FOLLOW, VOTE and COMMENT ya 😘Corina melongo.
Sepasang mata bulatnya membelalak sempurna. "Awas kalau kamu berani...!!!"
hardiknya jutek menutupi perasaan takutnya atas keliaran lelaki itu."Dan...hufff, tolong jangan panggil aku bayi kucing...!!! Aku tidak senaif yang kamu fikirkan. Dan.... dan....hufff, ya sudahlah.... kamu mabuk...."ujarnya menarik wajah kedepan dan menatap lurus kelautan lepas.
"Apa kekasihmu tau kau disini....?!Dimana dia sekarang......?"tanya Matteo berjalan sempoyongan mendekati Corina. Sepertinya dia telah menghabiskan bergalon-galon alkohol semalam. Biasanya dia cukup kuat terhadap alkohol. Entah berapa persen alkohol diminuman yang diracik sibartender bermuka masam itu untuknya hingga dia bisa benar-benar fly seperti ini.
Menyadari saat ini baunya seperti kotoran babi dan tidak ingin gadis itu berlari sambil meludahinya, dia pun berhenti beberapa meter darinya
Corina mengamati wajahnya. "Apa kamu menyesali pertengkaran semalam dan sekarang ingin berbaikan dengannya...?!" tanyanya dengan mata berkedip polos.
Matteo terkekeh geli.
"Well, Corina yang berhati malaikat....Aku tidak menyesali perkelahian semalam. Aku malah menantikan moment itu sejak bertahun-tahun yang lalu. Dan apakah sekarang aku ingin berbaikan dengannya..?! TIDAK! BELUM!""Oh." gumamnya terlihat sedikit kecewa dan menarik pandangannya kembali kelautan lepas.
"Apa kau serius dengannya...?!" tanya Matteo mengusik lamunannya. Dia sedikit terkejut ketika menyadari lelaki itu kini hanya berjarak lima langkah saja darinya. Bau alkohol dan muntahan basi menyengat penciumannya. Dia terbatuk kecil beberapa kali saat penciumannya menolak mentolerir lebih jauh.
Corina menatapnya sekilas. Mulutnya telah terbuka siap untuk mengatakan sesuatu tapi entah mengapa tertahan ditenggorokannya. Mata sembabnya kembali digenangi air. Dan dia tidak ingin membiarkan lelaki itu melihatnya dan bertanya hal-hal yang tidak ingin dia bicarakan dengan orang lain. Dia buru-buru menunduk, menghindari sergapan mata elang Matteo yang semakin mendekat dan mengikis jarak diantara mereka. Dia telah berancang-ancang untuk melesat pergi dari tempat itu tapi tiba-tiba ibu jari dan telunjuk Matteo mencengkram wajah tirusnya. Memaksanya menatap sepasang mata yang memerah itu. Dan mendengarkan kata-katanya yang membangkitkan bulu roma.
"Kau sungguh mengingatkanku pada seseorang Corina..... seseorang dimasa mudaku yang tidak pernah bisa kulupakan.... apakah itu dirimu....??!"
Corina tersedak. Bukan nafas berbau alkohol dan aroma busuk pada pakaiannya yang membuatnya menggigil, tetapi sepasang mata biru pekat yang menatapnya dengan sedih dan iba itu. Mata itu, dia ingat sekarang !
Cuplikan kilat sebuah kejadian dimasa kanak-kanaknya mucul secara acak. Seorang remaja lelaki yang memiliki mata yang sama persis dengan mata milik Matteo tengah memukuli seorang bocah lelaki hingga hampir mati !
Demi Tuhan!
DIA ORANG YANG BERBAHAYA !"Lepaskan....!! Kau mabuk Matteo. Kita tidak pernah bertemu sebelumnya..! Aku menyapamu hanya karena kau teman Reno. That's all !" ujarnya lantang kontra dengan kakinya yang lemas dan gemetar.
"Apakah aku membuatmu sangat ketakutan Corina...??! Sayang sekali padahal kita bisa menjadi teman baik. Sepertinya dikehidupan yang lalu kita adalah sepasang kekasih... karena.... aku sangat akrab dengan aroma tubuhmu....." ujar Matteo mengendus-endus rambut dan leher Corina.
Corina mendorong tubuh Matteo menjauhinya tapi lelaki itu malah meletakkan kepalanya dibahunya dan tidak bergerak atau bicara lagi. Dengan sekuat tenaga, sekali lagi Corina mendorong tubuh Matteo dan dia sangat terkejut ketika tubuh besar itu melayang jatuh ketanah berpasir akibat dorongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC (END)
RomanceWARNING! 21+ [konten dewasa] DARK ROMANCE.ACTION.THRILLER Corina baru saja memulai karir memasak profesionalnya sebagai assistant chef disebuah restoran ternama di Singapura ketika mamanya memintanya kembali ke Jakarta. Sebuah pilihan berat yang me...