47. Tak di Harapkan

4.8K 611 44
                                    

"Ras, bawa gue pergi sekarang!"

"Lah? Kenapa? Baru nyampe"

"Pleasee!"

"Tap—"

"Revann" lirih Darren lagi tepat setelah dirinya berada di hadapan Revan. Sedangkan Revan? Sosok tersebut hanya bisa memalingkan wajahnya dari Darren. Bukan apa - apa, dirinya hanya tidak ingin terlihat lemah dimata Darren.

"Lo kemana aja? Lo baik - baik aja kan? Gue kangen sama lo, Ree" lirih Darren lengkap dengan mata berkaca - kacanya. Mengabaikan jika saat ini masih ada Wira yang hanya bisa memutar bola matanya malas.

"Gue harus pergi. Permisi" ujar Revan seraya membawa langkahnya pergi. Tapi baru beberapa langkah, Darren justru menghentikan langkahnya.

"Lo mau pergi kemana lagi, Ree? Kita baru aja ketemu, dan sekarang lo mau pergi lagi?"

"Apa lo gak kangen sama gue?" Lanjut Darren yang sukses membuat Revan berusaha mati - matian untuk menahan air matanya. Bohong jika Revan mengatakan tidak merindukan Darren, karena yang sebenarnya terjadi adalah Revan teramat merindukan sosok tersebut.

"Sorry, tapi gue harus pergi" ujar Revan sekali lagi.

"Dan gue gak bakal biarin lo pergi lagi, Ree" ujar Darren seraya mencengkram kuat tangan Revan. Mengabaikan jika saat ini sosok Revan meringis pelan karenanya.

"Lepasin gue, Darr"

"Nggak, sebelum lo ikut gue pulang"

"Gue gak bisa, Darr"

"Kasik gue satu alasan kenapa lo gak mau pulang sama gue, Ree" ujar Darren lengkap dengan aura tajamnya. Sedangkan Revan? Laki - laki tersebut hanya bisa menatap sendu kearah Wira.

"Lepasin tangan, gue Darr"

"Nggak"

"Darr please"

"Nggak Revan" Darren menegaskan, mengabaikan jika saat ini sosok Revan tengah berusaha melepaskan tangannya dari Darren.

"Lepasin Revan" Raska mulai angkat bicara. Tangannya bahkan terangkat untuk melepaskan cengkraman Darren dari tangan Revan.

"Lo pikir lo siapa? Kalau lo lupa, ini bukan urusan lo!"

"Justru ini bakal jadi urusan gue kalau lo gak ngelepasin Revan"

"Lo pikir gue peduli?"

"LEPASIN REVAN" teriak Raska yang sukses membuat Darren terkekeh sinis. Tanpa pikir panjang, laki - laki tersebut langsung melepaskan tangan Revan dan beralih mencengkram kuat baju Raska.

"Gak usah ikut campur bisa?" Ujar Darren sarat akan penekanan.

"Lo pikir gue bakal diem aja setelah apa yang lo lakuin ke, Revan? Engga man!"

"Lo pikir lo siapa? Lo bahkan gak punya hak buat ikut campur masalah keluarga gue!" Ujar Darren seraya memperkuat cengkramannya. Tidak peduli jika tindakannya bisa saja melukai Raska.

Darren memutar bola matanya malas sebelum akhirnya mendorong kuat tubuh Raska. Dan tanpa pikir panjang lagi, sosok tersebut langsung menarik tangan Revan begitu saja. Mengabaikan jika saat ini Revan tengah meronta untuk di lepaskan.

"Darren lepasin gue"

"Gue gak bakal ngelepasin lo, Ree"

"Darren—"

"Gue bilang lepasin Revan, bangsat. Lo ngerti bahasa manusia gak sih?" Teriak Raska, sosoknya bahkan menarik paksa Revan dari tangan Darren.

"Lo gak papa?" Tanya Raska tepat setelah Revan berada disisinya. Sedangkan Revan? Laki - laki tersebut hanya bisa mengangguk pelan sebagai jawaban.

Bughh

Satu pukulan dari Darren sukses mendarat di pipi Raska. Tapi alih - alih membalas perlakuan Darren, sosok tersebut hanya bisa memejamkan matanya pelan. Berusaha mati - matian untuk menahan kesabarannya.

"Darren lo apa - apaan sih?" Teriak Revan seraya menyentuh pelan pipi Raska. Dapat di lihat jika saat ini sosok tersebut terluka karena ulah kakaknya.

"Lo ngebelain dia?"

"Gue bahkan gak punya sedikitpun alasan buat berpihak sama lo, Darr" ujar Revan seraya menatap lirih kearah sosok di hadapannya.

"Gue udah bilang kalau gue gak mau ikut lo. Tapi kenapa lo maksa? Seharusnya lo seneng kalau gue udah gak tinggal di rumah lo lagi!"

"Revannn"

"Gue capek, Darr. Gue capek kalau terus - terusan kaya gini. Gue juga pengen bahagia, dan kebahagian gue jelas bukan sama lo" lirih Revan pelan, air matanya bahkan jatuh tanpa bisa ia cegah.

"Kamu denger sendiri kan? Dia udah ga butuh kita Darren. Jadi untuk apa kamu nyuruh dia pulang kalau rumahnya jelas - jelas bukan kita?" Wira mulai ikut menimpali, mengabaikan jika saat ini sosok Revan hanya bisa menatap sendu kearahnya.

"Bokap lo bener. Lebih baik lo pergi sekarang, karena percuma juga gue ada disana kalau gue gak ngerasa bahagia sedikitpun"

"Dan buat anda? Seharusnya anda senang bukan?" Ujar Revan lengkap dengan nada sinisnya. Karena percaya atau tidak, saat ini Revan benar - benar kecewa dengan sosok ayahnya tersebut.

"Gue gak mau tau, lo ikut gue" ujar Darren sebelum akhirnya menarik paksa Revan agar pergi dari sana. Mengabaikan jika saat ini kondisi Revan bahkan jauh dari kata baik. Wajahnya kian memucat, seiring dengan rasa pening yang sedari tadi coba ia tahan.

"Lepasinn Revan" Raska kembali menegaskan, sosoknya bahkan ikut menggenggap erat tangan Revan. Bedanya genggamannya jauh lebih lembut daripada Darren.

"Ras, ba-wa gue per-gi dari sini" lirih Revan di sela - sela kesadarannya.

"Are you okay?"

"Gue gak mau sama Darren" lirih Revan lagi sebelum akhirnya jatuh tak sadarkan diri. Berusaha mengabaikan jika saat ini, baik Raska maupun Darren sukses di buat panik karenanya.

"Revannn"

"Jangan sentuh dia!" Raska kembali menegaskan lengkap dengan nada tajamnya.

"Tap—"

"Darren Darren Darren! Seharusnya lo sadar kalau dari awal Revan gak mau ikut sama lo. Dan sekarang? karena sikap keras kepala lo Revan jadi gini. Apa lo puas?" Teriak Raska sarat akan emosi. Tapi disisi lain dirinya jauh lebih mengkhawatirkan Revan. Karena percaya atau tidak, ini adalah kali pertamanya melihat Revan serapuh ini.

"Tau apa lo soal Revan? Gue bahkan gak pernah ngeliat lo deket sama dia sebelumnya"

Raska memejamkan matanya sejenak, seiring dengan tangannya yang mengepal kuat. Dirinya tidak habis pikir dengan sosok Darren, karena bisa - bisanya laki - laki tersebut bertindak segegabah ini.

"Lo kakaknya kan? Seharusnya lo bisa ngertiin dia lebih daripada gue. Tapi sekarang apa? Jangankan buat ngerti, paham aja lo engga!"

"Revan udah cukup menderita karena lo. Dan sekarang? Gue gak bakal biarin lo dan bokap lo buat nyakitin Revan lagi"

"Tap—"

"PERGI ATAU GUE PANGGIL POLISI!"

"Darr, sebaiknya kita pergi sekarang" Wira menimpali, mengabaikan jika saat ini Darren hanya bisa menatap sendu kearah Revan yang tak sadarkan diri.

"Tapi Revan pa"

"Jauhin Revan. Biarin dia bahagia sama pilihannya sendiri. Selama ini dia udah cukup menderita. Jadi kalaupun lo sayang sama dia, jangan tambahin penderitaan dia karena keegoisan lo!" Ujar Raska yang sukses membuat Darren kehabisan kata - katanya.

"Tau apa kamu tentang keluarga saya?" Wira kembali angkat bicara. Merasa tidak terima dengan perlakuan sarkas sosok tersebut terhadap Darren.

"Lebih baik anda diam kalau anda tidak ingin Darren mengetahui semua kebusukan anda, tuan MAHAWIRA"

—Revan—

Rame buat Triple ya!

R E V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang