26

200 36 45
                                    


Sekitar dua puluh menit, bus mereka mendarat di tempat camping. Tenda pun hampir didirikan semua. Fares melempar tasnya kedalam tendanya dan duduk didepan tendanya, ia mengamati Zava dan Araya yang sedang sibuk mendirikan tenda mereka.

"Lo gak mau bantuin dia?" Tanya Tian pada Fares.

"Gue suka ngelihat wajah kesal Zava," kekeh Fares memperhatikan Zava yang sedang beradu mulut dengan Araya.

"Manusia aneh!! Bukannya bantuin--" mulut Tian ditutup tangan Fares.

Terlihat Devan yang sok akrab dengan Zava membantu mendirikan tenda Zava.

-Peka dikit kek, kaya kak Devan- batin Zava menatap kesal kearah Fares yang sedang memperhatikannya.

"Zav lo pegang yang ini," ujar Devan mengambil tangan Zava, lalu mengajari Zava cara memasang tendanya.

"Gini kak?" Tanya Zava pada Devan.

"Nahh iya, good!!" ujar Devan mengusap rambut Zava.

"Siall!! Ganggu banget tuhh cowok, awas aja Dev," umpat Fares mengepalkan tangannya melihat gadisnya sedang bersama dengan Devan.

Tian yang melihat itu pun hanya merangkul pundak Fares. "Sabar ngab!"
Fares merilik tajam sahabatnya itu.

"Nanti kalau ada yang dibutuhkan bilang aja Zav sama gue," ujar Devan tersenyum manis pada Zava.

"Iya kak, thanks ya," Zava berterimakasih pada Devan karena sudah membantu mendirikan tenda Zava.

"Yaudah gue kesana dulu ya," ujar Devan dibalas anggukan Zava. Lalu pergi meninggalkan Zava dan Araya.

Fares masih menatap lurus ke arah Zava, dengan tangan yang bersedekap didepan dadanya. Baru aja Fares mau melangkahkan kakinya mau nyamperin Zava tetapi sudah keduluan oleh Frian.

"Anjritt!!" Umpat Fares melihat Frian yang sedang menemui Zava.

"Zav, gimana? Udah beres semua?" Tanya Frian pada Zava.

"Udah, baru aja selesai, tadi dibantuin sama kak Devan," ujar Zava.

"Hati-hati Devan kayaknya bukan orang baik," bisik Frian pada Zava. Dan Fares masih memantaunya dari tendanya.

"Semua orang itu punya kesalahan masing-masing, dan tugas kita itu cuman memaafkan," jawab Zava.

Frian tersenyum menatap Zava, "Pinternya temen gue," Frian mengusap rambutnya Zava gemas.

"Hek-hemmm.." Fares berpura pura batuk, dan merangkul pundak Zava membuat Zava cengo.

"Ikut gue!" ajak Fares pada Zava agar dia bisa berbincang dengan Zava tanpa ada gangguan.

Fares menyeret Zava seperti sedang menyeret koper. Ia mengajak Zava ke danau. Ada banyak perahu sampan yang berjejer.

Mata Zava terpesona melihat keindahan danau itu.

"Dari mana lo tau kalau disini ada danau?" Tanya Zava pada Fares.

"Yang enggak gue tau itu elo!! Jadi kapan Lo maafin gue? Hmm?"

Zava tidak menghiraukannya, ia lebih fokus ke arah danau. Gadis itu sengaja menjauhinya agar Fares jera, karena perbuatannya cukup membuat Zava kesal.

"Telinga Lo ketinggal ya Zav?" Ujar Fares tersadar karena gadisnya tidak menghiraukannya.

"Ck!! Apa sih??" Zava berdecak saat lelaki itu menariknya ke dalam pelukan lelaki itu.
Kini jarak antara mereka sangat dekat. Kedua tangan mungil Zava terkunci oleh tangan Fares.

ZAVARA [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang