15. Perihal Mama

5.8K 720 17
                                    

BACANYA SAMBIL DENGERIN LAGUNYA YA☺️

Darren, kini laki - laki tersebut tengah berada di sebuah Cafe. Selepas bertengkar dengan adiknya tadi, ia memilih untuk pergi dari rumah. Ia takut, jika sikap tempramentalnya bisa melukai Revan lebih jauh dari ini. Meskipun benci, tapi disisi lain dirinya juga tidak bisa memungkiri jika mereka itu kembar.

Seperti yang terjadi saat ini, entah kenapa perasaan bersalah terus saja menghantuinya, ia merasa jika ucapannya tadi terlalu kelewatan. Revan sudah cukup menanggung beban selama ini, tapi kata - katanya justru membuat laki - laki tersebut semakin terluka.

Darren ingin menghampiri adiknya, tapi disisi lain dirinya juga berpikir untuk apa? Darren benar - benar bingung. Hatinya meminta dirinya untuk datang, tapi otaknya justru menyuruhnya untuk pergi.

Rasa kecewanya mungkin masih terlalu besar untuk adiknya tersebut, bahkan rasanya Darren tidak ingin menganggap Revan adalah saudaranya. Karena, jika bukan gara - gara Revan, mamanya tidak mungkin pergi meninggalkan dirinya.

Ia mungkin masih terlalu kecil untuk mengerti semuanya, tapi ia juga masih terlalu kecil untuk menghadapi sebuah kehilangan. Apalagi jika orang tersebut sangat berpengaruh penting dalam hidupnya.

"Darren udah gede kan?"

"Iya dong ma, sekalang umul dalen udah enam tahun"

"Kalau misalnya mama minta tolong sama Darren boleh?"

"Bolehlah, apasih yang engga buat mama"

"Kalau mama nyuruh Darren buat jagain adik, Darren mau?" Tanya Rossa yang langsung di jawab anggukan semangat oleh bocah kecil tersebut.

"Dalen bakal jagain adik, dalen gak bakal bialin adik nangis"

"Janji sama mama?"

"Dalen janji ma"

"Darren harus inget pesen mama ya? Darren harus jagain adik"

"Kalau dalen lupa gimana ma?"

"Darren ga boleh lupa, karena ini penting sayang, dan Darren juga udah janji sama mama"

"Penting?"

"Adik kamu itu spesial, jadi kalau Darren gak bisa jagain adik, nanti tuhan bakal ambil adik dari Darren. Darren gak mau kan kalau adik di ambil?"

"Dalen gak mau ma, Dalen janji bakal jagain adik. Dalen gak mau adik di ambil sama tuhan"

"Anak pintar, mama sayang Darren"

"Aku juga sayang mama" lirih Darren pelan, entah kenapa dirinya sangat merindukan sosok Rossa. Sosok yang paling Darren sayangi, sosok yang paling Darren kagumi, dan sosok yang selama ini selalu ia jadikan panutan.

"Darren kangen mama"

"Mama nyuruh aku buat jagain Revan? Mana bisa ma? Mana bisa aku jagain orang yang udah ngebuat mama ninggalin aku? Ninggalin papa? Bahkan ninggalin kita semua. Aku gak bisa ma"

"Aku ga busa jagain Revan"

"Maafin aku ma" lirih Darren seraya menghapus jejak air mata dipipinya.

Sedangkan disisi lain, sosok Revan terlihat membawa langkah pelannya menuju kamar, entah kenapa perkataan ayah dan juga kakaknya masih terngiang - ngiang di benaknya. Bahkan jika ada kata yang bisa ia ucapkan selain rasa sakit, mungkin Revan sudah mengatakannya sekarang. Rasanya benar - benar tidak bisa ia jabarkan melalui kata. Topeng yang selama ini ia gunakan seolah tak mempan lagi untuk menyembunyikan seberapa terlukanya dirinya.

Revan lemah, dan ia mengakui itu. Apalagi jika semuanya harus berhubungan dengan keluarga. Karena pada kenyataannya, kelemahan terbesar dirinya adalah keluarga.

"Maa, Revan butuh mama. Revan gak kuat" lirihnya pelan seraya mengamati figura yang baru saja di ambilnya. Terlihat jelas bagaimana sosok di dalam foto tersebut tersenyum kearahnya. Cantik, bahkan rasanya wanita tersebut adalah satu - satunya wanita tercantik yang pernah ia temui. Mamanya, sosok yang paling Revan sayangi.

"Seharusnya mama gak usah nolongin Revan waktu itu, seharusnya mama biarin aja Revan yang pergi. Revan capek ma, Revan takut, Revan ga ada temen disini" lirih Revan pelan, tangannya terangkat untuk mengusap lembut figura dihadapannya. Air matanya kembali jatuh tanpa bisa ia cegah, ada rasa sakit dan juga rindu yang sukses meluluh lantahkan perasaannya.

"Ma... Revan butuh mama, Revan gak kuat ma"

"Mama bilang Revan anak yang kuat kan? Tapi mama salah, ma. Revan ga sekuat itu, rasanya bener - bener sakit ma. Revan bahkan gak tau alasan Revan hidup sekarang itu apa?"

"Papa, Darren— semua ngebenci Revan ma"

"Seharusnya mama gak usah ngorbanin diri mama buat Revan, kalau pada akhirnya Revan harus nanggung kebencian mereka, Ma"

"Mereka sedih mama pergi, tapi mereka mungkin gak bakal sedih kalau misalnya Revan yang pergi" lanjut Revan lagi, tangannya terangkat untuk menghapus jejak air matanya. Figura yang tadinya ia genggam, ia letakkan kembali di atas meja. Revan menarik nafas panjangnya, sebelum akhirnya beranjak menuju kamar mandi.

Butuh waktu sekitar sepuluh menit lamanya bagi Revan membersihkan diri, karena sekarang? Laki - laki tersebut tengah berada di balkon kamarnya. Netranya ia arahkan kearah angkasa di atas sana. Sepi, setidaknya hal tersebutlah yang Revan tangkap saat ini.

Tidak ada bintang, bulan bahkan langitpun terlihat jauh lebih gelap dari sebelumnya. Sepertinya langit sedang berduka, sama halnya dengan dirinya.

Duarr

Revan tersenyum kecut, tepat setelah tetesan - tetesan air hujan tersebut mulai jatuh ke permukaan. Revan menengadahkan tangannya, berusaha bersentuhan langsung dengan air hujan di hadapannya.

"Apapun yang terjadi nanti, mama mau kamu jadi anak yang kuat Revan. Buktiin ke semua orang kalau kamu bukan anak yang lemah. Revan anaknya mama harus kuat, oke?"

Revan tersenyum tipis, tepat setelah ingatannya kembali menerawang jauh kemasa lalu. Lebih tepatnya masa - masa di mana Rossa belum meninggalkannya.

"Maafin Revan, ma. Seharusnya Revan gak ngeluh. Revan anak mama kuat kok" Revan kembali memantapkan hatinya. Ia sudah dewasa, jadi tidak seharusnya ia menjadi lemah bukan?

"Revan gak bakal ngecewain mama lagi, tapi kalau boleh Revan minta— jemput Revan kalau misalnya Revan nyerah ya ma" lanjutnya sebelum akhirnya kembali memasuki kamar.

—Revan—

Sebelumnya gua makasi banget buat kalian yang udah mampir ke cerita gua. Kadang jujur ga nyangka aja bisa sampe ke titik ini. Yang awalnya cuma iseng, eh jadi keterusan. But...thank you ya guys🥰

-Vin

R E V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang