29

181 28 21
                                    

"Zava, kenapa Lo harus bertahan sama Fares?" Tunjuk Devan pada Zava.

Zava yang sedang melamun pun terkejut.

"Nyaman," ujar Zava spontan.

"Cieee"
"Soswet banget sihh"

"Cowok nya cool, ceweknya hot, anaknya besok jadi dispenser dahh tuu," Teriak Tian. "Kawal pasangan dispenser sampai kawin!!!" Provokasi Tian.

"Kapan kita kayak gitu pak?" Tanya Bu Fatma pada pak Slamet. Tak luput dari pandangan pak Alha.

"Kapan-kapan ya Bu," jawab pak Slamet malu.

Devan yang mendengar itu pun hanya tersenyum sinis.

"Dan comedy yang tidak jadi ini, kita akan akhiri, wassalamu'alaikum warahmatullahi Wr Wb," ujar Frian dan Mawar mencondongkan tubuhnya.

Lalu dipenuhi oleh tepuk tangan dari semua murid.

"Aduhh, acaranya seru banget yaa, sayangnya kita akan tutup acara jurit malam hari ini, dan besok pagi akan ada acara yang lebih seru lagi, jadi kalian kembali ke tenda masing-masing," ujar kakak panitia.

"Oh iya, sebelum itu kalian ambil kunci borgol kalian di kardus yang dibawa kak Devan ya, selamat istirahat semuanya," sambung panitia pelaksana itu.

Semua murid lantas mengambil kunci borgol nya pada Devan, kecuali Zava dan Fares, masih terduduk ditempat itu.

"Thanks ya Res, puisi nya tadi bagus," ujar Zava mengawali pembicaraan pada Fares.

"Emang puisi tadi buat lo?" Kekeh Fares.

"Kok gitu sih? Kalau bukan buat aku buat siapa? Bu Fatma?" Ujar Zava kesal.

"Bisa jadi," jawab Fares.

"Ngeselin banget sih, yaudah yok ambil kunci," saat Zava akan berdiri, Fares menarik tangan Zava. Hingga badan Zava menimpa Fares.

"Hek-hemmm, udah malam, jangan pacaran terus," ujar Frian dibelakang Fares dan Zava.

Fares dan Zava spontan menegakkan posisi badannya.

"Tidur udah malam," ujar Frian lalu meninggalkan Zava dan Fares.

"Replay ulang dong," ujar Fares pada Zava.

"Ish!" Ujar Zava menarik tangan Fares, menuju Devan.

Lalu mereka berdua menemui Devan untuk mengambil kunci borgol nya.

"Kak, kunci no 21," ujar Zava pada Devan.

"Semoga aja ilang," bisik Fares ditelinga Zava. Zava melirik Fares tajam. Semoga aja enggak ilang.

Devan mencari kunci ber-nomor 21 didalam kotak kardus.

"Nomor berapa tadi Zav?"

"21 kak," ujar Zava

Devan kembali mencari kunci nomor 21. "Kok gak ada ya?"

"What? Jangan bercanda dong kak," ujar Zava

"Beneran Zav, bentar gue tanya panitia lainnya dulu," ujar Devan bertanya pada panitia lainnya.

"Huaaakhh," Fares menguap sambil merentangkan tangannya.

"Tangan mohon dikondisikan, jidat gue lama-lama mundur nih," ujar Zava, karena tangan Fares merentang mengenai keningnya.

"Tidur yuk," ujar Fares parau.

Lalu menaruh kepalanya ke bahu Zava.

"Nunggu kuncinya ketemu!!" Ujar Zava mengangkat kepala Fares yang tersender dibahu kecilnya.

ZAVARA [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang