41

204 14 43
                                    


Frian menghela nafas berat, "Ar dengerin gue," Frian menangkup kedua pipi Araya. Menatap mata Araya dalam agar Araya mengerti.

"Sekarang gue harus gimana biar Lo bisa maafin gue? Tapi jangan ngelampiasin kesalahan gue ke Zava, Karena gue sayang sama dia Ar, gue sayang sama dia udah ngelebihin sayang gue sama diri gue sendiri,"

Araya terkekeh mendengar ucapan Frian, memang benar, selama ini mereka berdua hanya dekat sebagai teman nggak lebih, hanya Araya saja yang mengganggapnya berlebihan.

"Gue mau lo jauh-jauh dari gue, kalau bisa ini terakhir kita ketemu, dan ini terakhir kita kenal," ujar Araya tanpa menatap wajah Frian.

"Kalau itu mau lo, oke gue akan turutin Ar, Lo bisa lupain gue, tapi gue akan tetap inget semua kebaikan Lo selama jadi temen gue Ar, makasih udah jadi temen baik gue," ujar Frian, lalu pergi meninggalkan Araya.

Perkataan Frian sedikit menusuk hati Araya, apa mungkin ini terakhir mereka bertemu, berbicara? Apa Araya bisa melupakan Frian?.

Araya menghapus air matanya, ia mengambil handphone didalam tasnya, dan mengirim pesan pada seseorang.

Gue terima tawaran kerja sama lo tadi.

Devan membuka notifikasi dari Araya. Setelah Ia membaca pesan itu, ia tersenyum puas.

"Pesan dari siapa kak? Kok senyum-senyum gitu?" Tanya Zava kepo pada Devan.

Mereka berdua sedang berbincang-bincang berdua. Zava sebenarnya tidak mau dekat-dekat dengan Devan, tapi ia terpaksa agar Frian mempunyai waktu berdua bersama Araya.

"Dari Araya, biasa kan dia suka usil," ujar Devan berbohong.

"Ohh, kirain pacar kak Devan," kekeh Zava.

"Pacar?" Tanya Devan sembari mengantongkan handphone nya ke sakunya.

"Iya," angguk Zava.

"Lah ini orangnya ada didepan aku," ujar Devan.

°°°

Acara ulang tahun Zava dimulai, sudah banyak tamu yang hadir, tapi ada satu orang yang Zava tunggu-tunggu kehadirannya. Apakah Fares akan datang?

Zava menghela nafasnya panjang, berdiri di depan roti ulang tahunnya dan dengan disaksikan oleh banyak tamu disitu.

"Selamat malam semuanya, tepat diumur tujuh belas tahun Zavara, kita semua mendoakan yang terbaik untuk Zava, serta diumur tujuh belas tahun ini semoga apa yang disemogakan olehnya segera tersemogakan, amin," ujar MC acara party birthday Zava.

"Untuk Zava, apa ada yang mau dikatakan sebelum memotong kue nya?" Tanya MC itu menyerahkan mic nya pada Zava.

Zava menerima mic itu dan tersenyum ramah menatap tamu-tamu yang datang.

"Terimakasih banyak atas antusias kalian, telah datang pada acara birthday sweet seventeen saya, khususnya untuk papi, sudah memberi Zava surprise semeriah ini, i love you papi," ujar Zava turun dari panggung dan menghampiri ayahnya dan memeluknya sayang.

"I love you too," balas Adinata memeluk erat putri satu-satunya itu.

Frian tersenyum melihat keakraban antara ayah dan anak didepannya. Teringat dengan ayahnya yang sedang bekerja di Amerika.

"Kangen ayah?" Tanya Kak Naya merangkul pundak adiknya itu.

Frian menganggukkan kepalanya, menatap sendu kakaknya. Sudah hampir empat tahun ia berpisah dengan ayahnya.

"Happy sweet seventeen sayang, maafin papi sering ninggalin kamu mentingin pekerjaan papi dari pada kamu," ujar Adinata pada Zava.

Zava membalas senyuman dan memeluknya sekali lagi, ia tak kuat menahan air matanya.

ZAVARA [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang