FOLLOW, VOTE and COMMENT ya 🖤"Bangun cantik....."panggil Dimas pelan.
Jemarinya dengan hati-hati menyingkirkan rambut nakal yang hinggap diwajah cantik yang kini hampir seluruhnya membengkak dan membiru kehitaman itu. Dia harus menekan dalam-dalam amarahnya melihat luka-luka yang harus ditanggung Corina dan menghadirkan senyum hangat menenangkan saat sepasang mata sayu itu membuka dengan lamban."Umh, aku dimana....??!"tanya Corina lirih saat kesadarannya kembali dan menyadari dirinya berada ditempat yang asing. Dia lalu beringsut bangun. Dimas dengan gesit meletakkan bantal dipunggung Corina agar dia bisa menyandarkan punggungnya dengan nyaman.
Corina memejamkan matanya kembali dengan kuat karena rasa nyeri dikepala dan pipinya.
"Kenapa...??! Apa kamu pusing...? Katakan apa yang kamu rasakan...?!" cecar Dimas cemas.
Sesaat Corina hanya diam sambil memijit-mijit kepalanya lalu membuka matanya sedikit sambil tersenyum tipis dan menggeleng lemah pada Dimas.
"Aku gak apa-apa..." ujarnya lirih."Aku sangat khawatir, kau pingsan sangat lama...Jangan pergi lagi. Kupastikan tempatmu yang paling aman adalah disisiku. Dan kupastikan siapapun yang menyakitimu akan mendapat balasan yang setimpal...!" ujar Dimas lirih saat memeluk dan mencium lembut kening Corina.
Corina mengangguk lemah.
"Terimakasih telah menolongku lagi..." bisiknya lirih dalam dekapan possesif Dimas. Kedua kelopak matanya terpejam menikmati dekapan Dimas yang harus diakuinya senyaman keluarga. Dan dia telah mengecewakan lelaki itu sekali lagi.
Kelopak mata bengkak dan biru kehitaman itu membuka perlahan selaras dengan helaan nafasnya. Tapi tubuhnya seketika berjengit kaget dan sepasang matanya melotot penuh ketika menangkap sosok perempuan setengah baya yang berdiri gugup dibelakang Dimas. Wajah seputih kapas itu menatapnya tidak berkedip."Cori.... ini Bi Halimah, beliau nanny aku sejak bayi. Bi Halimah akan tinggal disini buat nemenin kamu dan merawat kamu.... oya, sekarang kita sedang berada divilla aku diBogor...."ujar Dimas memperkenalkan wanita yang berdiri dibelakangnya saat menyadari arah tatapan Corina.
Perempuan bertubuh gempal itu kemudian mengangguk gugup pada Corina.
"N-non Cori.... apa kabar ? Lama tidak bertemu, non terlihat semakin cantik dan ayu.... saya sangat senang bisa bertemu dengan non lagi...."sapanya terbata.
"Bi Halimah mengenal saya...?!"tanya Corina dengan dahi mengeryit.
"Saya....saya...kenal non Cori sejak non bocah SD...." sahut Bi Halimah tersenyum kecil.
"Benarkah....??! Apa bibi juga tau peristiwa kecelakaan kolam renang itu...?!" tanya Corina antusias dan menarik punggungnya duduk tegak. Matanya berbinar-binar semangat. Bi Halimah dan Dimas sama-sama terkejut dengan pertanyaan spontan Corina. Bi Halimah bahkan sampai harus berpegangan pada sandaran sofa untuk menahan tubuhnya yang limbung. Wajahnya terlihat semakin pucat. Dadanya turun naik tidak beraturan.
"Ada apa...?! Kenapa kalian berdua sangat terkejut dengan pertanyaanku...??!" Tanya Corina dengan bingung.
"Ttidak, mmaksud saya....itu.....peristiwa itu...sudah sangat lama terjadi.... sejak hari itu...sudah tidak ada lagi yang membicarakan peristiwa itu.... demi kebaikan semua orang... terutama demi kebaikan non Cori....saya hanya sedikit terkejut non mengungkitnya lagi...." sahut Bi Halimah dengan nafas tersengal saking gugupnya.
Dimas lalu menghampirinya dan mengusap-usap punggung wanita berusia enam puluh tahunan itu dengan lembut dan sayang. Corina memperhatikan dengan tidak berkedip interaksi keduanya.
Ada begitu banyak pertanyaan dikepalanya tentang kecelakaan itu selama bertahun-tahun, tapi dengan terpaksa dipendamnya karena permintaan kedua orang tuanya yang ingin dirinya melanjutkan hidup tanpa mengingat peristiwa mengerikan itu. Apalagi tidak ada satupun orang yang tau peristiwa itu mau membicarakannya dengannya. Lambat laut dirinya pun seperti melupakan peristiwa itu. Walaupun jauh dihati kecinya dia sangat ingin tau peristiwa yang sebenarnya dari penyebab dirinya kehilangan kenangan masa kanak-kanaknya. Dan entah mengapa kehadiran Bi Halimah mendorong adrenalinnya untuk mengungkap kembali memorinya yang tercuri.
"Maaf.... kalau begitu,"lirih Corina menyandarkan punggungnya kembali keheadboard dengan lesu.
"Sebaiknya kamu istirahat saja Cori....Bi Halimah juga sebaiknya istirahat dulu, Bibi pasti capek setelah perjalanan jauh dari Kediri dan langsung merawat Corina...." sela Dimas datar.
"Baik den Jouvan....Bibi memang merasa agak kelelahan....usia memang tidak bisa bohong....heheh...kalau begitu Bibi mau langsung istirahat saja.... um... non Cori, ini Bibi sudah buatkan bubur dan potongin buah naga....sebaiknya non makan dulu....um,apa non ingin Bibi buatkan sesuatu yang lain...??" tanya Bi Halimah pada Corina dengan sopan.
Corina menatap Bi Halimah sejenak lalu menggeleng lemah. "Tidak usah Bi.... saya bisa sendiri kok..." ujarnya dengan sedikit tersenyum.
Bi Halimah mengangguk dan berpamitan sekali lagi pada keduanya sebelum beranjak keluar kamar.
"Jouvan....??!" Panggil Corina dengan tatapan heran dan minta penjelasan pada Dimas setelah Bi Halimah menghilang dibalik pintu kamarnya.
"Yess Dear ....?" sahutnya dengan tanpa beban.
"Kenapa Bi Halimah memanggilmu Jouvan....?!" tanyanya menegaskan keheranannya.
"Ya karna itu namaku..." ujarnya menggedikkan bahu tak acuh.
"Lalu Dimas....?!"
"Itu namaku setelah bertemu lagi denganmu...." katanya tersenyum kecil.
"Apa kau sedang mempermainkanku lagi....??!" tanya Corina dengan tatapan curiga.
"Tentu saja aku tidak bohong. Coba fikir, bagaimana mungkin lelaki bule sepertiku bernama Dimas ? Sewaktu lahir kedunia orang tuaku memberiku nama Jouvan William Carl. Dulu kau suka memanggilku Jou. Saat kau datang interview pekerjaan itu aku baru tau kalau kau lupa semua tentangku akibat kecelakaan itu.... karenanya aku sengaja mengganti namaku dikantor dengan nama kucing kesayanganmu yang mati dikolam renang dengan harapan kau bisa mengingatku..." ujarnya datar dan seperti bergumam diakhir kalimatnya.
"Kau. Tidakkah kau terlalu memaksakan agar aku mengingat semuanya....?? Tidak bisakah kau menerimaku sebagai aku yang sekarang... mungkin dengan begitu kita bisa bersahabat dengan lebih nyaman. Karena.... karena....aku lelah dengan semua ini...." keluh Corina menghempaskan punggungnya ke headboard dengan mata terpejam.
"Baiklah..... aku tidak akan berusaha membuat dirimu mengingat masa lalu kita lagi..." ujar Jouvan datar setelah sekian lama keheningan menjeda mereka.
Corina membuka matanya saat hembusan panas menerpa wajahnya dan menemukan sepasang mata letih dan merindu yang sedang menatapnya sedih itu hanya berjarak beberapa ruas jari darinya.
"Tapi aku akan membuatmu jatuh cinta lagi padaku..." imbuhnya sesaat sebelum melumat bibir Corina.
TBC
🖤CORINA
JOUVAN WILLIAM CARL
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC (END)
RomanceWARNING! 21+ [konten dewasa] DARK ROMANCE.ACTION.THRILLER Corina baru saja memulai karir memasak profesionalnya sebagai assistant chef disebuah restoran ternama di Singapura ketika mamanya memintanya kembali ke Jakarta. Sebuah pilihan berat yang me...