23

180 31 61
                                    


Saat akan kembali ke kelas, langkah Zava terhenti oleh dua orang yang menghadangnya, mereka berdua kompak mengulurkan tangannya.

"Minggir!" Ujar Zava kesal menepis tangan Araya dan Frian. Lalu dengan kesal duduk ditempat duduknya dengan memangku kepalanya diatas meja menghadap ke arah tembok.

"Kenapa tuhh?" Tanya Frian pada Araya. Araya mengangkat bahunya.

"Paling lagi dapet, Ujar Araya langsung duduk disebelah Zava.

"Zav!" Araya melempar kertas yang sudah diremas olehnya ke muka Zava. Zava tetap diam tidak menoleh ke arah Araya.

"Lagi marahan sama Fares?" Tanya Araya pada Zava.

"Bad mood gue, udah sana, jangan ajak gue bicara dulu,"  ujar Zava mengusir Araya.

"Gak mau bagi cerita nihh?"

"Gak!!"

"Kenapa sih?" Tanya Frian pada Araya.

"Biasa," ujar Araya dengan tangan yang memperagakan hati retak.

Frian lalu mengangguk paham, dan tertawa kencang.

"Udah putusin aja," ujar Frian lalu mendapat lemparran buku dari Araya.

"Kompor dehhh," ujar Araya.

Dubrakkkkkk!!! pintu kelas Zava terbuka lebar menampilkan sosok Fares  baru saja membuka pintu dengan kencang.

Fares berlari menuju meja Zava.

"Zav, maafin aku, aku gak maksud bicara kayak gitu tadi" ujar Fares memegang tangan Zava.

Zava berdiri lalu berusaha keluar dari kelas, wajahnya penuh kecewa, hari ini seharusnya hari yang menyenangkan baginya, tapi itu tidak sesuai dengan realitanya.

"Zav, maafin aku"

"Lepas!!"

Zava berdecak saat lelaki itu menarik tangannya. Zava sama sekali tidak mendengarkan ucapan Fares, bahkan menatapnya.

"Hehh, dengerin aku dulu," ujar Fares mencengkeram kuat tangan Zava.

Zava meringis menatap pergelangan tangannya yang sedikit memerah.

"Zav....." Ujar Fares lembut.

"Lepasin atau kita putus?"

Fares melepas genggaman tangannya. Zava berlari keluar dari kelas. Fares mengusap wajahnya kasar.

"Lo apain Zava??" Tanya Frian yang sedari tadi diam.

"Gausah ikut campur!!" Ujar Fares menatap dingin Frian.

"Argggghh!!" Ujar Fares lalu menendang bangku kelas Zava.

Disamping itu ada lelaki yang sedang menertawakan Fares.
"Rasain Lo Res," ujar Devan disebalik tembok yang sedari tadi menguping pembicaraan Fares dan Zava.

***


Zava sedang berdiri didepan cermin kamarnya. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang dikatakan Fares tadi. Zava menghembuskan nafas kasar.

Ceklek...

Pintu kamarnya terbuka, mbokde membawakan susu dengan makanan Zava.

"Makan dulu neng, dari tadi neng Zava belum makan kan?" Ujar mbokde meletakkan susu dengan bubur dimeja Zava.

"Zava gak laper mbok," ujar Zava dengan nada lesu.

"Astaghfirullah neng, neng Zava pucet banget, neng Zava habis nangis?" Ujar mbokde khawatir. Menempelkan tangannya pada kening Zava.

ZAVARA [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang