57. Berupa Nasihat

4.5K 581 26
                                    

"Saya gak tau kalau Revan ternyata anak kamu" ujar Fahri memulai pembicaraan. Netranya bahkan tidak ia alihkan sedikitpun kearah Wira. Karena pada dasarnya, jalanan di depannya jauh lebih menarik daripada wajah Wira.

"Dia bukan anak saya" ujar Wira yang sukses membuat Fahri terkekeh sinis.

"Mau sampai kapan kamu kaya gini? Semuanya udah berubah, Wir. Dan saya rasa Rossa juga gak suka sikap kamu yang kaya gini"

"Kalau kamu lupa, Rossa meninggal gara - gara anak itu!"

"Rossa meninggal bukan karena Revan. Kamu tau kalau Rossa udah lama sakit, dia meninggal karena sakitnya. Dan soal kecelakaan itu? Semuanya bahkan murni kecelakaan Wira"

"Berhenti salahin Revan atas apa yang gak pernah dia perbuat. Kamu pikir Revan mau ada diposisi itu? Engga Wira, dia bahkan gak mau jadi alasan mamanya meninggal"

"Revan itu anak kamu. Seharusnya kamu jauh lebih mengerti dia daripada saya. Dia anak yang baik, selama dia tinggal sama saya— dia bahkan gapernah ngeluh soal kamu"

"Dia selalu merapalkan nama kamu dalam doanya. Dia selalu menghormati kamu meskipun dia tau kalau kamu bukan ayah kandungnya. Dia bahkan gak pernah masalah kalau semisalnya dia bukan darah daging kamu. Dia anak yang baik, dan seharusnya kamu gak nyakitin dia kaya gini"

"Selama ini, apa kamu pernah nanyain gimana rasanya jadi dia? Apa kamu tau gimana terlukanya dia? Gimana tertekannya dia gara - gara kamu? Kamu gak tau kan?"

"Fahriii—"

"Jangan potong ucapan saya. Kamu cukup diam dan dengarkan apa yang seharusnya kamu dengar. Saya cuma gak mau kamu masuk ke jalan yang salah Wira"

"Rossa meninggal karena penyakit jantungnya. Kamu juga tau itu, kondisinya semakin hari semakin melemah. Rossa bahkan gak mau dibawa kerumah sakit waktu itu. Jadi alasan utama Rossa meninggal bukan Revan, tapi sakitnya"

"Dan bodohnya, disini kamu justru menyalahkan Revan atas semuanya. Kamu tau segalanya, tapi apa? Lagi - lagi Revan yang kamu gunakan sebagai bahan pelampiasan!"

"Kamu tau gimana sayangnya Rossa sama Revan dulu. Dia bahkan gak segan buat ngelindungin Revan dari siapapun. Dan kamu? Bukannya menjaga, kamu justru menyakiti anak kandung kamu sendiri Wira. Apa kamu pikir Rossa gak akan kecewa sama kamu?"

"Rossa nitipin Revan ke kamu karena dia percaya kalau kamu bisa jagain Revan. Tapi sekarang apa? Secara gak langsung kamu justru ngehancurin kepercayaan istri kamu sendiri"

"Revan itu spesial. Seharusnya kamu tau kalau dia bisa di panggil tuhan kapan aja. Seharusnya kamu jaga dia, bukannya malah ngasih dia penderitaan kaya gini"

"Saya bahkan gapernah nyangka kalau kamu bakal berubah secepet ini, Wir. Saya kira kamu adalah sosok ayah yang baik. Tapi apa? Kamu bahkan gak pantes disebut seorang ayah"

"Karena gak ada ayah yang bakal tega ngusir putranya sendiri dari rumah. Ga ada ayah yang bakal tega ngelakuin hal seburuk itu keputranya. Luka - luka memar di tubuh Revan, itu ulah kamu kan?"

"Saat pertama kali saya ketemu Revan, saya bahkan gak tau kalau dia adalah anak kamu. Waktu itu dia lagi bener - bener butuh uang, seharian dijalanan, gak makan gak minum sampai - sampai dia rela jual handphonenya ke saya dengan alasan untuk menyewa kontrakan"

"Saya yang bukan ayahnya saja bisa iba. Tapi kenapa kamu bisa setega itu, Wir? Apa kamu gak punya hati?"

"Dan ya? Saya juga gak bakal tau kalau Revan anak kamu kalau aja Raska gak liat kamu di taman waktu itu" ujar Fahri yang sukses membuat Wira termenung. Pantas saja dirinya merasa tidak asing dengan sosok tersebut.

"Raska adalah putra saya. Dan saat ini? Revan adalah tanggung jawab saya. Kalau misalnya kamu gak pernah mengharapkan Revan, biar saya yang akan menjaganya. Saya rasa Revan akan jauh lebih bahagia jika tinggal bersama saya daripada kamu, Wira"

"Fahriii—"

"Revan udah cukup menderita. Jadi tolong jangan menambah penderitaan dia. Selama ini dia udah nanggung semuanya sendiri. Jadi kalau bukan kamu, ijinin saya buat ngambil peran ayah buat Revan" ujar Fahri yang entah kenapa sukses membuat Wira merasa tidak nyaman.

"Seharusnya kamu tau kalau Revan adalah tanggung jawab saya, Fahri"

"Itu dulu, seenggaknya sebelum kamu ngelepas dia kejalanan"

"Tapi—"

"Revan sakit, Wir. Jadi tolong, jangan nambah penderitaan dia lagi"

"Sakit?"

"Saya udah duga kalau kamu bahkan gak tau semuanya. Revan mungkin sengaja menyembunyikan semua dari kamu, dia gak mau menyusahkan kamu apalagi setelah apa yang udah kamu bilang ke dia. Mungkin itu alasan dia lebih milih buat nutupin semuanya dari kamu"

"Kamu selalu bilang dia anak pembawa sial, benalu, bahkan kamu terang - terangan bilang kalau selama ini dia cuma nyusahin kamu. Jadi ga salah kalau dia ngambil jalan ini"

"Revan sakit apa?"

"Leukimia sama kelainan jantung"

"Kelainan jantung?" Tanya Wira yang langsung dijawab anggukan pelan oleh Fahri.

"Bukannya dulu Rossa juga mengidap sakit itu?" Tanya Fahri lengkap dengan kekehan sinisnya. Mengabaikan jika saat ini sosok Wira hanya bisa menahan air matanya agar tidak jatuh saat itu juga.

—Revan—

R E V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang