2. Malaikat

971 93 8
                                    

Kalau ditanya seberapa kecewa Ora pada Gerry jelas Ora sangat kecewa, bayangkan saja lelaki yang dulunya begitu hangat dimata Ora kini berubah menjadi seorang lelaki penuh nafsu. 5 tahun adalah waktu yang panjang untuk sebuah hubungan, mereka sempat merasakan saat dimana kecanggungan berada di awal kedekatan mereka, namun kehangatan dan kelembutan dari kekasih Ora kala itu selalu membuat Ora merasa disayangi dan dikasihi. Ora bahkan tak pernah berpikir bahwa hubungan mereka akan berakhir apalagi dengan cara yang seperti ini. Padahal dia dan Gerry sudah memutuskan akan menikah setelah lulus SMA dan tetap kuliah bersama sembari bekerja. Tapi semua rencana itu sirna tatkala Syaci yang tak lain sepupu sekaligus sahabat Ora mengatakan bahwa dia sudah hamil anak Gerry. Dunia Ora sekan runtuh, semua perasaannya seakan luruh begitu saja. Ingin dia berteriak saat itu juga, tapi dia masih ingin tahu apa tindakan dari dua anak adam yang sudah menyesali nafsu mereka tersebut. Dan saat Ora mendengar mantan kekasihnya tersebut berniat untuk menggugurkan anak tak berdosa dalam kandungan sepupu Ora tersebut, Ora langsung naik pitam dan tak bisa menahan kesabarannya lagi. Dia segera bangkit dari kasur tak terpakai di balik mading kusam yang sudah rusak dalam gudang tersebut. Dia keluar dari balik mading dan bertepuk tangan layaknya seorang juri yang memuji kehebatan memasak pesertanya. Dia sangat mengagumi kebodohan Syaci yang seakan mau saja untuk diajak Gerry menggugurkan kandunganya ,tapi dia lebih mengagumi kebodohan orang yang pernah dia cintai tersebut. Lelaki pengecut yang dulunya dia kira seorang lelaki yang penuh tanggung jawab, keramahan dan kesopanan.

Tok tok tok...

"sayang boleh ayah masuk" tanya Endang, ayah dari Kejora.

"iya ayah, masuk saja" balas Ora sembari memasukkan foto palaroid berwajahkan dia dan kekasihnya lebih tepatnya mantan kekasihnya.

"ayah bangga sama kamu sayang" ucap sang ayah pada putri manisnya tersebut.

"kenapa ayah bangga" bingung sang kejora dengan mata yang sembab, dapat dipastikan dia pasti menangis seharian ini, karna sejak pulang dari rumah Syaci sang gadis ini hanya mengurung diri di kamar dan tidak keluar untuk makan malam bersama.

"ayah bangga karna mempunyai anak yang bisa mengikhlaskan keadaan"ucap sang ayah sambil menunjuk hidung minimalis putrinya.

"ayah gimana keadaan Syaci,om Ari dan tante Sinta"tanya Ora lagi.

"Om Ari dan tante sinta kecewa, kaget pasti. Tapi apa yang bisa mereka lakukan Syaci sudah melakukan itu atas dasar suka sama suka, kita tidak bisa menuntut atau melaporkan ke polisi bukan"jelas Endang.

"kapan pernikahannya ayah"tanya Ora lagi. Begitulah Ora dia akan banyak bertanya pada orang yang membuatnya nyaman.

"insyaallah minggu depan, kamu gak papa kan sayang" tanya Endang.

"gak papa ayah, Ora baik baik aja. 5 tahun gak ada artinya dari pada anak Syaci lahir tanpa ayah kan" jelas Ora sambil tertunduk.

"yaudah sekarang turun ya kita makan bareng bareng. Bang beni, sama Bunda udah nungguin tau" bujuk sang ayah.

"astaghfirullah Ora lupa ayah..maaf ya ayah"pekik sang anak sambil melompat turun dari kasur kamarnya menuju sang Ayah yang kini sudah di ambang pintu.

Didapur terlihat seorang lelaki yang kira kira lebih tua 5 tahun dari Ora, beserta seorang perempuan berwajah khas sunda dengan kerudung instan yang melekat di kepalanya.

"de, galaunya gak usah lama lama, cacing diperut abang udah mencak mencak tau gak gegara nungguin kamu"kesal Beni abang kesayangan Ora.

"iya maaf abang ku sayang, Ora gak galau kok cuman lupa aja kalo Ora belum makan malam" balas Ora ssmbil cengar cengir sendiri merutuku kebodohannya.

KILAS BALIK ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang