🌼 Tujuh🌼

40.3K 4.9K 38
                                    

Happy reading
_____________________________________

Saat sarapan pertama kalinya untuk Sekar dengan keluarga Biduar lainnya , dia tidak berani mengangkat kepala sama sekali. Dia benar-benar malu atas kejadian tadi malam. Dia tidak sengaja ketiduran saat membaca dan hal itu ternyata menggemparkan seluruh kediaman utama. Bahkan Biduar harus dijemput oleh Abisatya ke sebuah acara besar dikarenakan dirinya menghilang.

Untuk kesekian kalinya Sekar menghela napas kasar. Nasi yang dimakannya pagi ini terasa hambar, walaupun dia hanya mencicipi nya sedikit.

"Ada apa Sekar?" Bisik Lingga yang seperti biasa selalu duduk di sampingnya. Sekar hanya menggeleng lemah.

"Apa kau tidak enak badan?" Tanya Lingga dengan sedikit khawatir. Lagi-lagi Sekar menggelengkan kepalanya. "Jadi ada apa?" Bingung Lingga.

"Kenapa kalian berbisik-bisik saat dimeja makan heh? Waktunya makan yah makan, jangan ada yang berbicara.

Suara Biduar membuat nyali Sekar kembali menciut, ditambah lagi rasa bersalahnya yang telah menggemparkan semua orang.

"Maaf ayahanda, aku hanya khawatir. Sejak tadi Sekar tidak menyentuh makanannya sama sekali, dia juga tidak banyak bicara seperti biasanya"

Pandangan Biduar tertuju pada Sekar yang semakin menundukkan kepalanya. Dari tempat duduknya dia bisa melihat badan Sekar sedikit bergetar, membuatnya sedikit khawatir dengan putrinya itu.

"Ada apa Sekar?" Sekar hanya menggeleng pelan. "Jadi kenapa kau menunduk terus-terusan seperti itu?, Apa ada hal menarik dibawah sana sampai kau tidak menatap ketika aku berbicara?" Ucap Biduar datar.

Sekar tersentak. Dia mengangkat kepalanya dengan cepat. "Maaf ayahanda hamba sudah tidak sopan pada ayahanda"

Wajah semua orang kaget melihat wajah yang sudah penuh air mata dan juga wajah serta hidung yang sudah semerah tomat lantaran dirinya menangis.

"Astaga kau kenapa menangis?" Buru-buru Lingga turun dari kursinya lalu menghapus air mata Sekar dengan sapu tangan miliknya.

Sekar menolak dengan pelan ketika Lingga berniat menghapus air matanya kembali.

"Sekar minta maaf ayahanda. Semalam Sekar sudah mengacaukan kediaman utama dengan lupa waktu dan tertidur di perpustakaan. Sekar benar-benar tidak berniat seperti itu, Sekar cuma ketiduran dan tidak ada maksud lain" ucapnya dengan air mata yang masih mengalir.

Ketiga kakaknya menatap prihatin wajah kacau milik Sekar pagi ini.

"Sudahlah lupakan. Lain kali jangan seperti itu lagi" Biduar mengangkat satu tangannya pertanda agar Sekar berhenti bicara. "Dan ekhhem jangan panggil aku ayahanda, panggil seperti biasa saja"

Sekar dan ketiga kakaknya melongo tak percaya ketika melihat ayahanda mereka seperti sedang salah tingkah.

"Terima kasih papah. Sekar tidak akan seperti lagi nanti" Biduar mengangguk lalu melanjutkan sarapannya.

"Kau hebat sekali sampai bisa membuat ayahanda salah tingkah seperti tadi Sekar" Lingga berbisik sambil mengangkat kedua jempol tangannya.

"Ekhem" Lingga dan Sekar tersentak. "Kalian mau lanjut makan atau mau lanjut bicara?"

"Lanjut makan papah" jawab Sekar cepat.

"Yasudah makan. Dan kau Lingga, cepat selesaikan sarapanmu lalu pergi ke sekolah" seketika Sekar menoleh kepada Lingga dan juga kedua kakaknya.

"Kakak semua sekolah?" Tanya Sekar bingung.

"Iya kami sekolah biar pintar dan berilmu" jawab Abisatya sedikit membanggakan diri.

SEKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang