Please left
VOTE, COMMENT and FOLLOW❣️
•
•
•
•
•
•
"Bi Halimah kenapa kesini...!" tegur Jouvan terkejut melihat Bi Halimah jatuh terduduk diubin halaman dengan pecahan kaca didekatnya. Perempuan paruh baya itu menatap kebingungan dan gugup pada Jouvan."Dden... anu, itu.... aduh, maafin bibi Den..." katanya gugup.
"Ada apa bi....?!" desak Jouvan khawatir.
"Anu Den.....itu....non Cori, dia...tidak ada dimana-mana....bibi takut non Cori kabur...Jadi Bibi buru-buru lari keluar... bibi mau cari disekitaran halaman.... karena panik bibi kurang hati-hati dan tersandung.... dan gelas yang terbawa bibi untuk non Cori minum obat pecah..." adu Bi Halimah ketakutan.
"Apaaa ???!" seru Jouvan panik dan langsung berlari kedalam rumah. Matanya liar menyapu ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi dan dapur tapi sosok Corina tidak ditemukannya. Dia kemudian berlari kembali kehalaman depan rumah sambil memberi instruksi pada pengawalnya melalui handphone. Bi Halimah perlahan menghampirinya dengan ketakutan.
"Den....ap-apa yang harus saya lakukan...?!" tanyanya ragu.
"Diam divilla ini sampai ada kabar dariku Bi... aku dan anak buahku akan mencarinya...dia pasti belum jauh..." ujar Jouvan dengan suara yang bergetar. Hatinya begitu takut Corina pergi meninggalkannya dan lebih takut lagi jika dia tidak dapat melihat gadis itu lagi.
"Pak..." panggil seorang pengawal beralis mata kanan codet ketika tiba dihadapan Jouvan setelah berlari sangat cepat dari pos security yang berjarak sepuluh meter bersama keempat orang pengawal lainnya.
"Kamu dan yang lainnya segera menyebar cari sampai dapat nona Cori...! Sekarang...!!" Perintah Jouvan berjalan tergesa kearah mobilnya.
"Tapi nona Cori ada dihalaman belakang pak, saya barusan melihatnya disana..." jawab sipengawal beralis codet.
"What...??!!" teriak Jouvan terkesiap dan segera berlari kehalaman belakang rumah. Dadanya bergemuruh hebat saat menemukan sosok cantik ayu itu sedang duduk melamun diayunan pohon mangga. Dia terlalu asyik melamun hingga tidak menyadari kedatangannya yang berjalan tergesa menghampirinya. Jouvan mengamati wajah cantik itu dari samping. Dia murung dan tidak bahagia. Pipi tirusnya digenangi air mata. Mata indah yang selalu membuat Jouvan takjub itu menatap kosong kearah pegunungan. Dia terisak samar dan jantung Jouvan serasa dicubit.... Dia lalu menarik Corina kedalam dekapannya.
"Kau membuatku gila...." erangnya dirambut Corina dan memeluknya lebih keras.
"Kau akan membuatku cepat mati..." sahut Corina terbatuk.
"Hum...??!"
"Kau memelukku terlalu keras. Aku susah bernafas dan badanku sakit..." rintih Corina dengan nafas tersengal.
"Maaf..." ujar Jouvan melonggarkan pelukannya.
"Aku fikir kau pergi..." keluhnya. Nafasnya menyapu hangat wajah putih kedinginan itu.
"Kemana lagi aku harus pergi...?? Jika semua pilihan sama saja...." sahutnya membuang muka dari tatapan tajam Jouvan.
"Menikahlah denganku..."ujar Jouvan menarik wajah itu kehadapannya.
"Aku sudah menikah..."
"Ceraikan dia,"
Corina terkekeh sumbang dan memalingkan wajah. Lalu diam ketika Jouvan menarik dagunya untuk fokus menatap padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC (END)
RomanceWARNING! 21+ [konten dewasa] DARK ROMANCE.ACTION.THRILLER Corina baru saja memulai karir memasak profesionalnya sebagai assistant chef disebuah restoran ternama di Singapura ketika mamanya memintanya kembali ke Jakarta. Sebuah pilihan berat yang me...