Part 38

956 55 2
                                    


Please don't forget to
FOLLOW, VOTE and COMMENT
🖤



"Anda....??!"seru Corina tidak dapat menutupi keterkejutannya, tubuhnya limbung hingga hampir terjatuh. Tapi tangan besar itu lebih dulu menariknya kedalam dekapannya.

"Kenapa kau tidak meminta bantuanku..?! Bukankah sudah kukatakan berkali-kali padamu jika kau ingin lari darinya kau bisa meminta bantuanku...?!"ujarnya dirambut Corina dengan nafas tersengal seperti habis berlari jauh. Tubuhnya gemetar. Corina bahkan bisa mendengar jantungnya yang berdebar sangat keras dibalik pelukannya yang sangat erat.

"Apa kau baik-baik saja...?! Dimana tempat tinggalmu sekarang...?! Ya Tuhan, kau benar-benar membuatku gila...! Aku mencarimu kemana-mana.... tapi kau bersembunyi dengan sangat baik....tepat didepan mataku... Ya Tuhan... Corinaaa... hari ini aku sangat bahagia...."tawanya parau sambil menggoyang-goyang tubuh Corina kekiri dan kekanan.

Tiba-tiba dia berhenti dan menatap penuh selidik pada wajah pucat dihadapannya yang masih mengerjap-ngerjap tak percaya bahwa bertemu dengannya adalah nyata. Wajah itu tetap cantik dan penuh misteri seperti pertama kali dulu mereka bertemu. Dan seperti dulu pun, mata indahnya selalu menyimpan berjuta kesedihan. Sedih dan merana yang disimpannya sendiri tapi dia selalu berpura-pura baik-baik saja dihadapan semua orang.

"Apa kau baik-baik saja Corii...?!" tanyanya memastikan lagi. Matanya menjelajahi samudra bening itu dengan merindu. Ibu jarinya mengusap lembut kedua pipi putihnya. Betapa ingin dia menciumi wajah itu seperti yang biasa ia lakukan dulu. Walaupun dulu pada awalnya Corina selalu berteriak marah dan mengadukannya pada pembantunya yang galak dan kemudian uang sakunya akan dipotong setengahnya oleh ayahnya tapi dia tidak pernah jera untuk menggoda Corina. Bahkan setiap kali dia mendapatkan hukuman dari ayahnya maka dia akan semakin memperbanyak ciumannya pada gadis baru tumbuh itu. Dia juga mengancamnya akan mengatakan pada ibunya bahwa dia adalah pacarnya! Tentu saja Corina yang polos termakan ancamannya dan memohon-mohon agar dia tidak melaporkannya pada ibunya dan sebagai imbalannya Corina bersedia menjadi pacarnya dan tidak melaporkannya lagi pada pembantunya yang galak jika dia menciumnya! Dimas tersenyum sumir, ternyata saat-saat itu adalah saat yang terbaik dihidupnya.

"Aku.... baik-baik saja pak...eng,Dim..."ujar Corina tertunduk. Semburat merah terang menjalar dipipinya yang putih. Dia terlihat gugup dan selalu merasa malu dengan sikap Dimas yang memperlakukannya seperti seorang kekasih. Tapi entah mengapa respons tubuhnya seperti sudah terbiasa dengan sentuhannya.

Dimas menelan ludahnya yang kering dengan fikiran yang kacau. Betapa dia sudah sangat muak dengan semua keterasingan diantara mereka. Muak dengan rahasia yang disimpannya sendiri karena tidak tega dengan kesakitan yang harus dirasakan Corina setiap kali dia mencoba membangkitkan ingatannya tentang dirinya. Betapa kini dia sangat ingin Corina mengingatnya sebagai lelaki yang jatuh cinta padanya sejak pertama kali melihatnya berdiri didepan pintu rumahnya sambil membawakan kue brownies sebagai ucapan selamat datang padanya sebagai tetangga baru. Dimasnya yang dulu selalu membuatnya tertawa. Dimas yang selalu menjadi tempatnya mengadukan kegelisahan hatinya. Bukan seseorang yang ditatapnya dengan bingung lalu menjaga jarak setiap kali dirinya mencoba intim dengannya. Bukan pula seorang Boss yang harus bicara formal dengannya! Betapa dia sudah sangat sering ingin mengatakan keseluruhan kisah cinta mereka pada Corina hingga mengapa mereka sampai berpisah. Walaupun dikatakan orang itu adalah cinta monyet. Karena saat itu mereka masih bocah yang usianya 13 tahun dan 10 tahun, tapi dia tidak pernah melupakannya. Cinta itu sampai kini masih dirasakannya bahkan semakin bertumbuh ketika mereka bertemu lagi setelah sekian tahun terpisah. Meskipun kini gadisnya tidak lagi mengingatnya karena tragedi sialan itu tapi bisa berada didekatnya saja sudah membuatnya sangat bahagia.

"Kenapa kau tidak mencariku...?!" tanyanya mengangkat wajah Corina yang terus menghindarinya. Sepasang mata bening itu mengerjap bingung.

"Aku....aku...tidak ingin menyusahkanmu lagi...aku..."kata-katanya menghilang dalam mulut Dimas yang mendadak mengunci bibirnya dengan ciuman posessif. Corina yang awalnya terkejut langsung mendorong dada Dimas ketika kesadarannya penuh kembali. Tapi Dimas dengan agresif mengunci kedua tangan dan pinggang Corina dan menempelkannya dengan erat ketubuh kekarnya. Hingga Corina sulit bergerak dan Dimas leluasa menyalurkan hasrat kerinduannya yang menggila. Corina yang awalnya meronta dan terus menghindari ciuman Dimas akhirnya kelelahan dan membiarkan lelaki itu menciumnya tanpa membalas. Tapi Dimas tidak kehilangan akal. Dia terus menggoda pertahanan Corina dengan menjilati leher jenjang dibawah dagunya. Titik kelemahan Corinanya yang telah dia ketahui sejak dulu. Dan benar saja, hanya butuh beberapa kali jilatan Corina sudah mengerang. Kesempatan itu dimanfaatkan Dimas untuk menerobos mulut Corina yang terbuka dan merayunya dengan lilitan lidahnya yang memabukkan. Gadis itu tidak lagi melawannya. Walaupun dia tidak membalas tapi dia menikmatinya. Diam-diam Dimas tersenyum. Dia teringat saat pertama dan terakhir kalinya dia mencium Corina seperti itu. Ketika itu Corina menamparnya dan menangis segugukan. Rupanya pembantu galak dan bodohnya telah sukses meracuni fikiran gadis kecil itu jika lidah seorang lelaki memasuki mulutnya akan membuatnya hamil. Tapi saat itu Dimas tidak memperdulikan tamparan membabi buta dan tangisan serta kata-kata Corina yang ketakutan akan hamil. Saat itu hatinya sedang sangat sakit karena dipaksa meninggalkan kekasihnya itu. Cinta yang sedang tumbuh subur didada lelaki ABG itu harus ditinggalkannya dan disimpan dalam-dalam tanpa boleh menyebut tentangnya lagi karena kebrutalan adiknya Jacob!

Jacob. Dimas menghentikan ciumannya dan menatap sendu wajah cantik dihadapannya yang masih terpejam. Nama itu mencekik kesadarannya untuk berfikir lagi jika ia menginginkan Corina bahaya apa yang mengintai wanita yang sangat dicintainya itu jika dia sampai nekad mengabaikan ancaman Jacob. Tapi demi Tuhan! Dia sudah tidak sanggup menahan perasaannya terlebih lagi Corinanya juga sedang sangat membutuhkannya.

Corina membuka matanya dan mendapati wajah kebingungan mantan boss nya itu. Tiba-tiba terlintas difikirannya kalau ciuman penuh hasrat yang barusan dilakukan mantan boss nya itu adalah kekhilafan dan sekarang dia menyesali perbuatannya dan sedang bingung harus mengatakan apa padanya.
Damn.
Stupid Corina !
Dia adalah Dimas William Carl !
Sipenakluk wanita !
Bisa-bisanya dia menikmati ciuman tadi!
Tapi ciuman itu....caranya mencium.... rasanya begitu familiar. Erang bathinnya tidak tau malu. Corina menunduk jengah dan berusaha melepaskan diri dari kuncian Dimas.

Dan tiba-tiba Dimas menunduk dan menyatukan dahi mereka.

"Ikutlah denganku.... aku akan melindungimu.... kau tak perlu berlari lagi..."

"....."

"Cori...."

"....."

"Coriii....jawab aku,"

"Um....aku.... hanya akan merepotkan anda. Suami dan mertuaku bukan orang sembarangan. Mereka.... bisa melenyapkan anda jika tau anda membantu saya.... sebaiknya seperti ini saja, sudah paling benar seperti ini.... saya sendirian.... tanpa melibatkan siapapun.... kasihan orang-orang yang tidak berdosa akan terseret masalah jika mengetahui keberadaan saya apalagi membantu saya... maaf pak, saya mohon anda pergilah, anggap saja anda tidak pernah mendengar ataupun melihat saya disini....."ujar Corina dengan air mata yang  menggenangi bola matanya. Sekuat tenaga dia berusah untuk terlihat tegar dan tidak meneteskan air matanya.

Dimas mengusap rambutnya dengan kasar. Dia terlihat gugup dan kesal. Corina memperhatikan gerak gerik Dimas dengan lekat. Dia baru menyadari mantan bossnya itu tidak terlihat sebugar yang biasanya. Dia terlihat lebih kurus dan wajahnya seperti orang yang kurang tidur. Corina berdecak dalam hati. Dia merasa bersalah pada tunangan Dimas yang notebene adalah putri dari Bossnya sekarang. Mereka pasti sedang sibuk mempersiapkan pernikahan sehingga kurang tidur dan kelelahan dan betapa tak tau dirinya dia yang telah terlena dengan sikap Dimas. Lelaki itu mungkin hanya sedang mencoba mencari hiburan disaat-saat terakhir masa singlenya. Corina memejamkan matanya. Merutuki kebodohannya dan kelemahannya. Air mata yang tadi ditahannya kini merembes disela-sela kelopak matanya.

"Apa kau sungguh berfikir jika mertua licik dan suami brengsekmu itu tidak tau keberadaanmu disini...??!"tanya Dimas tiba-tiba membuyarkan lamunannya. Dia terlihat gusar.

"A-apa...?!"gagap Corina tenggelam dalam deru nafasnya yang terengah karena jantungnya yang tiba-tiba saja berdebar ketakutan.

TBC
🖤

Corina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Corina

Dimas William Carl

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dimas William Carl

TOXIC  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang