Part 57

1K 51 12
                                    



Hai Readers,
Aku telah mengganti cover story CTSA dan sedikit menambahkan kata dalam judul storynya agar lebih mengena dengan isi cerita. Semoga Readers semakin jatuh cinta pada CTSA ini.
Selamat membaca😘

Typo & kesalahan tanda baca akan diperbaiki saat revisi🙏

Aku akan sangat appreciate jika readers budiman bersedia FOLLOW, VOTE and COMMENT story ini💞
=========================



Corina berjuang keras membuka kelopak matanya diantara kesadarannya yang timbul tenggelam. Entah sudah berapa banyak obat bius yang telah dimasukkan para penculik ke tubuhnya hingga dia benar-benar teler dan tidak bisa bergerak bahkan sekedar membuka kelopak mata.

Ruangan tempat Corina disekap adalah sebuah bunker tua terpencil disekitar perkebunan teh Kawasan Puncak Bogor. Bekas peninggalan seorang warga negara Belanda yang pernah menjadi juragan teh yang sangat kaya raya dimasa kolonial. Hanya beberapa gelintir orang yang mengetahui keberadaan bunker itu kini. Pemilik barunya yang flamboyan telah memastikan para mandor menebarkan issue bahwa bunker itu telah di hancurkan. Hingga dia leluasa melakukan kegiatan sexualnya yang nyeleneh dengan para wanita desa yang "terpilih" di dalam bunker yang telah di dekorasi bergaya modern.

Corina tidak tau persis berapa lama dia telah disekap di tempat itu. Bahkan dia tidak menyadari jika tempat itu adalah sebuah bunker. Karena setiap kali dia sadar, seseorang akan datang menyuntikkan sesuatu ke lengannya dan suntikan itu membuatnya kehilangan kesadaran.

Mendadak Corina berkonsentrasi menajamkan pendengarannya ketika sayup-sayup terdengar bunyi decit sol sepatu yang beradu dengan lantai keramik. Tak lama berselang, seseorang terasa menghampirinya dan mengamatinya dari jarak yang sangat dekat. Corina menduga jika orang itu adalah seorang lelaki. Nafasnya yang terdengar seperti dengusan babi birahi terasa panas diatas kulitnya yang halus.  Mendadak Corina diserang kegelisahan jika tampilannya telah mengundang syahwat penculiknya. Corina berdecak kesal sendiri dalam hati ketika teringat bahwa saat penculikan terjadi dia tengah mengenakan lingerie yang baru saja dibelikan Reno. Dan lingerie itu sangat sexy.

"Hmm kau memang sangat sexy ... "bisik orang itu menyurukkan kepalanya keleher Corina. Bau alkohol seketika menusuk penciuman Corina. Melecut kesadarannya ke level yang lebih tinggi. Bola matanya bergerak-gerak liar dibalik kelopak matanya yang tertutup. Tapi tubuhnya tetap saja tidak mampu merespons perintah otaknya untuk bangun.

"Sejak melihatmu, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu ... aku bahkan harus bercinta dengan membayangkanmu ... "keluhnya meraba bibir Corina. Jemari kasarnya menjelajah ke leher jenjang Corina lalu turun ke payudaranya yang menyembul indah dari balik lingerienya yang berbelahan rendah.

Corina menggeram marah, ketika lelaki itu dengan kurang ajar meremas kasar payudaranya dan meraupnya keluar dari lingerie lalu mengulum dan menggigitnya keras. Sekuat tenaga dia berusaha mendorong tubuhnya sendiri untuk bergerak dan berteriak.

"Be-be-bber-hen-tiiiiiii ... !!!"teriak Corina sontak terkejut mendengar suaranya sendiri dan terbelalak kaget saat menyadari bahwa kedua kelopak matanya telah terbuka sepenuhnya.

Lelaki itu tampak ragu-ragu sesaat ketika melihat pelototan penuh amarah dan kebencian Corina tetapi dia lantas melanjutkan aksinya disertai tawa mengejek saat menyadari Corina masih belum bisa bergerak.

"Jangan memaksakan diri sayang, obat bius itu masih mengontrolmu beberapa jam lagi. Kau tidak akan bisa bergerak dan sulit bicara ... aku sarankan, nikmati saja hadiah dariku ini, aku janji kau akan keenakan dan ketagihan ... "ejek lelaki gempal diatas tubuhnya. Dengan tergesa lelaki berusia pertengahan tiga puluhan itu menyingkap keatas bagian bawah lingerie hitam Corina. Matanya berbinar penuh gairah saat melihat G-string hitam yang dikenakan Corina bahkan tidak cukup menutup semua daging tembem sexy milik Corina. Nafasnya memburu seperti babi kelaparan saat menyentuh selangkangan Corina.

Tubuh Corina menggigil dalam ketakutan atas pelecehan yang sedang menimpanya. Butir demi butir air mata dengan cepat jatuh berhamburan dari mata Corina.

"Tt-tto-LOOOOOONgg ... !"teriak Corina berkali-kali dengan sekuat tenaga. Tapi hingga lehernya perih tidak ada seorang pun yang datang.

"Berteriaklah yang kencang sayang ... ! Tidak akan ada yang mendengarmu. Malah akang jadi tambah horni ... "cemoohnya seraya menyentuh gemas setiap inci tubuh Corina yang tak berdaya karena pengaruh obat bius yang terus menerus dicekokin ke tubuhnya masih begitu kuat.

"Jangan, kumohon ... "hiba Corina terisak keras saat lelaki berkulit coklat itu menurunkan celana dalamnya.

"Jangan ditunda lagi, heh ... ?!"kekeh lelaki itu geli.

"Kumohon, aku akan memberimu uang berapapun kau mau, asalkan kau tidak memasukiku ... "bujuk Corina putus asa.

"Maaf cantik, juraganku lebih kaya dan lebih royal darimu ... tetapi ... jika kau bersedia melayaniku sampai aku puas, aku akan mempertimbangkannya ..." seringainya culas.

"Jangan, ku mohon, jangan ... "rintih Corina ketakutan saat lelaki itu mengelus juniornya yang telah tegak mengacung dan merangkak ke atas tubuhnya.

"Siap-siap keenakan ya cantik ... ! Hehe ...  jangan nangis melulu ! Sini lihat, punyaku lebih gede dari juragan bule, aku jamin kau akan lebih ketagihan punyaku ... "ujarnya seraya menarik kasar G-string Corina. Wanita muda itu menangis semakin terisak saat mendengar G-stringnya sobek.

WUSHHH ...
JLEBBB !

Mendadak terdengar bunyi seperti desau angin menyela ruang diantara mereka. Lelaki itu tiba-tiba terhenyak dan melotot hingga bola matanya seakan hendak melompat keluar. Darah seketika mengalir dari pelipisnya, seakan tertumpah dari wadahnya. Corina sontak berhenti menangis dan terperangah bingung. Belum sempat Corina mencerna apa yang barusan terjadi, tiba-tiba saja sesosok bayangan hitam datang menghampiri dan langsung melepaskan tinju keras ke pelipis lelaki yang hampir memperkosa Corina. Lelaki itu seketika tumbang disamping Corina seperti sebatang pohon tua lapuk. Diam dan tak bergerak lagi.

Pandangan mata Corina dengan tergesa beralih dari sosok lelaki bajingan itu kepada penolongnya dan kedua bola matanya langsung membelalak lebar.

"Jacub ... !" Desis Corina terperangah.

"Surprise ... ?!" Sindirnya dengan roman muka bosan.

"Kau ?! Ya Tuhan ! Kau orang yang menculikku !"  Tukas Corina tiba-tiba teringat kejadian saat menarik masker tengkorak lelaki yang menculiknya.

"Selamat." Sarkasnya bertepuk tangan tanpa suara dengan mimik muka kebosanan akut.

Corina tidak bisa berhenti melongo mendengar jawaban-jawaban Jacub. Pengaruh obat bius yang masih begitu kental di darahnya membuatnya sulit untuk berkonsentrasi. Apalagi keadaannya yang sangat berantakan setelah hampir diperkosa membuatnya malu dan kikuk dihadapan Jacub yang merupakan calon adik iparnya.

"Rapikan dia !" Seru Jacub membuyarkan lamunan Corina.

"Baik Den,"sahut seorang wanita yang tidak dapat dilihat Corina karena tubuhnya masih belum bisa digerakkan.

Derap langkah kaki seseorang terdengar mendekat kearah Corina.

"Non Cori ... "sapa wanita paruh baya itu mengangguk takzim.

"Bi Halimah ??!" Panggil Corina terkejut.

TBC
🖤

TOXIC  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang