🌼Lima🌼

45.6K 5.4K 151
                                    

Malam wahay readers sekalian 😊

SEKAR insyaallah bakalan up tiap malam yah

Jangan lupa kasih vote sebagai dukungan kalian untuk cerita ini

Thank you 🌺

Happy reading
_________________

               Wajah bi Arum berseri-seri ketika memasuki kamar milik Sekar.

"Bibi kenapa bahagia sekali?" Tanya Sekar bingung.

"Gimana bibi gak bahagia non, tuan  besar menyuruh saya agar membawa nona ke kediaman utama" ucapnya dengan raut bahagia.

"Dia lagi nge prank kali bi" celutuk Sekar.

"Ngeprank?"

"Aahh itu, maksud Sekar papa mungkin lagi bercanda kali bi. Kan mana mungkin tiba-tiba aku disuruh tinggal di sana" kilah Sekar.

"Ini serius non. Tadi tuan besar sendiri yang bilang sama bibi" disaat Sekar sedang mencerna ucapan bi Arum, Biduar datang membuat semua orang kaget.

"Kau tidak mau pindah ke kediaman utama?" Sekar berbalik dan seketika terkejut melihatnya.

"Ma-maaf tuan, saya hanya belum percaya" gagap Sekar tak berani menatap Biduar.

"Jangan panggil aku tuan, aku bukan tuanmu!" Dengus Biduar tak suka.

"Eh?" Bingung Sekar. Bi Arum menyenggol lengan Sekar.

"Panggil ayahanda nona" bisik bi Arum.

"Ayahanda? Kaku sekali" gumam Sekar dan masih jelas bisa di dengar oleh Biduar.

"Kalau kau tidak suka panggil saja seperti pertama kali kau memanggil aku" ucap Biduar datar.

"Mmmm papah?" Biduar mengangguk sekilas.

"Papah.." Biduar menoleh. "Papah " Biduar melotot karena Sekar terus memanggilnya. "Papah!" Biduar berjengkit kaget kala Sekar memanggilnya dengan lantang.

"Kau mau mempermainkan aku?" Geram Biduar.

"Hehehehe enggak papah, Sekar cuman senang aja sekarang bisa manggil papah" ucapnya dengan cengiran lebar. Tidak ada raut wajah ketakutan disana walaupun sekarang dia ditatap oleh Biduar.

"Kau sesenang itu?"

"Hunggh hungghh" angguk Sekar dengan semangat. Senyuman dibibir Biduar terbit walau hanya sedikit.

"Ayo" Biduar mengulurkan tangannya untuk menggandeng tangan Sekar. Dengan malu-malu Sekar menerima uluran tangan milik Biduar lalu menatap bi Arum dengan senyuman lebar.

Semoga kedepannya kau akan terus bahagia nona, gumam bi Arum dalam hati.

Sekar sedari tadi mencoba menyamakan langkah kakinya dengan milik Biduar, tapi tetap saja dia kewalahan.

"MMM papah" panggil Sekar pelan.

"Kenapa?" Biduar menghentikan langkahnya.

"Jalannya bisa lebih pelan tidak? Sekar tidak bisa melangkah lebar seperti papah" ucapnya dengan bibir mengerucut. Biduar terkekeh melihat wajah lucu milik Sekar.

"Baiklah" bukannya menuruti perkataan Sekar, Biduar malah mengangkat badan mungil itu kegendongan nya.

"Eh?" Pekik Sekar kaget. "Gak digendong juga papah" sebal Sekar.

"Jalanmu lama" Sekar mencibir dalam hati, namun ia tidak bisa apa-apa. Ia mengalungkan tangannya ke leher Biduar agar tidak terjatuh.

"Apa ada sesuatu di wajahku hingga kau terus memandangnya?" Sekar yang masih terpesona memandang wajah Biduar hanya menggeleng." Lalu?" Biduar mengangkat satu alisnya.

SEKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang