Bersembunyi di balik sandiwara. Menutupi dengan gelak tawa. Bersikap seolah baik-baik saja. Lalu timbullah luka yang sebenarnya.
—Kakak Kelas.🦋
Bersembunyi di balik dinding pembatas agar tak terlihat mata adalah hal yang paling Taksa benci. Ketika ia harus mengetahui hal-hal yang sebenarnya tak ia sukai. Benar, ia kecewa pada Lentera. Namun, apakah hal ini harus dilakukan oleh orang yang seharusnya tak ikut campur urusannya untuk membuat Lentera sakit hati?
"Apa gue perlu balik ke lo, Lun? Setelah gue tau semua yang lo lakukan?"
Merasa muak, Taksa menampakkan wajahnya pada Luna dan teman-temannya. Membuat keempat insan manusia itu tampak terkejut dengan kehadiran orang yang tak terduga-duga. Luna bangkit berdiri. Ia terkekeh tak habis pikir. Jika Taksa bisa muak dengan semuanya, ia juga bisa.
"Tanya hati lo. Mau balik ke gue atau nggak. Tapi gue rasa di sini lo cuma kesepian, Sa. Setelah lo tau orang yang lo suka nggak suka sama lo, lo balik ke gue, orang yang selama ini selalu ada di depan lo tapi nggak pernah lo lihat."
Luna mendekat. Ia menepuk pundak Taksa. "Apa gue bisa dapetin hati lo, Sa? Apa gue bisa runtuhin dinding pertahanan lo? Ketika dinding itu hampir roboh, lo buat balik dinding itu lebih kuat hingga gue sendiri nggak bisa buat hancurkan itu lagi. Gue capek, Sa," lirih Luna terlihat pedih.
"Entah gue yang egois atau lo yang emang nggak bisa buka hati buat gue, gue nggak tau. Semuanya terlihat sama di mata gue. Setelah gue kirim video itu ke Lentera, gue pikir lo akan ngerti perasaan gue. Nyatanya? Nggak." Luna menggeleng pelan, lantas tertawa. Menertawakan dirinya sendiri.
Taksa masih diam. Netranya tak bisa lepas menatap Luna.
"Gue pikir gue bisa rubah status lo dari sahabat jadi pacar, nyatanya? Sama sekali nggak bisa. Setelah gue pikir-pikir, gue nyerah, Sa. Gue nyerah."
"Luna! Lo gila?!" pekik Aurel.
Luna menoleh menatap Aurel, temannya. "Lebih baik gue simpan atau kubur rasa ini dalam-dalam, daripada gue harus kehilangan seorang sahabat, Rel. Setidaknya, jadi sahabat udah jauh lebih baik daripada gue harus kehilangan Taksa karena rasa egois gue. Itu jauh lebih menyakitkan."
Hingga tatapan penuh makna Luna berakhir pada Taksa yang masih bergeming. "Sorry, Sa. Sorry udah pernah suka sama lo. Kasih tau Lentera, gue minta maaf."
Entah ini akhirnya atau tidak, ia bisa merasakan pundak Luna yang sengaja menabrak tubuhnya dan pergi begitu saja. Taksa menoleh, menatap Luna yang sudah perlahan menjauh. Menyisakan rasa kecewa yang sempat Taksa rasakan.
"Gue nggak ngerti di sini yang bodoh siapa. Entah Luna yang selalu berpikiran positif bahwa lo akan balas perasaan dia, atau lo yang menyia-nyiakan Luna begitu aja? Gue nggak tau. Satu yang gue tau cuma ... kesempatan kedua mungkin memang ada, tapi rasanya bakal beda. Seperti gelas yang pecah, lalu diperbaiki, apakah hasilnya akan sama seperti semula? Gue rasa nggak, Sa."
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKAK KELAS [Selesai]
Cerita PendekCover : Pinterest 📌 Konflik ringan. 📌 Quotes setiap part hanya untuk melengkapi. 📌 Minim amanat. 📌 Belum revisi, masih banyak kesalahan. 📌 DILARANG KERAS PLAGIAT! Kesalahan kecil yang dilakukan Lentera, membawa gadis itu pada Dewa. Cowok yang t...