37 - Tolong, Aku Rindu!

2.4K 199 12
                                    

Jika itu kamu, maka tidak ada kata 'tidak' yang terucap dari bibirku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika itu kamu, maka tidak ada kata 'tidak' yang terucap dari bibirku.
—Lentera Sagita.

🦋

"Lo tau, Ra? Satu kesialan di hidup gue itu ketika dia pergi, ketika dia udah nggak ada di hidup gue, ketika gue udah nggak jadi orang berarti buat dia. Kenapa? Karena gue udah terjebak dalam cinta yang buat gue bodoh!"

"Halah, palingan nanti juga beberapa hari lagi kamu udah dapet gantinya Fajar."

Angin sepoi menemani sunyi di kelas. Jika aku bisa memutar waktu, aku tak akan mengatakan hal itu pada Senja. Karena satu yang aku tau, kini giliran perkataan itu yang kembali padaku. Aku pikir, aku bisa melupakan semua yang terjadi dalam sekejap waktu. Bahkan ketika detik terus berlanjut saja, tetap Dewa yang selalu hinggap dalam pikiranku. Dia memang sudah pergi, tapi entah mengapa kenangannya selalu melekat dalam pikiran.

Sebuah gumpulan kertas mendarat tepat di kening membuatku menoleh pada sang pelaku yang tengah memegang sapu dan dijadikan gitar. Siapa lagi kalau bukan Senja. Sembari menyanyikan lagu Darah Muda dari Rhoma Irama, dia mengangkat sapu tinggi-tinggi menjadikan sapu itu sebagai mic. Ku kira menemani Senja piket tak akan lama, tetapi nyatanya tak begitu.

"Lo itu masih muda, Ra. Anak muda itu tidak diperkenankan loyo seperti Anda. Harusnya anak muda itu yang strong untuk membangun negara! Ah, galau mulu lo! Lo bakal dapet cowok lain selain Dewa kok, Ra! Yakin deh gue, kek gue nih, udah dapetin gantinya Fajar," oceh Senja panjang dan lebar.

"Bilang aja kamu cuma mau nyenengin diri kamu sendiri pas tau kamu udah ditinggal Fajar. Kamu nggak ikhlas namanya, kamu cuma jadiin dia pelampiasan sekaligus orang yang kamu gunakan buat lupain Fajar. Aneh," balasku asal nyeplos tanpa memikirkan bagaimana perasaan Senja.

Sejak satu semester akhir ini, aku tak pernah melihat Senja bertemu lagi dengan Fajar. Pernah aku lihat terakhir kali Fajar membentak-bentak Senja untuk tak mendekatinya lagi. Dan semenjak itu pula Senja berubah seratus persen, bukan dari segi fisik atau pun kebiasaannya. Gadis itu berubah menjadi sosok gadis yang senang sekali mempermainkan perasaan laki-laki. Seperti sekarang contohnya.

Senja menyenderkan dirinya di depan kelas, tepatnya di depan pintu. "Lo tau, Ra? Kalau gue bisa, gue juga nggak mau stuck di satu orang terus. Cuma, ya gimana? Lo bisa lihat sendiri seberapa pengen gue bisa dapetin Fajar. Dan gue tau, Ra, gue salah."

Aku menepuk pundak Senja. "Cup, cup. Anak muda nggak boleh galau, harus strong untuk memajukan negara."

Senja mengerucutkan bibirnya. "Heh, sialan lo. Ayo balik."

Refleks, aku mengumpat dalam hati. Bagaimana tidak? Sudah ku tunggu, eh malah ninggalin. Aku berlari mengikuti Senja dari belakang. Menunggu angkot di depan sekolah yang sudah tampak sepi. Hingga yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga.

KAKAK KELAS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang