43

186 18 47
                                    


"Udah ayok gausah malu, pasti diterima kok," bisik Adinata pada Frian.

Sedangkan Zava masih tertegun berdiri disamping nenek Frian. Perasaannya menjadi kurang enak.

Frian berjalan mendekati Zava, ia tak berani menatap mata Zava. Entah apa yang ia terima nanti, ia sudah berpikir kalau Zava tidak menerimanya, mengingat kejadian tadi, ia tidak izin mencium bibir Zava yang membuat Zava marah padanya.

Tiba-tiba musik romantis bergeming. Dua lampu terfokus pada Frian dan Zava. Membuat suasana menjadi dramatis.

Frian duduk ke lantai, duduk bertumpu didepan Zava. Lalu mengambil sesuatu dari sakunya, dan membukanya menampilkan dua cincin permata. Yang membuat Zava bingung akan melakukan apa setelah ini.

"Yan kamu apa-apaan sih?" Bisik Zava pada Frian menyuruh Frian untuk berdiri.

Frian menatap Zava dari bawah, "Zav. Maaf kalau apa yang gue lakuin ini lancang," ujar Frian lembut.

"Gue mau Lo terima cincin ini, dan jadilah satu-satunya wanita milik Friando Sambara Alghifaro," ujar Frian tulus dengan tangan gemetaran.

Zava masih tak mengerti ia harus berbuat apa, "Pi, papi ini—"

"Ayo nak, terima, kasihan loh Frian nungguin," ujar nenek Frian merangkul pundak Zava, membuat Zava semakin gugub dan bingung bagaimana ia harus menolaknya.

"Tapi Nek—"

"Udah ayo, apa jawaban kamu Zav?" Ujar nenek Zava melepas rangkulan dan beralih bertepuk tangan menyemangati Zava agar menerima pertunangannya dengan Frian.

"TERIMA! TERIMA! TERIMA!" ujar satu ruangan secara bersamaan.

Kecuali Araya, yang tak kuat menahan air matanya melihat dua sahabatnya yang akan bertunangan secara tidak izin padanya, apa lagi Frian adalah cowok yang Araya tunggu kembali cintanya.

Araya meneteskan air matanya, dadanya semakin sesak, badannya melemas, dalam hati Araya berkata, "plis Zav, kalau Lo bener-bener sahabat gue, tolong jangan terima, hargai perasaan gue Zav gue mohon," batin Araya.

"Siap memulai aksi," bisik Devan pada Araya.

Araya langsung menahan tangan Devan yang akan menjalankan aksinya. Araya memberi isyarat pada Devan dengan menggelengkan kepalanya.

"Kenapa? Lo berubah pikiran?" Tanya Devan.

"G-gue cuman mau denger apa jawaban Zava Dev, gue mau lihat kalau dia nggak bakal ngehianati gue Dev," ujar Araya yakin kalau Zava pasti akan menolak Frian.

Mendengar itu pun Devan langsung terkekeh, "emang Lo yakin kalau Zava bakal no—" belum juga Devan mengatakan kalau Zava bakal menolak, semua orang malah bertepuk tangan kegirangan. Pertanda kalau Zava menerima lamaran dari Frian.

Frian yang melihat anggukkan kepala dari Zava pun mendadak jantungnya serasa ditimpa sprite bercampur es batu yang mengguyur jantungnya.

"Lo terima lamaran ini?" Ujar Frian memastikan. Dan sekali lagi Zava menganggukkan kepalanya.

Frian tidak bisa menggambarkan kegirangannya kali ini, kakinya malah gemetar ia langsung mencoba untuk berdiri dan langsung memeluk Zava dengan erat.

Dengan sedikit ragu Zava pun membalas pelukan Frian. Frian sampai menangis haru dalam pelukan Zava, tetapi tidak dengan Zava, ia menangis karena ia mengambil keputusan agar bisa membahagiakan dua keluarga yang ia sayang, dan menyakiti perasaan sahabatnya serta ia berarti meninggalkan Fares.

"Maaf Res, Ar" batin Zava meneteskan air matanya.

Frian dan Zava lalu bertukar cincin, yang menandakan bahwa ada ikatan dua keluarga dan dua hati dalam cincin yang melingkar dijari manis Zava dan Frian.

ZAVARA [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang