46

215 19 21
                                    

📢: Aku saranin kalian baca part ini sambil dengerin musik melow Yap hihihi ^^

Zava keluar dari ruang rawat. Dengan tangan serta leher yang diperban. Zava berjalan menuju ruang IGD. Melihat semua orang yang menangis. Ada apa?

"Nenek? Kak Naya?"

"Zava?" Ujar nenek Frian terkejut. "Kenapa kamu keluar, kamu kan masih dirawat,"

"Frian gapapa kan nek?" Tanya Zava.

Nenek Frian menggelengkan kepalanya. "Sini nak duduk disebelah nenek," nenek Frian menyuruh Zava duduk disebelahnya.

"Doain Frian, kita serahin semuanya ke Tuhan, kamu jangan sedih, Frian pasti gak mau ngelihat kamu nangis," ujar nenek Frian mengelus rambut Zava.

"Ini semua salah Zava nek, seharusnya Frian gak terlibat, tapi—"

"Sssttt, kamu gak salah, emang udah jalannya Frian begini, tuhan udah mengatur jalan hidup masing-masing seseorang," ujar nenek Frian.

Zava langsung memeluk nenek Frian tanpa mempedulikan tangan dan lehernya yang terbalut perban. Ia belum pernah mendapatkan kasih sayang dari almarhum neneknya.

"Sekarang kita doain Frian, biar dokter bisa nyembuhin Frian,"

Dalam pelukan Zava, nenek Frian menumpahkan air matanya. Ia sebenarnya juga takut jika terjadi apa-apa pada cucu kesayangannya.

***


Sedangkan di bandara, wanita paruh baya itu resah, ia sedang berusaha menghubungi nomor seseorang. Tapi nihil ia tak mendapat balasan panggilan.

"Ini kenapa nomor Fares dari tadi gak aktif ya?" Wanita paruh baya itu mengangkat handphonenya dan melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya.

"Mana udah jam segini lagi,"

Tak lama handphonenya berdering. Wanita itu bingung apakah ia harus mengangkatnya atau tidak. Dengan berpikir sedikit panjang, akhirnya wanita itu mengangkat telepon itu. Dari Adinata (ayah Zava)

"Kenapa kamu telefon saya?"

📲: "Ran, tolong kamu kesini sekarang, Rumah Sakit Pelita, anak kamu Fares sedang dirawat disini."

"Apa!? F–Fares?"

📲: "Iya Ran, cepet kesini ya,"

Rani langsung mencancel penerbangan ke Singapore, dengan terburu-buru ia menyeret tasnya dan segera mencari taxi.

***


"Bagaimana dok, keadaan cucu saya Frian?" Tanya nenek Frian pada dokter yang baru saja keluar dari ruang IGD.

Dokter itu diam sebentar, dari semburat wajahnya Zava tau, keadaannya sedang tidak baik-baik saja.

"Jawab dok! Frian baik-baik aja kan?" Gertak Zava gemetar. Ia takut.

Dokter itu menghela nafas panjang. "Ginjalnya rusak, jadi Frian harus melakukan transplantasi ginjal,"

Seketika sekujur tubuh Zava melemas. Ia merasa sangat bersalah, karenanya Frian jadi begini, ia menyalahkan dirinya sendiri.

"Saya akan berusaha mencari pendonor ginjal secepatnya," lanjut dokter itu meninggalkan area itu.

"Maafin Zava nek, ini semua salah Zava. Frian begini gara-gara Zava," tangis Zava pecah.

1 minggu kemudian....


"Zav,"

Zava yang sedang melamun langsung mencari siapa yang memanggilnya.

ZAVARA [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang