Part 37

921 60 2
                                    



FOLLOW, VOTE and COMMENT ya 😘

8 bulan kemudian.....

Triiiiing!!!

"Table twelve, hidangan penutup! Sekarang...!" teriak Bobby pelayan senior berwajah Timur Tengah saat menjentikkan bell dari jendela orderan. Team cooking yang terdiri dari 6 orang itu tidak ada satupun yang menggubrisnya. Semuanya tampak serius dengan pekerjaannya masing-masing. Bobby sendiri seperti tidak mengharapkan jawaban dari mereka. Dia melangkah kedalam kitchen dengan wajah flat dan berlembar-lembar orderan baru ditangannya. Dia kemudian sibuk menyusun dan menempelken nota-nota pesanan itu ke rak orderan.

Saat car free day seperti ini restoran biasanya memang penuh bahkan pengunjung rela mengantri. Orang-orang borju ibukota hampir semuanya berkumpul direstoran mewah milik konglo David Wongso yang tersohor dengan kemewahan dan kelezatan makanannya juga dekorasi interior restorannya yang high class. Sekedar untuk bersilaturrahmi atau bahkan lobby-lobby. Tapi kebanyakan dari kaum wanitanya yang datang berharap bisa berselfi dengan chef Ruben yang berdarah Yunani yang tampan atletis yang sering wara wiri ditelevisi dan baru saja dinobatkan oleh majalah People sebagai salah satu dari 100 pria paling tampan dimuka bumi.

 Tapi kebanyakan dari kaum wanitanya yang datang berharap bisa berselfi dengan chef Ruben yang berdarah Yunani yang tampan atletis yang sering wara wiri ditelevisi dan baru saja dinobatkan oleh majalah People sebagai salah satu dari 100 pria palin...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Triiiing!!!

"Table twelve, hidangan penutup ready...!!" teriak chef Ruben saat menjentikkan bell. Seorang pelayan kemudian datang mengambil hidangan manis itu.

Kepala pelontos Bobby menoleh sekilas kearah chef Ruben yang berdiri disebelahnya sambil membaca barisan orderan.

"Chef, apa pesanan privat room tabel 17 sudah ready...? Kalau sudah, Manager minta Corina yang mengantarkannya secara khusus...."

"Apa kau tidak lihat kami sedang repot...?! Katakan pada si Renatta itu, tugas kami memasak bukan mengantar makanan...!" Bentak pria bertato itu garang.

Bobby melongo sepersekian detik mendapat semprotan sang chef yang terkenal super jutek.
"Saya juga sudah bilang begitu chef... tapi kata Manager tamunya itu calon suaminya non Vera... ini perintah langsung dari Nyonya besar agar melayani dan menuruti semua permintaan tamu itu..."ujarnya menggedikkan bahu ketika pulih dari kekagetannya.

"Aaaaghh...!! Brengsek...!! Awas aja lu Cecil.... lu udah berani macam-macam dengan anggota gua.... berati lu cari perkara sama gua...!!" Geram chef Ruben mengepalkan tangannya.

"Coriana...."panggil chef Ruben berubah lembut pada wanita muda yang sedang asyik mengolah masakan.

"panggil chef Ruben berubah lembut pada wanita muda yang sedang asyik mengolah masakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hum...??! Eh, saya chef...!"sahutnya terkejut.

"Tolong kamu antar pesanan tabel 17, privat room sekarang...."

"Huh...??! Ttapi bukannya bagian cooking dilarang melakukan kontak langsung dengan tamu tanpa izin CEO atau owner chef ...?" tanya Corina heran. Dia ternyata terlalu asyik menikmati kegiatan memasaknya hingga tidak memperhatikan obrolan chef Ruben dengan Bobby barusan.

"Ini perintah langsung dari Nyonya Cecil. Tamu itu adalah calon suaminya Vera. Kamu siap-siap dan segera antarkan pesanannya lalu langsung balik kesini...." jawab Chef Ruben dengan wajah masam.

"Oh. Sssiap chef...!"sahut Corina bergegas menyusun makanan beserta peralatan makan ke kereta dorong dibantu Bobby.

"Maaf ya Corina.... aku gak bisa ikut mengantar, karena resto lagi ramai.... kau tau sendiri gimana tajamnya mata Saringgan Renatta mengawasi kami para pelayan...."bisik Bobby dengan senyum tak enak hati.

"Gak apa-apa kok mas.... doain aku yah.. semoga aja orangnya gak nyebelin...." balas Corina tersenyum manis.

"Amiiiin...."sahut Bobby seraya membukakan pintu untuk Corina berjalan menuju jalur khusus pelayan ke privat area.

Bagian depan restoran yang didesign bergaya Eropa modern memang terlihat mewah dan instagramable tapi justru bagian yang paling prestisius dari restoran yang setahun terakhir menjadi bahan perbincangan para 'sultan' negri +62 dan artis-artisnya justru private area dibagian belakang restorannya.

Restoran mewah itu memiliki 12 buah privat room yang semua view nya menghadap danau buatan yang sangat indah dan asri. Private room itu sendiri lebih cocok disebut private place karena berada ditempat terbuka dengan background rumah-rumah mini bergaya Eropa. Tempat itu dikhususkan untuk tamu-tamu berkantong tebal yang ingin melakukan private meeting. Salah satu private room yang paling favorit adalah table nomor 17 karena viewnya yang paling indah.

Kereta dorong itu berdecit keras saat berhenti didepan table 17, mengejutkan burung-burung kecil yang sedang bercanda riang diatas mejanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kereta dorong itu berdecit keras saat berhenti didepan table 17, mengejutkan burung-burung kecil yang sedang bercanda riang diatas mejanya. Kepala mungil Corina menoleh kekiri dan kekanan mencari seseorang yang mungkin terlewatkan olehnya. Tapi tidak ada siapapun ditempat itu.

Saat sedang kebingunan itu, seorang lelaki berkacamata berusia sekitar dua puluh lima tahunan tiba-tiba datang menyapanya.

"Nona Corina...?!"tanyanya dengan tatapan menyelidik yang dibalas Corina dengan anggukan sopan. Rasa aneh menggelayuti hatinya. Bukankah sedikit janggal seseorang yang mampu membayar privat area yang super mahal ini bisa mengetahui nama seorang juru masak restoran yang bahkan selalu menghindari kontak dengan siapapun diluar area dapur sepertinya ? Mungkinkah orang itu suruhan Nyonya Irene atau bahkan Mike...? Tanpa sadar Corina meremas celemeknya. Dan tanpa dia sadari lelaki itu memperhatikan setiap gerak geriknya.

"Maaf, bisakah nona menunggu sebentar ...? Pak Dim sedang menuju kesini, tadi beliau tanpa sengaja bertemu kolega lamanya jadi mereka sedikit berbincang-bincang dulu saya kira...." ujarnya tersenyum kecil.

Corina mengangguk. Sejujurnya dia merasa senang jika tidak bertemu orang itu. Karena dengan begitu tugasnya bisa cepat selesai dan dia bisa langsung kembali kedapur. Lagipula dia bukan tipe orang yang pintar bicara apalagi berbasa-basi untuk menyenangkan pelanggan.

"Bolehkan saya menata hidangannya sekarang pak...?"tanyanya tersenyum formal.

"Ummmm.... ya, saya kira tidak mengapa kalau dihidangkan sekarang..."ujarnya sebelum mengangkat telponnya yang berbunyi.

"Ya pak, persis seperti yang anda gambarkan...."sahutnya pada sipenelpon sambil beranjak menjauhi tempat itu.

Corina melirik kepergian lelaki itu sejenak sambil meneruskan menata hidangan dimeja. Setelah selesai, dia berdiri dengan khidmat didekat meja menunggu sang tamu.

Tapi sampai tujuh menit kemudian orang itu belum juga muncul bahkan lelaki yang tadi menyuruhnya untuk menunggu pun tidak tampak lagi batang hidungnya.

Ketika penantiannya sudah memasuki menit kelima belas dia pun berbalik badan dan menarik kereta dorongnya yang telah kosong berniat segera meninggalkan tempat itu dan kembali ke kitchen.

Tapi alangkah terkejutnya dirinya ketika mendapati sesosok lelaki dibelakangnya yang tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Wajah putihnya memerah gelap menahan haru.

"Cori...."desisnya dengan tatapan merindu.

TBC
🖤

TOXIC  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang