18. Mirip Setan

5.2K 590 12
                                    

 R e v a n   A l d e b a r a n

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

R e v a n   A l d e b a r a n

***

Detik konstan jarum jam sukses memecah keheningan yang sempat tercipta. Hari ini masih tidak jauh berbeda dengan hari hari sebelumnya. Revan— laki - laki tersebut tengah berada di balkon kamarnya, mengamati bagaimana tenangnya angkasa di atas sana.

Sosoknya sempat tersenyum sebelum akhirnya memilih untuk membuang muka. Revan tidak pernah bisa membayangkan jika takdir yang ia terima akan serumit ini, hidup di bawah penekanan serta keberadaannya yang tak pernah di anggap.

Revan tau jika semua ini bagian dari takdir, dan seharusnya ia tidak mengeluh bukan? Tapi sayang, semuanya tidak akan pernah selesai jika hanya di gambarkan melalui aksara. Revan juga manusia, ia punya hati dan ia juga masih bisa merasakan bagaimana sakitnya terluka karena sebuah penekanan.

Revan ingin marah, tapi ia tidak tau harus melampiaskannya kepada siapa. Semuanya terlalu sulit untuk ia jalani seorang diri. Ia butuh pegangan, ia butuh sandaran tapi disisi lain ia juga sadar— sadar kalau dirinya bukanlah siapa siapa.

Revan tersenyum miris sebelum akhirnya kembali menghela nafas pelan. Sekali lagi, netranya kembali ia alihkan kearah angkasa diatas sana. Menikmati bagaimana mega pekat di atas sana terlihat ramai karena ulah sang bintang.

Malam tidak pernah sendirian, karena percaya atau tidak? Ia masih memiliki bulan dan juga bintang yang setia menemani. Bintang mungkin saja tidak terlihat jika mendung sudah mulai menguasai, tapi sadarkah kalian? Jika bintang masih tetap setia meskipun sosoknya tak pernah terlihat.

Jujur, Revan iri dengan semesta. Ia merindukan bagaimana rasanya di cintai, di anggap bahkan di terima. Tapi sayang, karena sekarang semuanya hanya akan menjadi sebuah angan belaka.

Revan sadar dirinya bukan siapa siapa, tapi apa salah jika dirinya berharap semoga semuanya membaik? Revan rindu, tapi disisi lain ia juga lelah.

"Woy" Revan mengernyit, tepat setelah dirinya menyadari jika ada seseorang yang tengah memanggilnya.

"Ngapain lo?" Balasnya seraya terkekeh kecil

"Buruan turun, bukain pintu" teriak sosok itu lagi seraya melambaikan kedua tangannya. Revan menggeleng, sebelum akhirnya membawa langkahnya menuju gerbang.

"Lelet banget sih, kek keong"

"Bawel, lagian lo ngapain sih kerumah gue malem malem?"

Ardhea Claretha, gadis tersebut terlihat berkacak pinggang seraya menatap sosok dihadapannya dengan malas.

"Menurut lo gue ngapain?"

"Paling juga ngerusuh ga jelas, lo kan gitu orangnya"

"Tedott, tebakan salah"

"Terus?"

"Gue bawa permen buat lo, nihh" ujar Dea seraya menyerahkan satu bungkus permen kopiko kearah Revan.

R E V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang