28 - Diary Lentera.

1.8K 207 9
                                    

Kamu adalah kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu adalah kamu. Alasan yang sama setiap orang bertanya mengapa aku bisa mencintaimu.
—Kakak Kelas.

🦋

Merasa sedari tadi diperhatikan, Lentera mendongak. Tepat di hadapannya Dewa tengah tertangkap basah menatapnya. Namun, bukan di situ fokusnya berada. Maula yang sedari tadi berada di belakang Dewa menatap Lentera dengan tatapan tajamnya. Menyiratkan sebuah pesan jika Lentera harus menjauhi Dewa. Lentera berdehem. "Lentera pulang duluan, Kak."

"Oke," balas Dewa kalem dan tenang.

Tak berselang lama Lentera pergi, Maula dan Marsya yang juga kebetulan ada di sana mengikuti Lentera. Dewa tersenyum manis, ia tau ada yang sedang Maula dan Marsya rencanakan. Jika bukan melabrak Lentera, apalagi? Bukankah itu ritual yang siswi senior lakukan jika ada junior yang berani mengusik ketenangan mereka?

Dewa meninggalkan selembar uang berwarna biru dan segera menghampiri ke mana Lentera pergi.

Sedangkan Lentera sendiri sedari tadi celingak-celinguk mencari keberadaan orang-orang yang anehnya tak ada yang lewat di jalanan yang ia ambil. Lentera memukul kepalanya sembari berkata, "Bodoh!"

Memang pantas disebut 'bodoh' karena gadis itu senang sekali uji nyali dengan mengambil jalan pintas yang jelas-jelas begitu mengkhawatirkan untuk dilewati. Lentera mengusap lehernya ngeri. Angin sepoi-sepoi datang mengelus manja setiap inci kulitnya yang malahan membuatnya ketakutan. Lentera menoleh cepat ketika merasakan bayangan seseorang melewati di belakangnya.

Merasa tak mendapati apapun, Lentera melanjutkan langkahnya cepat. Namun tangannya dicekal oleh seseorang.

"Mau ke mana, hm?" tanya Brian yang entah darimana datangnya.

Lentera tergagap seketika. Ia melirik Maula dan Marsya yang ada di sini juga. "K-Kakak ngapain?"

"Lo tanya kita ngapain ke sini? Jelas untuk jemput lo lah cantik ... ke mana lagi coba?" balas Maula sembari mengusap dagu Lentera yang memberontak di dekapan Brian.

"L-lepasin," kata Lentera gemetaran.

Brak!

Tak ingin lama-lama menyaksikan hal konyol itu, Dewa datang dengan rokok yang masih mengapit di antara bibirnya. Dia menatap Brian yang terkapar di tanah. "Ngapain lo ganggu dia lagi?"

Brian bangkit berdiri. Diusapnya bibirnya yang berdarah. Ia tersenyum sinis menatap Dewa. Lantas bertepuk tangan dan menepuk pundak Dewa yang langsung ditepis kasar oleh Dewa. "Wah, wah, dateng juga nih pahlawan kesiangan. Kenapa? Takut dia kenapa-kenapa?" tanya Brian sembari melirik Lentera. "Dia bukan siapa-siapa lo, Wa. Dia cuma pacar temen lo."

Mendengar itu, Dewa dengan brutal memukul Brian. Dia menyugar rambutnya yang basah setelah melihat Brian yang terkapar tak berdaya. "Kalo dia pacar temen gue kenapa? Apa urusannya sama lo? Kalo emang urusan lo sama gue ya sama gue. Nggak usah bawa-bawa Lentera."

KAKAK KELAS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang