyelesaikan pekerjaannya... ayo, duduk disebelah saya Bi, santai aja, Jouvan gak akan marah.... saya yang tanggung jawab."

"Tapi saya benar-benar sudah sarapan tadi non....dan saya masih kenyang..." elak Bi Halimah sungkan.

"Kalau begitu Bi Halimah temani saya sarapan saja....saya bosan dan kesepian Bi..." ujar Corina menatap sendu dan penuh harap pada Bi Halimah.

Bi Halimah menghela nafasnya sambil menggelang-gelengkan kepala tak berdaya dengan rayuan Corina.

"Sejak kecil non Cori memang paling pintar merayu...." erangnya dengan mimik nano-nano dan mengambil duduk disamping Corina.

Corina menanggapinya dengan cengiran kuda. Detik selanjutnya dia mulai mengunyah sarapannya dengan lahap.

"Hmm....mantap banget sarapannya Bi ! UEnaaaaaakkk buanget ...! Wah aku bisa nambah-nambah nih...!" celetuknya tertawa lepas.

"Tentu saja uenak! non memang selalu suka roti bakar selai sri kaya buatan saya...!"sahut Bi Halimah terkikik geli membayangkan saat kecil Corina mengendap-endap kekamarnya dan merengek manja minta dibuatkan roti bakar selai sri kaya favoritnya itu.

"Maaf kalau aku dulu selalu menyusahkan Bi Halimah ya..." ujar Corina meremas tangan Bi Halimah.

"Nggak kok non. Itu ndak benar. Non Cori dan den Jouvan sejak dulu adalah kesayangan saya. Saya selalu bangga bisa melayani kalian berdua dengan tangan saya sendiri..." sahutnya balik meremas tangan Corina.

Mata tuanya menerawang jauh kemasa pubertas keduanya. Saat dimana anak majikan kesayangannya yang pendiam dan pemurung sejak kematian ibunya itu pertama kali jatuh cinta pada anak tetangga depan rumah mereka yang super cantik dan periang. Sejak mengenalnya Jouvan selalu antusias pada semua hal tentang Corina. Dan Bi Halimah lah orang yang dipercayanya untuk mencari tau semua informasi tentang Corina.

Sebelum almarhumah ibunya meninggal Jouvan memang telah lebih dekat dengan Bi Halimah ketimbang ibunya yang selalu disibukkan dengan Jacub yang sakit-sakitan. Dia selalu bisa gamblang menceritakan apa saja pada Bi Halimah tapi menjadi lebih tertutup dengan keluarganya yang penuntut kesempurnaan. Terlebih lagi karena dia putra tertua dikeluarganya dan saudara kandung satu-satunya ditakdirkan menderita kelainan jantung. Sehingga dia menjadi satu-satunya harapan keluarganya untuk dapat meneruskan bisnis keluarga bahkan penerus keturunan keluarganya mengingat penyakit Jacub yang semakin parah dan belum juga menemukan donor jantung.

Tidak seperti anak-anak lainnya yang bebas bermain Jouvan kecil harus menjalani harinya dengan berbagai less dan pengawasan ketat ayahnya yang otoriter. Adik penyakitannya yang selalu haus perhatian kedua orang tuanya semakin membuatnya menarik diri. Ibunya yang lembut dan sangat menyayanginya menjadi satu-satunya penyejuk jiwanya yang hampa.

Tapi kebahagiaan kecil itupun tak lama dirasakannya. Tiba-tiba ibunya meninggal dengan tidak wajar dikamar mandi. Orang-orang mengatakan ibunya bunuh diri. Selembar surat wasiat yang ditulis ibunya untuk mendonorkan jantungnya pada Jacub semakin menguatkan dugaan bunuh diri itu. Tapi Jouvan tidak pernah mau membicarakannya dengan siapapun. Sejak hari kematian ibunya itu dia menjadi lebih pendiam bahkan pemurung. Lidahnya selalu ketus dan pedas pada siapapun untuk menutupi hatinya yang sakit.

Keadaan tidak semakin membaik ketika ayahnya menikah lagi dengan seorang janda cantik beranak satu. Wanita blasteran Italy Indonesia itu seorang artis yang sedang populer di Indonesia dan menetap di Jakarta. Karena pernikahan itu ayah mereka memboyong mereka pindah ke Jakarta. Dunianya serasa jungkir balik dalam sekejap. Ayahnya menjadi tidak perduli lagi dengan segala aturan ketatnya dan semakin sibuk dengan bisnisnya yang semakin berkembang pesat di Indonesia. Dan membiarkan ibu sambung mereka yang mengatur semuanya. Segalanya berubah semakin liar....

Lilian, ibu sambung mereka dan anak lelakinya yang mendadak menjadi anak tertua keluarga baru mereka bukanlah orang-orang resek tetapi juga bukan tipe yang perhatian. Mungkin karena kesibukannya sebagai artis yang sedang populer dan banyak job saat itu hingga dia tidak punya banyak waktu dirumah untuk mengurus anak-anaknya. Dan anak lelakinya yang telah remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-temannya diluar rumah dari pada mengawasi kedua adik sambungnya.

Jacub kecil yang mendapat donor jantung ibunya berangsur sehat. Trauma kehilangan ibunya secara mengerikan juga beralihnya perhatian sang ayah membuat dia selalu ingin Jouvan didekatnya, melindunginya dan memperhatikannya. Cintanya yang berlebihan pada sang kakak membuatnya selalu mengimitasinya. Lama kelamaan dia pun menguntit kemanapun Jouvan. Jouvan yang awalnya kasihan pada Jacub pada akhirnya gerah dengan sikap Jacub yang selalu ingin mengaturnya sehingga terjadi pertengkaran-pertengkaran yang membuat keduanya saling mendiamkan satu sama lain. Puncaknya adalah ketika mereka pindah ke kompleks perumahan elite diKemang Jakarta mengikuti sang ayah yang menikah dengan selebritis papan atas Indonesia. Jacub mengutuk hari dimana seorang gadis kecil mengetuk pintu rumah mereka dengan seloyang kue brownis buatannya sendiri dan memperkenalkan diri sebagai tetangga persis depan rumah mereka. Sejak hari itu, gadis kecil berusia 10 tahun itu telah mengalihkan dunia Jouvan dari Jacub. Dan Jacob sangat ingin menyingkirkannya dari hidup Jouvan !

"Kau memang sangat cantik....... dan Jouvan terlalu serakah menikmatimu sendiri di villa terpencil ini...." ujar suara ketus yang tiba-tiba mengusik keduanya. Sontak Corina dan Bi Halimah menoleh terkejut pada sosok pria berpenampilan berantakan yang tiba-tiba muncul dan menghenyakkan bokongnya dikursi yang sejatinya diperuntukkan untuk Jouvan sebagai pemilik villa. Bau alkohol dan asap rokok dengan cepat menyergap penciuman mereka.

TBC
🖤

CORINA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CORINA

DIMAS aka JOUVAN WILLIAM CARL

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DIMAS aka JOUVAN WILLIAM CARL

TOXIC  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang