Sekar benar-benar tidak habis pikir akan pemandangan yang ia lihat sore ini.Seseorang yang cukup dihormati di negeri ini datang berkunjung ke sekolah yang ia buat.
Selama ini hanya ayahnya yang sering berkunjung kesini, itupun karena ini adalah milik putrinya.
Lalu apa ini?
Kenapa seseorang yang akan menjadi presiden di kemudian hari ini malah datang berkunjung ke sekolahannya? Padahal ia baru saja pulang dari tugasnya tadi pagi.
Iya. Sekar memang memberitahu kalau ingin menemuinya cukup datang ke sekolahannya saja, maka Sekar akan ada disana setiap harinya.
Tapi Sekar tidak menyangka kalau ia akan datang secepat ini.
"Mbak..." Mayang menyenggol lengan Sekar yang masih saja bengong menatap Langit.
"Itu lho tamunya disambut kenapa malah bengong...." Mayang gregetan sendiri melihat Sekar.
"Ah iya silahkan duduk tuan Langit" akhirnya Sekar kembali ke kesadarannya.
Ia menuntun langit agar duduk di bale yang memang disediakan untuk umum yang ada di depan sekolahan mereka.
"Maaf, fasilitas kami hanya seperti ini" Sekar meringis ketika menyuruh Langit agar duduk di bale yang terbuat dari bambu.
"Segini saja sudah cukup nona" Langit tersenyum, bahkan sejak tadi ia tidak berhenti tersenyum ketika memasuki area sekolahan milik Sekar.
Dimas misuh-misuh di dalam hati.
Kemana tuannya yang dingin beberapa tahun ini?
Kenapa ketika menghadapi Sekar sikap konyolnya malah ia tunjukkan? Kalau saja bisa, ia sudah memberi pelajaran pada tuannya yang sedang dimabuk cinta ini.
"Tuan juga silahkan duduk, jangan sungkan" perintah Sekar kepada Dimas yang masih saja berdiri.
"Tidak apa-apa nona Sekar, saya berdiri saja" jawab Dimas sopan.
"Sudah tidak apa-apa duduk saja. Saya tidak mau ada penolakan, kalian adalah tamu saya, maka sudah sepantasnya saya memperlakukan kalian dengan baik"
Mau tak mau Dimas akhirnya duduk, namun ia memilih sedikit menjaga jarak dari Langit, takut di hajar tuannya. Bukan Dimas berlebihan, ini saja ia sudah dipelototi karena ikut duduk bersama tuannya.
"Ah Mayang..." Panggil Sekar pada Mayang dan ketiga gadis lainnya yang mengintip dari pintu kelas.
"Iya mbak?" Mayang mendekat dengan malu-malu.
"Kamu buatkan teh Melati dua gelas untuk tamu kita yah" bisiknya pada Mayang.
"Baik mbak"
Mayang dengan buru-buru meninggalkan halaman. Sekar tau apa yang mereka rasakan. Mungkin ada sedikit tertarik dengan tamunya hari ini.
Perlu diketahui bahwa Mayang, Gendhis dan juga Mawar lebih tua darinya 3 tahun.
Karena itu jugalah mereka memanggil Sekar dengan sebutan Mbak. Awalnya Sekar menyuruh mereka agar memanggil ia Sekar atau adik saja, namun ketiganya menolak.
Akhirnya mereka memanggil Sekar dengan sebutan Mbak, itupun karena usulan dari Sekar sendiri, daripada dipanggil ibu lebih baik dipanggil mbak saja.
"Ada acara apa sehingga tuan berkunjung kemari?" Sekar membuka obrolan mereka setelah kepergian Mayang.
"Saya hanya ingin melihat-lihat saja" jawabnya dengan senyuman.
"Tapi kan bisa lain kali tuan. Kalian juga baru sampai tadi pagi, pastinya sangat capek betul kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAR
FantasyGenre : Fiksi Stefani Arsita Prameswari seorang dokter yang namanya sudah sangat dikenal di seluruh penjuru negri. Tertembak oleh tentara sekutu saat sedang menjalankan tugasnya menjadi seorang relawan disebuah negara yang terkena konflik. Dipengh...