6. pasar

743 90 19
                                    

Divote
Dicomet
Difollow juga :)

-----------------------------

Kini Ora berada diboncengan Billar, Ora menurut saja saat Billar menyuruhnya untuk ikut ke pasar membeli keperluan sekolah Ora, seperti tas, sepatu, buku, dan lain lain.

Sekarang mata Ora berbinar melihat situasi jalanan yang amat sangat ramai dengan pejalan kaki, atau pun sepeda ontel, jarang sekali terlihat mobil pribadi layaknya di tahun 2021.

Bahkan sekarang Billar menghentikan laju motornya lantaran rambu lalu lintas menyuruh mereka berhenti, mata Ora membulat melihat papan rambu lalu lintas tersebut masih diatur oleh manusia secara manual, tidak ada rambu rambu berupa lampu merah kuning maupun hijau yang otomatis "seperti pesona bawah laut" batin Ora. Ora menepuk keras bahu Billar ketika mereka melewati sebuah pertunjukan topeng monyet.

"kenapa" datar Billar sambil menatap Ora dari spion.

"mau liat itu" pelan Ora sambil menunjuk kerumunan orang yang tengah menyaksikan pertunjukan topeng monyet tersebut.

"hahhh mau liat monyet, emang gak pernah liat itu apa" heran Billar.

"di tahun 2021 , topeng monyet itu udah lumayan langka, tapi biasanya sih kalau Ora mau liat monyet tinggal ke samping kamar  Ora aja udah liat monyet" kata Ora.

"kamu melihara monyet" tanya Billar yang kaget akan penuturan gadis menggemaskan ini.

"enggak melihara sih, cuman abangnya Ora mirip monyet,,, hahahahaha" tawa Ora pecah ketika membayangkan keusilannya pada abang kesayangan nya itu.

Namun sepersekian detik kemudian, Ora berhenti tertawa dan ingat pada abangnya, apa sekarang yang tengah dilakukan abangnya. Apa mereka mencari Ora yang kini tengah tersesat di tahun 1989.

"Ora kangen sama abangke" lirih Ora.

"udah gak usah sedih, yuk kita liat topeng monyetnya" lembut Billar lalu memarkirkan motornya dan menarik pelan tangan Ora.

Ora kegirangan melihat berbagai aksi monyet pintar tersebut, mulai dari shalat, bersepeda, berjoget, makan bahkan monyet tersebut sempat mencium pipi Ora.

"seneng banget yang abis dicium monyet" goda Billar, ketika melihat keterkejutan Ora.

"kaget Ora ka, monyetnya gak nularin virus kan" khawatir Ora.

"takur Ora" ucapnya lalu mengusap pipinya dengan baju.

Namun sedetik kemudian keterkejutan Ora bertambah lantaran Billar mencium singkat pipinya yang barusan dia usap. Ora membulatkan matanya karna tingkah Billar, tatapannya bertemu dengan mata tajam Billar.

Jujur hati Ora berdegup kencang, ini pertama kalinya ada yang mencium pipinya selain ayah atau abangnya, bahkan Gerry yang telah 5 tahun menjabat sebagai pacarnya tidak pernah mencium Ora selain di tangan.

Jujur saat ini bukan hanya Ora yang jantungnya berdetak tak karuan, Billar pun merasakan hal yang sama. Billar tak sadar akan apa yang baru saja dia lakukan, dia sangat gemas ketika melihat ekspresi Ora yang kaget saat monyet itu menciumnya, apalagi ketika Ora dengan susah payah mengusap pelan pipinya dengan baju sekolahnya, dengan tubuh mungil disampingnya jangan salahkan Billar yang sangat gemas dan berakhir mencium Ora tanpa  sadar saking gemasnya.

"maaf gak sengaja" kikus Billar lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"iiiih modus" teriak Ora lalu memukul Billar dengan jaket Billar yang sedari tadi dipegang oleh Ora.

Ora pun kembali fokus pada monyet yang sedang memainkan rebana di depannya sembari Billar yang curi curi pandang Ora.

"yuk lanjut ke pasar" ajak Billar pada Ora. Ora pun mengangguk dan mengikuti langkah Billar menuju motor yang tadi diparkir mereka didekat sebuah toko.

KILAS BALIK ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang