63. Kepiting

3.4K 417 4
                                    

Setelah sekian lama akhirnya Revan bisa menginjakkan kakinya kembali di rumah ini. Rumah yang sempat ia tinggal beberapa bulan lamanya. Jujur, rasanya Revan benar - benar merindukan rumahnya.

"Gue ga nyangka kalau gue bisa balik kesini lagi" ujar Revan seraya mengamati bangunan di depannya. Senyuman manis bahkan terpatri jelas di wajahnya. Dapat di pastikan jika saat ini Revan benar - benar bahagia.

"Ini rumah lo, jadi mau sejauh apapun lo pergi— rumah ini bakal tetep jadi alasan lo kepulangan lo, Ree" ujar Darren yang sukses membuat Revan mengulum senyum tipisnya.

"Gue kangen kamar gue, Darr"

Darren terkekeh sebelum akhirnya menarik pelan tangan adiknya, membawa laki - laki tersebut ketempat yang paling ia rindukan. Sedangkan Revan? Saat ini laki - laki tersebut hanya bisa mengikuti langkah sang kakak seraya tersenyum tipis. Netranya ia edarkan segala arah, berusaha menikmati setiap celah yang selama ini ia rindukan. Meskipun tak banyak moment yang ia dapat, tetap saja rasanya akan sangat berharga.

"Istirahat yang banyak ya?" Ujar Darren tepat setelah mereka sampai dikamar Revan.

"Gue laper" rengek Revan seraya mempoutkan bibirnya lucu. Darren terkekeh seraya mengusak lembut rambut adiknya tersebut.

"Mau makan apa? Biar gue pesenin"

Revan tampak berpikir sebelum akhirnya menunjukkan cengiran khas andalannya, "Kepiting saus tiram enak kayanya deh"

Darren mengangguk, tangannya terlihat merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda dengan merk Iphone tersebut. "Udah gue pesenin. Sekarang lo istirahat dulu"

"Lo mau kemana?"

"Mau mandi bentar, badan gue udah lengket banget" jawab Darren yang langsung dijawab anggukan pelan oleh Revan. Darren tersenyum sebelum akhirnya membawa langkahnya pergi dari sana. Meninggalkan Revan yang saat ini terlihat masih menikmati suasana rumahnya lengkap dengan senyuman tipisnya.

"Paketttttt paketttttt" teriak seseorang yang sukses membuat Revan mengernyitkan alisnya bingung. Sebab ia merasa jika suara tersebut terdengar tidak asing lagi di telinganya. Revan memgedikkan bahu sebelum akhirnya membawa langkahnya menuju pintu utama.

"Paketttt pakeetttt"

Ceklekkk

"Vano? Adrian?" Revan terlihat kaget, tapi disisi lain ia juga bahagia. Setelah sekian lama akhirnya ia bisa berkumpul kembali bersama kedua sahabatnya.

"Ree kita kangen banget sama lo" ujar Vano seraya berhambur ke pelukan Revan. Mengabaikan jika sosok tersebut masih belum sadar dalam keterkejutannya. Sedangkan Adrian? Seolah tak mau kalah, sosoknya pun ikut memeluk Revan. Tidak cukup kuat, karena mereka tau jika Revan baru saja selesai operasi.

"Gimana keadaan lo sekarang? Lo gak tau apa gimana khawatirnya gue waktu denger lo sekarat di Bandung?" Gerutu Adrian seraya mempoutkan bibirnya lucu.

Revan terkekeh, "Masuk dulu gimana? Kita ngobrol - ngobrolnya di dalem aja"

Vano dan Adrian mengangguk kompak, "Oh iya, gue sama Adrian udah bawain makanan kesukaan lo nih. Nanti kita makan bareng, gimana?"

"Apaan tuh?"

"Kepiting Saus Tiram"

"Hahh?"

"Kenapa? Gini - gini gue udah beli lima belas bungkus. Jaga - jaga kalau kurang, secara lo kan makannya banyak banget" balas Adrian lengkap dengan nada santainya. Mengabaikan jika saat ini sosok Revan hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kenapa? Lo gak suka ya?" Tanya Vano yang langsung dijawab gelengan cepat oleh Revan.

"Bukan gitu, tapi—"

"Tapi apa?"

"Masalahnya Darren baru aja beli kepiting saus tiram lima bungkus" ujar Revan yang sukses membuat Vano dan juga Adrian menjatuhkan rahangnya tidak percaya.

"Kebanyakan gak sih?"

"Bukan banyak lagi, tapi banyak bangett" celetuk Vano yang sukses membuat Revan menunjukkan cengiran khasnya.

"Yaudah sih makan aja gapapa, daripada kebuang kan?"

Vano dan Adrian tersenyum kaku, sebab mereka juga ragu antara bisa atau tidaknya menghabiskan dua puluh bungkus kepiting saus tiram tersebut.

Revan meneguk ludahnya kasar, setidaknya tepat setelah kepiting - kepiting tersebut berbaris rapi di meja makan. Entah kenapa tiba - tiba selera makannya hilang entah kemana.

"Sumpah, rasanya kaya liatin kepiting latihan baris berbaris" ujar Darren yang sukses membuat seluruh pasang mata menatap kearahnya.

"Kayaknya bentar lagi perut kita bakal jadi asrama buaya deh  deh" celetuk Revan lengkap dengan wajah memelasnya.

"Buaya?"

"Ralat, kepiting maksudnya"

"Gue berharap semoga organ tubuh gue gak kena capit tuh kepiting" kali ini Adrian mulai ikut menimpali. Mengabaikan jika saat ini sosok Vano tengah menatap horor kearahnya.

"Kenape?"

"Sejak kapan kepiting mati bisa nyapit?"

"Oh iya yaaa"

"Lagian lo berdua kenapa belinya banyak banget?" Darren menimpali, mengabaikan jika saat ini baik Vano maupun Adrian hanya bisa menunjukkan cengiran khasnya.

"Mumpung ada promo yaudah gue borong aja semua. Lagian gue juga gatau kalau lo beli kepiting juga"

"Yang jadi masalah sekarang tuh bukan banyak atau engganya. Tapi bisa atau engga ngabisin tuh kepiting" ujar Revan yang sukses membuat semuanya beralih menatap kearah kepiting - kepiting di meja makan.

"Saking rapinya, gue jadi gatega makannya"

"Lagian siapa yang nyusun nih kepiting sih?"

"Guee heheee"

"Ga gini gak gitu, makan ae lahhh"

"Makan?"

"Makannnn"

Revan—

R E V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang