Cover : Pinterest
📌 Konflik ringan.
📌 Quotes setiap part hanya untuk melengkapi.
📌 Minim amanat.
📌 Belum revisi, masih banyak kesalahan.
📌 DILARANG KERAS PLAGIAT!
Kesalahan kecil yang dilakukan Lentera, membawa gadis itu pada Dewa. Cowok yang t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dipertemukan untuk dipisahkan, atau dipertemukan untuk dipersatukan? –Ghama Dewa Baskoro.
🦋
Ini salahku juga, salah mengambil jalan untuk pulang. Setelah mengantarkan pesanan Ibu tadi, seharusnya aku lewat jalan biasanya saja. Tidak perlu sok-sokan lewat jalan pintas, dengan alasan ingin cepat sampai ke rumah. Aku menelan ludah. Menatap ngeri sekumpulan lelaki yang tengah berdiri di depan sana. Dengan keberanian yang ada, aku menjalankan sepedaku dengan cepat. Akan tetapi, hal tak diduga-duga menghampiriku. Seorang lelaki yang wajahnya tak asing bagiku, berdiri di hadapanku. Mencegat sepedaku agar tak melaju lagi.
"Minggir. Aku tidak ada urusan dengan kamu," cicitku.
Lelaki itu, jika tak salah namanya adalah Brian. Lelaki yang sempat bertengkar dengan Dewa waktu itu di sekolah. Dia menatapku dengan senyum, tetapi entah mengapa aku takut dibuatnya.
"Jelas lo ada urusan sama gue. Cowok nggak tau malu lo itu udah rebut Marsya dari gue. Dan lo yang harus tanggung jawab di sini. Lo pacarnya 'kan?"
Ucapan Brian sungguh membuatku terkejut. Dia mengira bahwa aku pacar Dewa? Oke, sepertinya aku terlalu masuk ke dalam kehidupan Dewa hingga musuhnya pun mengira bahwa aku adalah pacar Dewa. Tidak boleh dibiarkan. "Tidak. Aku bukan pacarnya. Minggir kamu."
Brian terkekeh. Dia mencolek daguku, tetapi aku segera menghindar. Ini benar-benar keadaan yang begitu mencekam. Bagaimana jika dia sampai menyakitiku? Menyekapku? Lalu aku dibawa entah ke mana dan dijual? Oke, stop berpikiran negatif, Lentera!
"Jelas-jelas lo yang selalu deket sama Dewa! Jangan anggap gue bodoh deh. Ikut gue aja. Seberapa jauh nanti cowok lo itu khawatir sama lo. Jadi pahlawan kesiangan untuk lo, mungkin."
Dia menggenggam tanganku erat sehingga aku tak bisa melepaskannya lagi. Aku mencoba membawa tubuhku menjauh, namun keadaan membuatku terkejut bukan main. Brian sudah terkapar di bawah sana. Menoleh ke belakang, sosok Dewa terlihat begitu tersulut emosi. Dia menarik tanganku sehingga aku berdiri di belakang tubuhnya.
"Bangsat! Urusan lo sama gue sialan!" umpat Dewa begitu emosi. Dia berhasil membuat teman-teman Brian babak belur dalam satu waktu.
Dia menggenggam, tangan hangatnya mengalihkan pandanganku. Ku tengok, dia begitu berkeringat. Lantas membawaku menjauh entah ke mana. Namun, lagi dan lagi hal tak terduga terjadi. Dewa tersungkur ke depan karena tendangan keras dari Brian. Rasa-rasanya, aku ingin memekik sekarang juga. Akan tetapi, semua pekikan keras itu tertinggal di kerongkongan. Menyisakan rasa takut yang semakin menjadi-jadi.
"Lo yang rebut Marsya dari gue! Gara-gara lo, gue putus sama Marsya bangsat!"
Brian semakin menjadi-jadi. Dia benar-benar memukul Dewa habis-habisan. Aku meringis kala tanganku digenggam erat oleh teman Brian yang masih sadar. Aku menendang perutnya, mengambil alih kayu yang lelaki itu bawa. Memukul kepala lelaki itu hingga kembali tersungkur. Lalu beralih pada pertengkaran Dewa dan Brian. Kini giliran Brian yang terkapar. Dewa menendang kaki lelaki itu begitu kuat. Lalu menarikku untuk mendekat padanya.