FOLLOW, VOTE and COMMENT yah 😘Rasanya baru saja lima menit yang lalu Corina tertidur ketika suara Matteo membangunkannya dengan tergesa.
"Corina...! Corina...! bangun...!"panggilnya mengguncang pelan pundaknya.
"Hum....?!?"erang Corina diujung kesadarannya. Dia tidak bisa melihat apapun. Kamarnya sangat gelap. Dia memang selalu mematikan lampunya saat tidur.
"Apa kau sudah packing barang-barangmu...?"tanyanya dengan suara rendah.
"Sudah,"sahut Corina beringsut bangun. Dia bahkan sudah standby berpakaian lengkap ketika pergi tidur tadi.
"Aku hanya membawa ransel itu..."ujarnya menunjuk sebuah tas ransel yang tergeletak diatas meja setelah menghidupkan lampu disamping tempat tidur. Corina melirik jam didinding. Pukul 2 dini hari. Pantas saja rasanya seperti baru lima menit yang lalu dia tertidur. Karena memang faktanya dia hampir tidak tidur semalaman. Dia terlalu deg-degan dan khawatir dengan perjalanan pulangnya yang tanpa pamit pada Reno. Padahal mungkin saja sekarang lelaki itu telah melupakannya dan tengah terbaring kelelahan disisi ranjang Bianca setelah percintaan panas mereka.
"Good girl....! Bersiaplah, aku akan mengantarmu sekarang...."seru Matteo tanpa menoleh padanya. Dia menuliskan sesuatu dihandphonenya setelah sebuah pesan masuk.
"Bagaimana caranya kamu masuk kekamarku...? Aku ingat betul sudah menguncinya tadi...."tanya Corina seraya mengenakan jacket,masker,sarung tangan dan flat shoesnya.
Matteo menyeringai kecil. "Seorang teman lama membantuku...."ujarnya pendek. Sebuah pesan kembali masuk ke handphonenya dan dia tampak serius menulis balasannya. Corina enggan bertanya lagi.
"Aku siap,"ujar Corina menaruh ranselnya kepunggung.
Matteo mengangguk. Keduanya lalu keluar dari kamar dan berjalan bersisian dengan saling diam hingga tiba didermaga tempat Matteo menambatkan boat curiannya. Mereka kemudian menyeberang dengan tanpa hambatan. Beberapa orang pria yang tengah bergerombol sambil minum-minum bir dipinggiran dermaga memperhatikan keduanya dengan berbisik-bisik. Bahkan ada yang bersuit-suit jahil pada Corina. Matteo merangkul pundak Corina dan berjalan rapat disisinya. Corina mengikutinya tanpa bicara sepatah katapun.
"Anak buahku sedang menuju kesini, tetaplah didekatku...."ujarnya pelan. Corina mengangguk kecil.
Beberapa meter berjalan mereka lalu berhenti disebuah lapangan sepak bola ditengah pemukiman penduduk. Sepertinya lapangan sepak bola itu tempat bermain anak-anak kampung setempat. Tempat itu sedikit gelap. Hanya ada satu lampu dipinggir jalan persis didepan lapangan sepak bola itu yang menyala. Corina memperhatikan Matteo yang tengah sibuk berbicara dengan seseorang di handphonenya. Lelaki itu menoleh padanya dan mengakhiri pembicaraannya.
"Kendaraan kita sudah datang,"ujarnya menatap keatas. Corina ikut mendengak keatas. Sebuah capung raksasa tiba-tiba menyeruak dikegelapan malam disertai deru mesin yang memecah kesunyian malam. Helikopter itu berputar-putar sejenak diatas mereka lalu landing ditengah lapangan sepak bola dengan mulus.
"Naiklah..."ujar Matteo menarik tangan Corina masuk kedalam helikopter.
Setengah jam kemudian mereka sampai kebandara dan parkir di heliport. Matteo membantunya turun dari helikopter.
"Ini tiket pesawatmu. Jangan lupa siapkan paspormu," ujar Matteo menyerahkan sebuah iphone dan sebuah amplop saat mereka tiba didalam bandara untuk cek in. Corina menerima barang-barang pemberian Matteo dengan bingung.
"Tiket pesawatmu ada di iphone itu...."ujarnya menjawab kebingungan Corina.
Corina menyentuh layar handphone, sebuah tiket pesawat business class atas namanya terpampang dilayar. Dan bola matanya kembali membelalak ketika melihat isi amplop yang diberikan Matteo adalah uang senilai $ 1000.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC (END)
RomanceWARNING! 21+ [konten dewasa] DARK ROMANCE.ACTION.THRILLER Corina baru saja memulai karir memasak profesionalnya sebagai assistant chef disebuah restoran ternama di Singapura ketika mamanya memintanya kembali ke Jakarta. Sebuah pilihan berat yang me...