19 - Laluna Anjeli.

2.1K 224 17
                                    

Bahkan, dia sudah memiliki seseorang untuk dia dekap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahkan, dia sudah memiliki seseorang untuk dia dekap. Lalu, mengapa aku masih berharap?
–Laluna Anjeli.

🦋

ghama.bs meminta untuk mengikuti Anda.

Aku berdecak. Sudah beberapa kali aku menghapus akun Instagram Dewa dari daftar pengikut. Mengubah Instagram ku menjadi akun pribadi. Akan tetapi, Dewa tetap saja bersikeras untuk mengikuti akun Instagram milikku. Aku mematikan ponsel, duduk dengan kesal sembari meminum air mineral. Hingga derap langkah kaki seseorang membuatku mendongak. Taksa, tengah berdiri di hadapanku dengan senyum manisnya.

"Bicara sebentar, ya, Ra?" tanya Taksa membuatku tersenyum canggung.

"B-boleh. Di mana? Atau di sini aja?"

"Perpustakaan aja gimana? Gue punya rekomendasi novel buat lo."

Entah mengapa jika membicarakan yang namanya novel, mood ku selalu berubah drastis. Aku tersenyum lalu mengangguk. Mengikuti Taksa dari belakang. Beberapa orang yang berlalu-lalang melihat kami dengan tatapan yang entahlah. Seperti memiliki dendam kesumat padaku. Lantai perpustakaan berhasil menyentuh sepatu. Aku tersenyum hangat pada penjaga perpustakaan. Duduk di kursi yang ada sembari menunggu Taksa yang tengah mengambil novel yang katanya bagus itu. Bunyi buku yang diletakkan membuatku menoleh.

"Baca nanti aja. Gue mau bicara sama lo," ujar Taksa memberitahu membuatku menutup kembali lembaran buku yang sudah ku buka.

Taksa berdehem. "Gue minta maaf soal kemarin. Maaf udah tinggalin lo sendirian gitu aja. Gue bener-bener minta maaf. Gue panik, Ra."

Dia meringis, menyatukan tangannya. Aku hanya diam. Masih mencerna apa yang dia katakan. Dan menyusun kalimat apa yang akan aku ucapkan nanti. Ingin memaafkan pun rasanya aku terlalu begitu baik. Tak ingin memaafkan pun rasanya aku yang terlalu egois.

"I-iya, Kak. Lentera maafin."

Sudahlah. Memang itu yang bisa aku ucapkan. Tidak terlalu membawa masalah sepele ini menjadi terlalu rumit nantinya. Taksa tersenyum tipis, mengacak rambutku yang tergerai. Aku balas tersenyum. Walau jauh di dalam sana, aku sedikit merasa tak rela.

"Marah aja, Ra. Keluarin semua unek-unek lo," kata Taksa seakan mengerti apa yang aku rasakan. Dia cenayang, ya?

"Enggak kok, Kak. Lentera enggak apa-apa. Nggak marah juga sama Kakak," balasku.

Dia menoleh. Dengan rambut basahnya yang terkena keringat membuatku terpana. "Gue tau kamus cewek itu kayak gimana. Lo bilang nggak apa-apa berarti lo lagi ada apa-apa sama gue. Cerita aja."

Dia menarik tanganku. Meminta agar aku lebih dekat dengannya. Lalu menyerahkan handuk yang sedari tadi ia bawa. Aku mengambil handuk itu. "Buat?"

"Keringin dulu rambut gue. Sambil cerita, gih." Dia menunjuk rambut lebatnya yang sedikit basah.

KAKAK KELAS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang