33

180 20 20
                                    


"Terus kenapa bunda benci sama om Adi?" Tanya Fares pada bundanya.

Rani menangis mengingat kejadian waktu itu.
Apakah ia akan menceritakan masalalunya yang kelam pada anaknya?. Apakah yang terjadi pada Fares jika Rani menceritakan masalalunya pada Fares?.

"Bunda dilecehkan sama Adi!!! Puas kamu Res?!" Ujar Rani dengan nada tinggi ditambah dengan nada gemetar akibat ia menangis.

Fares menggenggam erat kepalan tangannya. Keringatnya bercucuran, ia masih tertegun dengan apa yang dikatakan oleh bundanya.

Flashback on 90 an.
"Mas aku udah enggak kuat disini mas," ujar Kirana pada Adinata.

"Kirana dengerin aku dulu, aku sayang sama kamu, jangan dengerin omongan ibu," ujar Adinata memegang kedua pipi Kirana.

"Enggak mas, intinya aku mau kita cerai mas, aku udah enggak kuat, ibu kamu lebih memilih Rani dari pada aku, padahal aku udah berusaha buat  yang terbaik mas, tapi ibu kamu tetep aja banding-bandingin aku sama Rani mas," ujar Kirana dengan mencucurkan air matanya.

"Enggak na, aku enggak akan biarin hubungan kita kandas ditengah jalan, aku masih mau mempertahankan hubungan ini na, tolong ya na," ujar Adinata memeluk Kirana.

"Kirana!! Kamu apa-apaan sih! Kamu mau ngebakar rumah saya?!" Teriak Nata dari arah dapur, membuat Kirana sesegera melepas pelukannya dengan Adinata. Dan bergegas menemui ibu mertuanya itu.

"Bukan Kirana Bu yang ngehidupin kompor itu," ujar Kirana pada Nata.

"Kalau bukan kamu siapa lagi hah?! Yang ceroboh dirumah ini cuman kamu!!" Ujar Nata memarahi habis-habisan Kirana, karena hampir saja rumah ini terbakar akibat ada orang yang menghidupkan kompor tanpa mematikannya.

"Mah, bukan Kirana mah, yang hidupin kompor itu," ujar Adi membela Kirana, istrinya.

"Kamu jangan membela wanita ini Adi, jelas-jelas yang ceroboh dirumah ini cuman istri kamu," tegas Nata menuduh Kinara.

Kirana menggelengkan kepalanya, ia berlari keluar rumah untuk menenangkan pikirannya ditempat biasanya dia menenangkan pikirannya.

Jam menunjukkan pukul satu pagi. Rani membuka matanya karena mendengar suara bel dari bawah. Ia segera membukakan pintu dan melihat siapa yang datang malam-malam begini.

"Kirana," ujar Adinata melihat wajah Kirana di wajah Rani, Adinata terlihat mabuk berat.

Rani segera memapah Adinata ke kamarnya. Adinata terus menerus mengucapkan kata maaf untuk Kirana.

"Kirana," ujar Adi menarik tangan Rani ke pelukannya.

Rani terpatung saat itu, ia tidak bisa keluar dari pelukan erat Adinata.

"Maaf mas, saya bukan Kirana, saya Rani," ujar Rani.

Tetapi Adinata tidak mendengar itu. Adinata mendorong tubuh Rani ke ranjang miliknya, dan menindihnya.

"Kita butuh anak agar mamah bisa percaya cinta kita Kirana," bisik Adinata pada telinga Rani.

"T-tapi mas, saya Rani, bukan Kirana," ujar Rani ketakutan.

Adinata tidak mendengar ucapan Rani, ia mengunci pergelangan tangan Rani, membuat Rani tidak bisa bergerak sedikitpun.

Adinata kehilangan akalnya, ditambah lagi dengan keadaannya yang tidak sadar, membuat dirinya lebih liar. Rani berusaha menolak, tetapi tubuh besar Adinata sangat kuat hingga ia tidak bisa keluar dari zona itu.

"Mas saya Rani mas bukan Kirana!" Teriak Rani namun Adinata tidak mendengar ucapan Rani.

"Mass!!!" Rani menangis kesakitan karena Adinata bergerak sungguh liar.

ZAVARA [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang