25

203 31 76
                                    


Keesokan harinya, matahari mulai menyelinap masuk kedalam kamar Zava. Zava kembali menarik selimutnya dan menutup wajahnya dengan bantal rapat rapat.

Drrttt....drrttt...

Ck. Sial ponselnya yang terus bergetar mengganggu tidur nyenyaknya.

Zava berdecak kesal, dengan malas, Zava mengambil ponselnya yang tergeletak diatas meja samping kasurnya. Zava membuka matanya perlahan dan melihat spam notifikasi dari Araya dan Frian.

Zava melirik jam dinding kamarnya.

"Anjritt gue kesiangan," Zava berlari mengambil handuknya lalu masuk kedalam kamar mandi.

Memang Zava malam tadi sibuk menyiapkan barang-barang yang harus ia bawa camping, hingga ia tertidur hanya dua jam saja.

Ting...tong...
Suara pintu bel rumah Zava berbunyi.

"Zava.... Udah dijemput nih, sama temen kamu," Teriak Adinata yang sedang duduk dimeja makan.

"Iya piii, bentar Zava baru siap-siap," teriak Zava dari kamarnya.

Zava turun dari tangga membawa tas ransel berisi perlengkapan Campingnya, lalu menatap siapa sosok yang berada dibawah. Wajah Zava yang sumringah berubah menjadi cemberut melihat Fares yang sedang berbincang hangat dengan papinya.

"Nahh, itu Zava," ujar papi Zava.

Fares tersenyum miring melihat Zava.

"Sejak kapan papi deket sama Fares?" Tanya Zava yang membuat Adinata (papinya) tertawa.

"Papi suka kok sama anak ini, dia kayaknya baik,"  ujar Adinata merangkul pundak Fares.

Zava memutar kedua bola matanya malas. Andai saja Adinata sedang tidak ada dirumah, Zava ingin menendang Fares agar jauh jauh darinya.

"Yaudah sana berangkat, hati-hati ya Res, jaga anak om, awas kalau kenapa-kenapa," perintah Adinata pada Fares.

Fares mengangguk ramah lalu menyalami papinya Zava.

"Zava berangkat dulu ya Pi, Assalamualaikum," Zava menyalami papinya.

"Masih marah? Hmm?" Bisik Fares dengan kekehannya.

Zava tidak menggubrisnya, ia langsung memasuki mobil Fares dan duduk didalamnya.

"Siapa yang minta lo jemput gue?"

"Gak ada, kan gue pacar lo, jadi ini tugas gue dong," ujar Fares namun tidak didengar oleh Zava, Zava malah memasang earphone nya dan menyanyi nyanyi tidak jelas agar cowok itu diam.

Fares tersenyum miring menatap Zava. Ia memutar lagu di mobil dengan suara yang sangat keras.

Zava melepaskan earphone nya dan mematikan lagu yang dinyalakan Fares.

"Brisik tau gak!?" Zava mematikan musik yang dinyalakan Fares. Lalu memasang earphone nya lagi.

Pada saat Fares ingin menyalakan musiknya kembali, ia bukannya menyentuh tombol tapi malah menyentuh kaki Zava.
Kakinya Zava menutupi semua tombol itu agar Fares tidak menyalakan musiknya kembali.

Fares melihat Zava, dan Zava menjulurkan lidahnya rese!!

"Mendingan tadi pake maroon," dengus kesal Fares, maroon adalah motor kesayangannya.

Mobil Fares berhenti dikoridor parkiran SMA Bhakti Nusa. Tanpa aba-aba Fares turun dari mobilnya, dan membukakan pintu untuk Zava.

"Silahkan turun nyonya Zavara leovandra Regatta"

ZAVARA [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang