Part 59

844 50 6
                                    

Hai Readers,
Selamat Idul Fitri 1442 H,
Mohon maaf lahir bathin ya🙏

Thank U sudah setia membaca cerita ini.
Readers sempatin VOTE🌟 ya😘





SELAMAT MEMBACA😘

"Aku tidak faham apa maksudmu ... " balas Corina menatap datar. Berusaha setenang mungkin di bawah tatapan intimidatif itu. Walau kenyataannya jantungnya berdentum keras dan terlalu cepat.

Jacub berdecih mencemooh.
"Kau dulu siswi yang sangat cerdas, ingatanmu sangat kuat dan detail. Kau juara umum di sekolah dan juara berbagai olympiade sains internasional. Semua orang menyukaimu. Sayangnya kau sangat suka pamer otak ! Terutama pada murid yang lemah di pelajaran atau yang tidak menyukai sekolah sepertiku. Kau sangat gemar mempermalukanku di kelas. Setiap kali guru menyuruhku mengerjakan tugas ke papan tulis, kau akan mengangkat tangan mengajukan diri untuk menyelesaikannya bahkan sebelum aku mencoba benar-benar berfikir untuk mengerjakan soal-soal itu. Tapi lihatlah dirimu sekarang, bukankah menyedihkan siswi populer dan berbakat sepertimu tidak menjadi sesuatu ?! Kau bahkan tidak bisa mengingat masa kecilmu ... " ejek Jacub dengan tawa yang mewakili kedengkian iblis terburuk di kolong bumi.

"Itu takdir," ujar Corina pelan nyaris seperti gumaman. Sorot matanya menerawang, mencoba kembali ke masa lalu yang diceritakan Jacub. Tapi nihil. Ingatannya pada masa kanak-kanaknya sebuntu harapannya untuk segera mendapatkan pertolongan agar dapat secepatnya keluar dari tempat penyekapannya. Tempat itu terlalu aneh untuk disebut Hotel ataupun rumah. Dan sepertinya terpencil.

"Bagus, jika kau menganggap kejadian dulu adalah takdir ! Dan aku dengan suka cita akan menuliskan takdir baru untukmu ... " seringai Jacub, mata gelapnya berkilat licik. Corina berjengit, firasatnya buruk, dia lalu bergerak selamban mungkin untuk melepaskan wajahnya dari cengkraman tangan Jacub agar lelaki itu tidak curiga dirinya sepenuhnya telah dikuasai ketakutan padanya.

Tetapi gerakan kecil itu sudah cukup membuat Jacub terusik, dengan gerakan cepat tak terduga dia mengunci kedua tangan Corina kebelakang punggungnya dan menarik dagu Corina keatas. Sepasang mata gelap berkilat marah itu menatap penuh ancaman pada mata penuh keresahan milik Corina. Jacub tersenyum miring saat merasakan betapa gemetarnya wanita yang tubuhnya kini berada dalam penguasannya itu.

Dia lalu menggesekkan hidung mancungnya di wajah dan leher Corina.

"Aku memberimu dua pilihan, pertama, kau akan suka rela menjadi budak sex ku selama satu bulan penuh. Pilihan kedua, kita akan melakukannya hanya satu hari saja tetapi semuanya di rekam. Bagaimana, hmm ?!" tanyanya dengan nafas menderu panas di  telinga dan wajah Corina.

"Tidak. Kau tidak akan melakukan hal yang akan menyakiti Jouvan ! Ingat Jacub, aku kekasih Jouvan, aku calon kakak iparmu !" tukas Corina. Nafasnya dengan seketika terengah oleh adrenalin yang terpacu oleh ketakutannya sendiri.

Jacub terkekeh sumbang.
"Jangan munafik ! Janda muda belia sepertimu pasti haus belaian lelaki. Dan aku bisa memuaskanmu lebih dari lelaki manapun yang pernah menidurimu. Dan asal kau tau, Jouvan tidak pernah marah wanitanya kutiduri. Tidak usah sok merasa spesial apalagi sakit hati, kami selalu berbagi dalam segala hal, termasuk wanita. Wanita bukan hal yang istimewa bagi kami. Mereka hanya barang yang dapat dibeli." tandasnya datar dan menusuk.

Corina menelan ludah ditenggorokannya yang kering dengan susah payah. Kedua lututnya yang menyanggah tubuhnya di atas pembaringan kini benar-benar lemas dan gemetar. Entah mengapa segala sesuatu di diri Jacub membuatnya dicekam ketakutan yang disertai bayang-bayang kengerian yang familiar. Dan lelaki itu sadar betul ketakutan Corina dan memanfaatkan hal itu dengan sangat baik untuk mengintimidasinya. Menggiringnya melakukan apa kehendaknya.

Tetapi Corina sudah muak dan lelah dipermainkan, dimanfaatkan dan dipaksa melakukan apa yang orang lain mau tanpa perduli sedikitpun perasaannya.

"Aku yakin Jouvan tidak akan suka kau menyentuhku." eyel Corina keras kepala, mencoba mengulur waktu, walau dia sendiri tidak yakin ada orang yang akan menemukannya ditempat itu.

"Mau bertaruh ... ?!" ejek Jacub dengan mimik mencemooh.

Corina menghela nafas pendek dan menatap datar pada Jacub.

"Tidak. Jouvan terlalu istimewa untuk dihina dalam sebuah pertaruhan yang tidak bermoral." sahutnya pelan.

Rahang Jacub mengatup keras. Kelopak matanya menyipit dan menatapnya jijik.

"Jangan sok suci dan bicara soal moral di depanku, perempuan kotor ! Apa perselingkuhanmu dengan Belluci Junior pantas disebut bermoral, hah ?! Menjijikkan, kau bahkan rela meniduri anak dari perempuan simpanan suamimu demi ambisi balas dendammu!" semburnya panas di wajah Corina. Kedua tangan Jacub semakin keras mengunci tangan dan mencengkram dagunya. Corina meringis dan mati-matian menahan tangisnya atas perlakuan kasar Jacub. Sesuatu dalam dirinya bergolak untuk menunjukkan perlawanan sekecil apapun terhadap lelaki yang terus menerus menunjukkan kebencian terhadapnya itu.

"Kakakku sepantasnya mendapatkan perempuan yang berkelas dan lebih cantik darimu. Tapi dia memaksakan diri untuk menerimamu karena rasa bersalahnya padamu. Rasa bersalah yang tidak pada tempatnya ! Karena sudah sepantasnya pengganggu sepertimu diberi pelajaran bahkan di singkirkan !" hardik Jacub semakin meledak-ledak. Wajah hingga telinganya memerah gelap. Urat-urat besar di dahinya bermunculan.

Corina mengangguk lemah.
"Ya, aku setuju denganmu. Jouvan seharusnya memilih wanita yang sepadan dengannya. Tapi, dia sangat keras kepala. Jadi mungkin, jika kau punya pengaruh yang sangat besar terhadapnya, barangkali kau bisa menasehatinya untuk meninggalkanku yang hina ini ... " tutur Corina sendu.

"AaakKHH, BacoooTtt ... !!!" teriak Jacub menghempaskan tubuh Corina sangat kencang hingga kepalanya membentur headboard tempat tidur.

"AAAGghhh ... " erang Corina saat Jacub merengsek maju dan secepat kilat menghadiahi kedua pipinya dengan tamparan keras.

"Sakit, heh ?!" hardiknya dengan mata berkilat-kilat kebencian.

"Itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan rasa sakit yang harus aku rasakan setiap kali Kakakku mengabaikanku demi setan pengganggu sepertimu ! Sejak kanak-kanak, aku dan kakakku di kolong langit ini hanya berdua. Saling kesepian. Saling mengandalkan. Saling percaya. Saling berbagi. Kami telah bersumpah sampai tua, sampai mati akan selalu bersama. Tapi sejak kau datang dalam hidup kami, dia berubah ! Dia lebih mementingkanmu! Bahkan dia memukulku dan mengusirku ! Karena itu, kau, harus enyah dari hidupnya !" geram Jacub dengan rahang mengatup dan sorot mata kedengkian.

"Kau, apa kau yang menyebabkan aku kecelakaan di kolam renang dulu ?" tanya Corina memijit dan meremas kepalanya dengan kedua tangannya. Kilatan memori yang berseliweran cepat dan acak di kepalanya membuat efek berdenyut-denyut nyeri yang tak tertahankan di kepalanya. Entah mengapa, kini dia berfirasat kuat bahwa bocah lelaki yang berkali-kali muncul dengan amarah yang meledak-ledak dalam memorinya adalah Jacub.

"Apa kau yang menyebabkan aku kecelakaan di kolam renang dulu ?" ulang Jacub mengejek disertai tawa geli.

"Tidak ! Aku hanya membunuh Dimas, kucing kesayanganmu ! Supaya kau juga merasakan arti kehilangan sebagaimana kau buat aku kehilangan sosok penting dalam hidupku, kakakku Jouvan ! Kau yang terlalu bodoh mengambil bangkai kucing yang diikat diatas  papan loncat indah itu, sedangkan Halimah pelayan pengkhianat itu sudah berteriak-teriak histeris supaya kau menjauhi papan loncat yang sudah aku lumuri minyak goreng itu. Dan yah, itulah perbedaannya orang cerdas dengan orang pintar ! Akhirnya kau jatuh ke dalam kolam renang yang sedang dalam renovasi, kering tanpa air. Tanganmu patah, ibu jarimu sobek dan kepalamu membentur lantai kolam ... " cengirnya di buat-buat, tapi justru terlihat menyeramkan.

Corina terperangah, sikap santai dan tidak merasa bersalah Jacub dalam mengakui kejahatannya, tak ayal menyengat kesadaran Corina bahwa lelaki di hadapannya bukanlah jelmaan iblis tetapi iblis yang sebenarnya ! Dan melihat kebencian yang begitu berkobar di mata Jacub terhadap dirinya, Corina semakin tidak yakin bisa keluar hidup-hidup ataupun keluar dalam keadaan waras dari tempat itu.

🥺
TBC

TOXIC  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang