32

169 21 31
                                    


"Kenapa anak papi murung kayak gitu?" Tanya Adinata pada Zava.

Mereka berdua sedang bersih-bersih dirumahnya. Zava menyirami tanaman dan Adinata mencuci mobilnya. Adinata sengaja mengajak putri satu-satunya bersih-bersih agar mereka bisa bersama, karena Adinata sadar bahwa ia dan anaknya jarang sekali mengobrol dan melakukan kegiatan bersama.

"Zava keinget nenek Pi," ujar Zava sambil menyirami tanaman.

"Kenapa ya, nenek kalau sama Zava itu kayak gasuka gitu?" Ujar Zava.

"Enggak suka gimana maksud Zava?" Tanya Adinata.

"Ya gitu, semenjak mami ninggalin Zava, nenek selalu nyalahin Zava terus, apa-apa yang salah Zava, padahal Zava nggak pernah berbuat salah, sekalinya Zava berbuat salah nenek selalu main tangan sama Zava,"

Zava mengingat masa lalunya saat tinggal bersama neneknya. Karena dulu Zava ditinggal oleh Adinata ke new York untuk kerjaannya. Dan pada saat itu juga mami Zava juga pergi meninggalkan Zava dan Zava hanya hidup berdua dengan neneknya selama tiga tahun.

"Enggak baik ngomongin orang yang udah enggak ada," ujar Adinata, memang neneknya sudah meninggal dunia sejak dua tahun yang lalu akibat serangan jantung.

"Nenek dulu gituin Zava karena nenek sayang banget sama Zava, biar Zava Besarnya jadi anak baik, ngak manja," ujar Adinata

"Iya Pi," ujar Zava.

"Oh iya, gimana hubungan kamu sama pacar kamu?" Tanya Adinata.

"Fares?"

"Iyalah, emang kamu punya pacar yang lain?" Kekeh Adinata.

"Baik-baik aja," ujar Zava meski ia masih jengkel dengan Fares akibat kejadian dicamping.

"Papi mau ketemu dong sama ibunya, kata kamu ibunya kan baik," ujar Adinata.

"Cielahh, bunda udah punya tunangan Pi," ujar Zava.

"Bukan gitu maksud papi, gimana kalau nanti malam kita makan sekalian ajak Fares dan ibunya?" Ucap Adinata memebuat Zava cengo.

"T-tapi Pi---," ujar Zava terpotong.

"Udah papi pesenin resto buat nanti malam, kamu tinggal kasih tau Fares sama ibunya aja," ujar Adinata

"Papi kepo banget sama ibu Fares," ujar Adinata.

"Orangnya baik banget Pi, enggak kaya anaknya," ujar Zava.

"Oh ya?"

"Iya Pi, ramah, cantik, beda seratus persen sama anaknya," ujar Zava mengagumi sosok bunda Fares.

"Beda tapi kamu suka," ledek Adinata pada Zava.

°°°

Fares sedang duduk bersama teman-temannya di tempat biasa mereka nongkrong.

Fares menatap temannya jijik, karena sedari tadi tersenyum-senyum menatap ponselnya, membuat Fares kepo.

"Liat apaan Lo?" Tanya Fares pada Tian.

"Pekob," ujar Tian "mau liat juga?" Tawar Tian pada Fares.

"Bosen nonton itu mulu," ujar Fares lalu mengambil satu botol wine dan meneguknya.

"Eh Res, gimana kabar nyokap lo sama bokapnya Devan?" Tanya Ardhan membuat Fares tersedak saat meminum minuman itu.

Fares diam sejenak, "baik-baik aja," ujar Fares lalu meminum kembali minuman kaleng yang sudah dipengangnya.

"Udah Ashar, markisol," ajak Risky, teman Fares yang sangat rajin ibadah dan paling waras dari pada Tian dan Ardhan.

"Oke pak ustadz," ujar Ardhan.
Lalu menatap Fares yang masih bengong dan Tian yang masih sibuk berkutik dengan handphone nya.

ZAVARA [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang