47

255 16 20
                                    

Happy reading 🕊️❤️

Suasana begitu hening. Semua orang dengan baju bernuansa hitam berdiri didepan tanah yang menggunung dengan tanda nama 'Faresya Leovandra Regatta bin Alm. Gatanigara'

"Kami ikut bela sungkawa atas meninggalnya Fares ya Tante, Tante yang tabah ya," ujar Tian pada Rani. "Saya sebagai best friend forever Fares kit ati Tan, ditinggal duluan sama Fares, hiks,"

"Kak, hiks, my crush aku..... hiks," ujar Vionica pada Tian.

" Jangan nangis disini, ayo kita pulang, nangisnya dirumah aja," ujar Tian menyeret adiknya itu.

"Tante yang sabar ya, Tiara juga ga nyangka kalau Fares pergi secepat ini," ujar Tiara mantan Fares juga langsung pergi dari makam itu.

Zava tidak tau apa yang harus ia katakan sekarang. Zava menelan rasa sesak yang semakin menjadi-jadi ketika ia menaburkan bunga diatas makam milik Fares.

"Zava. Maafin bunda ya nak, bunda egois, bunda udah lihat cinta sejati antara kamu sama Fares, gara-gara bunda kisah kalian berakhir kayak gini,"

Rani mengelus punggung Zava yang menangis memeluk nisan kayu bertuliskan nama Fares itu.

Di saat itu juga, air mata Zava perlahan menetes, matanya begitu sembab, seharian ia menangis. Menghabiskan air matanya untuk Fares.

"Zava, ayo pulang, Fares udah tenang tidur disini, kamu yang ikhlas, Tante Rani juga mencoba ikhlas," bujuk Adinata.

"Iya ayo nak, kasian nanti Fares ikutan sedih kalau Zava nangis terus," ujar Rani.

"Enggak. Zava mau disini sampai Zava bangun dari mimpi buruk ini, Zava yakin kalau ini hanya mimpi, Fares ga mungkin ninggalin Zava secepat ini,"

"Coba Bunda cubit tangan Zava lagi, pasti nanti Zava bangun terus ngelihat Fares jemput Zava buat berangkat ke sekolah, ayo Bun, cubit lagi tangan Zava, yang keras!!" Ujar Zava getir, sembari mengulurkan tangannya ke bunda Fares.

Sampai tangan Zava membiru akibat cubitan dari semua orang yang disuruhnya untuk mencubit tangannya, karena Zava yakin kalau ini hanya mimpi.

"Zava, jangan kayak gini nak, jangan...." deru nafas Rani menjadi sesak ketika melihat Zava yang tak mau kehilangan Fares.

Rani meneteskan air matanya. Mengapa dulu ia tak sadar Zava mencintai anaknya melebihi rasa cintanya pada diri nya sendiri.

"Bunda. Bunda yakin kan, ini mimpi bunda, ini mimpi. Fares ga mungkin mati!! Fares masih hidup!! Ini cuman mimpi,"

"Papi ayo bangunin Zava. Zava ga mau mimpi kayak gini, ayo Pi...."

"Sayang, anak papi, putri Adinata ga boleh lemah, harus kuat terima keadaan ya nak..."

"Enggak Pi, enggak..." ujar Zava, kakinya melemas ia kembali terduduk didepan makam Fares. Ia tak kuat menerima takdir buruk ini.

"Mas Adi, apa kita perlu tinggalin Zava sendiri disini dulu?" Tanya Rani pada Adinata.

Adinata mengangguk. Lalu merangkul pundak Rani dan meninggalkan Zava sendirian di makam Fares.

Kini hanya ada Zava sendirian berlutut didepan makam Fares. Seketika semua yang pernah ia lalui bersama Fares terlihat jelas dibenaknya. Senyumannya, cara dia bercanda, keusilannya, saat Fares menciumnya, bagaimana saat dia marah, saat dia cemburu. Ahh tangis Zava begitu pecah saat mengingat semua itu. Ia sangat tak menyangka bahwa Fares akan meninggalkannya secepat itu.

"Seandainya ini cerita dibuku, aku gak akan pernah baca cerita ini, aku pasti akan memilih buku dengan cerita yang endingnya bahagia. Tapi kenapa saat kebahagiaan itu belum tercapai kamu malah ninggalin aku?"

ZAVARA [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang