"Kamu enggak apa-apa kan Res?" Tanya Tiara khawatir pada Fares.Tiara menjemput Fares ke sekolahnya. Sejujurnya Fares sudah menolak tetapi Tiara masih tetap kukuh untuk menjemput Fares.
Fares menatap Zava yang sedang melihatnya dari kejauhan.
"Aku gak papa. makasih udah jemput aku," ujar Fares pada Tiara dan mengusap rambut Tiara lembut.
Tiara reflek kaget saat Fares berlaku manis padanya. Ia melirik ke segala arah dan memang ada Zava dipojok sana yang sedang mengamati Fares dan Tiara.
"Beneran?" Tanya Tiara memegang kedua pipi Fares.
Fares memegang kedua tangan Tiara yang menempel di pipinya. "Iya," ujar Fares tersenyum pada Tiara.
"Yaudah yuk pulang," ujar Tiara. Lalu diangguki oleh Fares.
Fares dan Tiara masuk ke dalam mobil dan meninggalkan sekolahan.
Sedangkan Zava dari jauh masih berdiri menatap kepergian Fares dengan Tiara.Zava menghela nafas berat. Ia berjalan menunduk. Apa yang salah dengan dirinya? Sampai Fares tega mutusin Zava dan memilih Tiara.
Zava duduk dikursi panjang didepan kelas. Frian yang melihat pun menghampiri Zava.
"Ehh ada neng tantik, tapi kok mukanya murung kayak gitu cihh?" Frian merubah suaranya dan mengayakan tangannya seperti mulut yang sedang berbicara.
Zava masih diam tidak menghiraukan sahabatnya itu.
"Yahh, dikacangin," ujar Frian pada tangannya sendiri.
"Hahaha, cukurin, lagian cihh muka lo jeleg!" Ujar tangan Frian.
"Anjir, Zav. Masa gue dikatain jelek," ujar Frian pada Zava.
Zava melirik Frian yang sedang berbicara sendiri dengan tangannya konyol. Ia tertawa melihat ke goblokkan Frian yang sedang bertengkar dengan tangannya sendiri.
Zava terkekeh senang "maca gelut cama tangan cendiri cih?" Ujar Zava mengayakan tangannya menirukan Frian.
"Hallo, kenapa yang punya tangan mu cedih gitu mukanya?" Ujar tangan Frian pada tangan Zava.
"Zava enggak cedih kok," ujar tangan Zava pada tangan Frian.
"Maca cihh, boleh liat enggak mukanya?" Ujar tangan Frian pada tangan Zava.
"Gak boleh, kan tangan gak punya mata," ujar tangan Zava pada tangan Frian.
"Kalau pake kaki boleh dong?" Tanya Frian dengan suara aslinya.
"Gimana lihatnya tolol," ujar tangan Zava.
"Kan kaki punya mata kaki," kekeh Frian.
Zava lantas tertawa renyah, Frian yang melihatnya pun ikut tertawa. Ia senang melihat Zava bahagia. Ia tak ingin sahabatnya ini berada di kesedihan.
"FRIAN!!!" Teriak Araya, lalu menghampiri Frian dan Zava.
"Zava, ternyata lo disini, gue dari tadi nyariin lo tau?" Ujar Araya pada Zava. "Eh, denger-denger Fares tadi pingsan?" Sambung Araya.
"Iya, tadi abis berantem sama kak Devan," jawab Zava.
"Biar kapok! Itu hukuman karena udah nyakitin lo Zav," ucap Frian.
"Tapi nggak berlebihan gitu lah yan," ujar Zava
"Zav. Lo itu–. Hadehhh, dia itu udah jahat banget sama lo Zav, kenapa Lo masih belain dia sih!?" Ujar Araya.
"Ya gue akan terus cari tau kenapa Fares mutusin gue Araya," ujar Zava.
"Astaga Zava, kapan sadarnya sih?" Ujar Frian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAVARA [end]
Teen Fiction[MAKIN LAMA SEMAKIN SERU] ✿Antara Sahabat Dan Cinta Zavara✿ Cerita ini bercerita tentang persahabatan dan Cinta Zavara. Arabbela Zavara Alverenna biasa dipanggil Zava. Adalah salah satu murid yang mempunyai paras cantik dan juga ramah pada siapa saj...