41. konflik terakhir

790 122 36
                                    


Guyss aku bakalan update part selanjutnya kalau kalian udah Follow akun aku sama udah vote cerita part ini, kalau belum follow sama vote dia secara otomatis gak bisa update,wkkwkwkk :>

Jadi buat kalian yang penasaran lanjutan kisahnya, divote terus ya jangan cuman dibaca aja, syukur syukur deh di coment biar kita akrab gituu.

Sebelum lanjut baca, mending;
Divote
Di coment
Difollow
Dishare juga

Maacih zeyenk zeyenk ku

-------------------------------------------------

"Hai Ra kamu dimana" tanya seseorang dari sambungan telepon genggam Ora.

"ehh Ora di depan rumah sakit dok, nunggu dokter. Dokter udah dimana" tanya Ora.

" saya di depan juga tapi gak ngeliat kamu" balas Fandi.

"saya naik taksi deket warung nasi uduk" lanjutnya.

"ooh taksi itu, iya Ora liat dok" balas Ora lalu melambai lambaikan tangannya pada taksi yang dimaksud oleh Fandi.

"haha iya iya saya udah liat, makin gemesin aja kamu Ra" kata Fandi.

"hemm hehe emang dari lahir gemesin dok" ucap Ora dengan kepercayaan diri setinggi menara pissa.

Fandi keluar dari taksi menenteng jas putih serta koper kecil di tangannya yang lain. Menyeberang jalan menemui Ora didepan rumah sakit untuk mengurus izin serta memberikan proposal agar rumah sakit pusat bersedia memberikan beberapa fasilitas di puskesmas desa tempat Fandi mengabdi.

---------------

"nangis lagi lu" sapa Billar pada Dania yang tengah meringkuk terduduk di samping parkiran mobilnya.

"ehh maaf pak saya gak tau ini mobil bapak" balas Dania lalu berdiri berniat pergi.

"lo nangis dan gak cerita beban lo apa, terus kepikiran buat bunuh diri lagi" ucap Billar.

"kalau lo mau cerita gua bisa dengerin" tawar Billar.

Dania terdiam sebentar mengangguk pelan. Billar membukakan pintu mobil menawarkan Dania masuk. Dia tahu Dania masih sangat labil dalam menjalani hidup, itu sebabnya dia memberikan sedikit ruang dan waktu agar Dania bisa tenang dan berfikir jernih.

Billar memarkirkan mobilnya di sebuah restoran, lalu mengajak Dania makan dan memesan ruang privat agar Dania merasa lebih nyaman bercerita padanya. Entahlah dia merasa peduli dan takut jikalau wanita ini kembali berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Pengalamannya dengan Viona beberapa tahun lalu sedikit memberikannya kepedulian pada orang orang yang tengah tertekan pada masalah hidup mereka.

Dania terlihat memesan banyak makanan. Billar terkaget melihat hal tersebut.
"lo gak pernah makan itu" heran Billar.
"pernah dulu pak, tapi pakai duit haram" frontal Dania.
"habisin makan lo cepet, terus cerita" perintah Billar.
"bapak gak makan?" tanya Dania.

Billar menggeleng lalu berkata.

"gua ada janji buat makan bareng calon istri gua sekitar 2 jam lagi, gua gak mau kekenyangan disini dan gak nikmatin quality time gua bareng dia" jelas Billar.
"beruntung banget ya calonnya bapak" sahut Dania sambil menyuap mie ramen ke mulutnya.
"bukan dia yang beruntung tapi gua yang sangat keterlaluan beruntung punya dia dihidup gua" balas Billar.


20 menit semua makanan di meja habis masuk kemulut Dania seorang, Billar terkekeh kaget melihat tingkah wanita didepannya ini.

"kayak monyet gak pernah makan aja lu" ucap Billar.
" maap pak, mumpung gratis juga" balas Dania melupakan kesedihannya dalam sekejab.

KILAS BALIK ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang