Part 44

818 61 7
                                    


Dear Readers, Please give me
VOTE, COMMENT and FOLLOW ❣️

.
.
.
.
.
Meskipun Jouvan telah beberapa kali menciumnya tetapi tetap saja Corina merasa gamang dengan perasaan Jouvan yang sesungguhnya terhadap dirinya.

Lelaki itu, dengan segala kebaikannya dan keisengannya yang telah menyulitkan Corina juga pertolongannya dan perlindungannya, telah berkali-kali menyatakan perasaannya dan keinginannya untuk bersamanya dalam ikatan yang serius.

Tetapi dia juga tidak bisa membohongi hati nuraninya, bahwa hatinya saat ini masih terlalu tersakiti oleh dua lelaki dan masih enggan membuka lembaran kisah asmara yang baru lagi.

Dan fakta bahwa Jouvan telah bertunangan juga mempunyai seorang kekasih yang dicintainya membuatnya berhati-hati digaris kewarasannya. Pengalaman cintanya yang pahit, yang selalu dimanfaatkan dan dicampakkan lelaki seenaknya membuatnya waspada dengan maksud kebaikan dan perhatian Jouvan.

Walaupun tidak dapat dipungkiri pula bahwa dia selalu merasa ada keterikatan aneh diantara mereka tetapi menaruh harapan dan menambatkan hati pada Jouvan yang playboy bukanlah pilihan yang tepat bagi hatinya yang rapuh.

Dan kalau boleh jujur sampai saat ini hatinya masih tertuju pada Reno. Tapi dia juga harus sadar diri bahwa Reno adalah putra dari wanita yang membencinya, wanita simpanan suaminya, maka dia harus membuang jauh-jauh perasaannya dan memilih melupakan lelaki yang telah dengan tega memanfaatkan dan mencampakkannya itu.

"Kenapa kau lari dariku ....??!"tanya Jouvan dengan sorot mata sedih saat mengakhiri ciumannya. Nafasnya menyapu hangat wajah Corina.

Corina menggerakkan bibirnya tapi tidak ada satu pun kata yang terlontar keluar. Semua kata-kata yang ingin ditumpahkannya tertelan kembali ditenggorokannya yang kering. Entah mengapa dia semakin merasa sangat jahat pada lelaki itu setelah apa yang dilakukannya untuknya.

"Menikahlah denganku..."ujar Jouvan dengan nafas yang sedikit terengah. Dia terlihat tegang dan gugup. Tapi juga terlihat sangat yakin dengan kata-katanya

"....."

"Aku tau ini seperti tergesa-gesa.... tapi aku telah menunggumu hampir sepanjang hidupku. Dan aku tidak ingin kau dicuri pria lain lagi. Aku juga ingin melindungimu sepenuhnya...." bujuknya dengan menangkup wajah Corina dengan kedua tangan besarnya. Dia terlihat gugup.

"......"

"Cori....please say YES," harapnya dengan bola mata bergerak gelisah.

"Jouvan....aku... bukan wanita yang pantas untukmu....dan aku masih seorang istri. Dan... dan... suamiku... dia lebih senang melihatku mati daripada menceraikanku..." lirih Corina terbata.

Jouvan menggeleng resah.
"Tidak ada yang lebih pantas bersanding denganku selain dirimu. Jangan gunakan alasan sejuta umat itu untuk menolakku. Dengar, aku tau kau trauma dengan pernikahan. Tapi menikahiku sekarang menjadi satu-satunya jalan agar kau mendapatkan perlindungan dari kegilaan keluarga monster itu...." bujuknya meyakinkan.

Ganti Corina menggeleng lemah.
"Tidak. Kau satu dari segelintir orang yang baik padaku. Aku tidak ingin menyusahkanmu lagi. Jouvan....Aku wanita yang banyak masalah. Denganku kau hanya akan mendapat banyak kesialan....itulah sebabnya kenapa aku pergi meninggalkanmu.... please biarkan aku pergi..."

"Tidak akan kubiarkan....!" erang Jouvan melotot marah.

"Tapi, kau juga sudah bertunangan Jou..." ujar Corina meremas rambutnya kebelakang dengan bingung. Dia takut menyakiti perasaan Jouvan lagi.

"Aku akan memutuskannya hari ini juga."
sahutnya dingin.

Corina mengerjap tak percaya.
"Apakah semudah itu...??! Orang tuanya seorang pendiri partai politik yang sangat berpengaruh dan salah satu grazy rich negeri ini dan Kakaknya seorang menteri yang sedang sangat populer. Kau akan mendapatkan kesulitan besar jika mempermalukan mereka seperti itu...." desis Corina tak percaya dengan sikap seenaknya Jouvan.

"Vera hamil," ujarnya memutar bola matanya dengan malas.

"Apa...?!!" Seru Corina dengan kedua bola mata membulat besar.

"Itu anak Jacub, adikku..."imbuhnya buru-buru.

"What...?!" seru Corina semakin terkejut dan bingung.

"Awalnya dia dijodohkan denganku. Tapi aku tidak bisa mencintainya dan memintanya untuk membatalkan perjodohan kami. Tapi ternyata dia mencintaiku dan sangat marah dan kecewa padaku. Sialnya Jacub memanfaatkan situasi itu untuk mendekati Vera dan.... menidurinya. Lalu terjadilah malapetaka itu, Vera hamil anak Jacub. Tapi dia tidak mau mengakui itu anak Jacub pada keluarganya sehingga keluarganya menuntut pernikahan kami dipercepat...dan yah begitulah, beberapa waktu ini aku terpaksa diam dengan fitnah itu karena...Dad baru saja operasi ring jantung dan Jacub...dia tidak mau menikahi Vera karena dia tidak pernah mau menikah..." ujarnya lirih dengan tatapan menerawang jauh.

Dia terlihat sangat lelah dengan semua beban yang menggelayutinya. Corina merasa iba padanya. Betapa ia telah ikut andil yang sangat besar menambah beban dipundak itu. Menyakitinya dan mengecewakannya berkali-kali.

"Jouvan.... bagaimana dengan Agnes, kekasihmu... " lirih Corina tak dapat menahan keingintahuannya.

Dia menggeleng dan tertawa lirih.
"Kenapa kau sulit sekali melihat hatiku yang sebenarnya...? Tidak pernah ada Agnes dan aku. Kami hanya bersahabat. Dia tau aku menyukaimu dan memperjuangkanmu. Dia membantuku untuk mendekatkan kita. Waktu bekerja di Galaxy kau sangat sulit diajak keluar berdua. Jadi Agnes menawarkan diri sebagai tameng kita. Dengan begitu juga suamimu tidak akan curiga..."

Dia lalu diam dan menatap wajah Corina dengan senyum dikulum. Tapi perlahan wajah tampannya berubah muram.

"Sejak bocah bau kencur hingga sekarang aku hanya mencintai satu orang wanita. Yaitu Kau. Wanita-wanita itu... hanya mainan Jacub. Dia memanfaatkan kemiripan kami dan statusnya sebagai adikku untuk menjerat para wanita yang ingin mendekati ..." ujarnya setengah bergumam.

"Kalian kembar...?!"tanya Corina tertarik mencoba kembali menggali ingatan masa kecilnya yang buram.

"Tidak. Dia lebih muda dariku 3 tahun..." dia mengamati wajah Corina sesaat.

"Dia seusia denganmu. Dia suka mengimitasiku, memakai pakaianku...dan bersikap seperti aku. Awalnya semuanya kuanggap lucu dan menyenangkan tapi lama kelamaan ketika kami remaja dia tidak saja semakin mahir mengimitasiku tetapi juga menguntit kemanapun aku pergi bahkan mendekati dan akhirnya meniduri wanita-wanita yang berkencan denganku...." sahut Jouvan menatap cemas Corina yang sedari tadi meringis menahan sakit.

"Cori... kau kenapa ??!" Dia memegang wajah Corina dengan cemas.

"AAaaaaagh....!!!" erang Corina keras dan menjambak rambutnya kuat-kuat.

Corina merasa kepalanya seperti ditusuk ribuan jarum. Berbarengan rasa nyeri itu tanpa bisa dikontrolnya potongan-potongan film berseliweran dikepalanya secara acak. Pertama kali muncul seorang bocah laki-laki memakai sweater coklat dan topi baseball bertuliskan NY yang sedang tertawa terbahak-bahak setelah menendang seorang bocah perempuan berkepang dua yang sedang melintas dengan sepeda mininya sambil bernyanyi-nyanyi riang. Bocah perempuan itu terlempar kedalam selokan bersama sepeda mininya. Dia menagis terisak kesakitan, pakaiannya penuh comberan, lutut dan siku tangannya berdarah. Bukannya iba atau ketakutan, bocah lelaki itu malah semakin tertawa keras dan melemparinya batu. Tiba-tiba potongan film berganti dengan gambar seorang remaja lelaki yang sedang baku hantam dengan bocah tengil yang menendang bocah perempuan tadi. Lalu gambar kembali berganti dengan cepat, kali ini bocah perempuan tadi mengejar-ngejar mobil yang didalamnya terdapat bocah lelaki yang juga menangis sepertinya. Tapi mobil yang membawa bocah lelaki itu tidak kunjung berhenti seberapapun kencang dia berteriak. Hingga akhirnya dia terjatuh dan menangis sesenggukan diujung jalan yang memisahkan mereka.

"Coriiii....Coriiii.... sayang, kau kenapa...??!" Panggil Jouvan panik. Corina seakan tidak mendengar suaranya dia terus mengerang kesakitan sambil terus memegangi kepalanya.

Jouvan yang kebingungan lalu memeluk dan memijit-mijit pelan kepala Corina. Ternyata pijetannya cukup efektif untuk meringankan sakit kepala Corina. Jouvan jadi makin bersangat memainkan jarinya memijit-mijit kepala Corina.

Perlahan erangan kesakitan Corina berubah menjadi dengkuran halus. Dia tertidur diatas perut Jouvan.

Lelaki itu tersenyum sedih menatap Corina. Perlahan tangannya membelai pipi Corina.

"Kau dan aku tidak akan berpisah lagi, Cori...."lirihnya mengecup pelipis Corina.

🖤

TOXIC  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang