38 - Mengaku Kalah (End).

4.4K 250 29
                                    

Cinta tidak bodoh, kamu yang salah menghampiri jodoh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cinta tidak bodoh, kamu yang salah menghampiri jodoh.
—Kakak Kelas.

🦋

"Pesen nasi goreng satu ya, Mbak. Pedes, sama nggak pakai timun. Btw, saya juga mau ngembaliin diary, Mbak."

Dia masih berdiri sembari tersenyum tipis, menunggu bagaimana reaksiku setelah kalimat yang terlontar dari mulutnya seperti membuat tubuhku dialiri listrik kecil. Tersengat, mengagetkan dan membuat mulutku terkunci rapat. Menyadari yang ku lakukan membuat orang itu menunggu, aku segera bangkit berdiri. Membuatkan pesanan yang orang itu telah katakan. Hingga tangan yang melingkar di pergelangan tanganku membuat aku terdiam kembali.

"Diary punya lo?" tanyanya.

"Iya, Kak."

Segera berpaling dari pandangan matanya yang dalam, aku pergi begitu saja. Merasakan ada yang aneh dengan diriku. Setelah apa yang semua aku harapkan, harapan itu musnah begitu saja setelah melihat bahwa orang yang datang bukanlah Dewa, melainkan Taksa. Mungkin selera makannya sama, sama-sama tidak suka timun yang tersaji bersama dengan nasi goreng. Mungkin, saking penginnya Dewa datang dan berdiri di hadapanku, aku menganggap semua orang yang datang sebagai Dewa. Ah, sudahlah.

Aku terbatuk pelan ketika bau bumbu nasi goreng menyeruak masuk ke dalam hidung dan terasa begitu menyengat. Seperti menggelitik dengan senang sehingga membuatku terbatuk. Setelah selesai, aku menghidangkannya di depan Taksa. Namun, lagi-lagi tatapan matanya tidak tertuju pada apa yang dia pesan, melainkan pada ... diriku?

Dia menggeser buku diary milikku, lalu menepuk tempat duduk di sampingnya. Aku tidak bodoh sama sekali, tipe orang yang jarang berbicara seperti Taksa hanya akan memberi isyarat dan aku mengerti apa yang Taksa inginkan. Lelaki itu ingin aku duduk di sampingnya. Memilih menuruti, akhirnya aku duduk di samping Taksa.

Aku menatap buku diary milikku yang telah lama hilang. Aku tak ada minat untuk membuka buku diary itu. Karena yang aku tau jika Taksa yang menemukan buku itu, dia tidak akan membukanya. Tipe orang seperti Taksa bukanlah orang yang kepo. Mungkin saja, karena itu yang aku lihat selama bersama Taksa.

"Lo kangen sama Dewa?"

Uhuk ... uhuk ...

Aku meletakkan kembali minuman yang sempat aku minum. Rasanya menyakitkan sekali. Seperti ada sesuatu yang tertinggal di tenggorokan. Aku menoleh, bahkan ketika aku kesakitan karena tersedak, Taksa masih bisa biasa saja dan memakan nasi gorengnya tenang. "Eee ... enggak, kok."

Barulah dia menoleh. Menaikkan satu alisnya, lantas terkekeh. Persis sekali ketika dia sedang meledek seseorang. Tunggu, tunggu. Apakah dia sedang meledekku?

"Lucu lo, Ra. Jelas-jelas di mata lo cuma ada kecewa setelah lo lihat gue. Kenapa? Berharap Dewa yang dateng ke lo? Gimana dia mau datang sedangkan lo aja nggak mau jujur sama perasaan lo sendiri, Ra?"

KAKAK KELAS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang