Beberapa hari ini kediaman Biduar lumayan ramai karena persiapan pesta ulang tahun Sekar. Undangan juga sudah disebar ke seluruh anggota pemerintahan dan kaum bangsawan lainnya.Bi Arum tampak bahagia, berbeda dengan Sekar sendiri. Beberapa hari sejak permintaannya kepada Biduar yang ingin jalan-jalan keluar rumah tidak disetujui kini, Sekar lebih banyak diam.
Dia bukan sedih, hanya sedang kesal Saja. Dia sibuk memikirkan bagaimana caranya agar bisa membujuk ayahandanya tersebut.
Biduar sedikit khawatir dengan kediaman Sekar yang tidak seperti biasanya. Anak itu sangat aktif dan tak bisa diam, kini ia lebih sering mengurung dikamar dan menghabiskan waktu di perpustakaan.
"Apa ayahanda sangat keterlaluan Gardana?" Tanya Biduar pada putra keduanya itu. Memang sedari dulu Gardana kerap dimintai pendapat oleh Biduar sendiri.
Gardana memang terlihat sangat dewasa dibandingkan umurnya yang baru 9 tahun. Bahkan dia lebih dewasa dari Abisatya kalau soal tingkah laku dan sikap.
"Maaf ayahanda, saya rasa memang begitu" Biduar memijit pelipisnya pelan.
"Aku hanya takut dia diolok-olok oleh orang lain karena perbedaan yang ia miliki" Biduar mendesah pelan.
"Saya rasa tidak akan ada yang berani mengolok Sekar ayahanda. Apalagi dia adalah anak dari salah satu menteri di negara ini"
"Itu tidak bisa menjamin, kamu juga lihat betapa berbedanya dia dengan semua orang" Biduar benar-benar takut kalau putri kecilnya itu akan menderita apabila dicaci orang.
"Dia memang berbeda, tapi perbedaannya bukan sesuatu yang buruk. Dia gadis yang cantik ayah, apalagi warna matanya. Baru kali ini aku menemui manusia dengan dua iris berbeda. Sangat mengagumkan"
Biduar juga sepemikiran dengan Gardana, namun rasa khawatirnya yang berlebihan membuat ia takut.
"Tidak usah takut ayahanda, Sekar gadis yang kuat. Dia juga anak yang cerdas dan ayah sudah melihatnya dengan jelas. Lagian bukankah ayah mengadakan pesta ulang tahun sebagai alat untuk memperkenalkannya ke seluruh dunia, jadi apa yang ayahanda takutkan?"
"Baiklah aku akan menuruti permintaannya nanti" Gardana tersenyum mendengar jawaban luar biasa dari ayahnya.
"Akan disambut baik oleh Sekar ayahanda, aku yakin itu" Biduar ikut tersenyum setelah menentukan pilihannya kali ini.
Semoga saja putrinya tidak membencinya lebih dalam lagi.
🍁🏵️🍂
"Nona cantik sekali" puji bi Arum kala Sekar memakai gaun warna biru terang seperti iris matanya, ditambah renda dibagian pinggang juga bawah baju berwarna merah senada dengan iris matanya yang berwarna merah.
"Bibi terlalu berlebihan" ucap Sekar malu-malu.
"Anda memang cantik nona, baru kali ini saya melihat gadis secantik nona Sekar" puji seorang perias yang ditugaskan mendandani Sekar.
"Aiihhh hentikan! Kalian membuat telingaku seakan terbang mendengar pujian kalian yang terlalu berlebihan itu" ucap Sekar. Mereka yang berada di ruangan Sekar terkikik geli melihat semburat merah di wajah Sekar karena malu.
"Nona, sebentar lagi acara akan segera dimulai, tuan Biduar sudah menunggu nona didepan" sekretaris pribadi ayahandanya kini datang menjemput Sekar.
"Baiklah" Sekar berjalan sambil beriringan dengan bi Arum dan juga sekretaris ayahandanya.
"Papah" Biduar menoleh dan seketika sudut bibirnya terangkat kala melihat penampilan Sekar.
"Cantik seperti yang aku pikirkan" semburat merah yang tadinya hilang kini muncul kembali. Biduar terkekeh geli melihat putrinya yang malu-malu. "Ayok, para tamu sudah menunggu kita di aula" Sekar mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAR
FantasyGenre : Fiksi Stefani Arsita Prameswari seorang dokter yang namanya sudah sangat dikenal di seluruh penjuru negri. Tertembak oleh tentara sekutu saat sedang menjalankan tugasnya menjadi seorang relawan disebuah negara yang terkena konflik. Dipengh...