🌼Tiga Puluh Enam🌼

15.5K 2.4K 25
                                    

Sudah pukul delapan pagi, namun tidak ada pergerakan dari kamar pribadi milik Sekar. Biduar dan yang lainnya sudah selesai sarapan sejak tadi, bahkan Lingga sudah berangkat sekolah juga.

"Sekar kemana ayah, kenapa tidak datang sarapan?" Tanya Abisatya.

"Tidak tahu. Coba kamu lihat adikmu dulu, aku juga harus berangkat kerja sekarang"

"Baiklah ayah" keduanya berpisah di depan ruang makan. Biduar berangkat kerja, sedangkan Abisatya menuju kamar Sekar.

"Sekar dimana bi?" Tanyanya ketika berpapasan dengan bi Arum.

"Itu tuan, nona Sekar sejak tadi belum bangun. Kamarnya juga masih dikunci belum dibuka sama sekali" khawatirnya.

"Lalu kenapa bibi tidak melapor sejak tadi!" Kesal Abi.

"Maaf tuan, bibi takut mengganggu sarapan tuan dan yang lainnya tadi" bi Arum menunduk dalam, tidak berani menatap Abisatya.

"Sudahlah"

Abisatya berjalan cepat menuju kamar Sekar.

Tok tok tok

"Sekar... Kamu udah bangun belum?"

Tidak ada sahutan dari dalam. Abisatya kembali menggedor pintu dan memanggil Sekar, tapi tetap saja tidak ada sahutan.

"Tidak ada kunci cadangan apa bi?" Paniknya.

"Maaf tuan tidak ada"

"Ahhh sial!" Abisatya menendang pintu karena kesal.

"Jadi harus bagaimana? Kalau Sekar kenapa-kenapa di dalam bagaimana bi?" Ucapnya prustasi.

"Dobrak saja tuan"

"Dobrak kamu bilang? " Bi Arum mengangguk. "Yasudah bibi saja yang dobrak pintu sekuat ini" Abisatya memberi jalan pada bi Arum agar memulai tugasnya.

"Hehehehe bibi mana bisa tuan. Ini kan terbuat dari kayu yang paling bagus, akan susah untuk di dobrak" seru bi Arum memelas.

"Nah itu tau!" Dengus Abisatya.

Keduanya bergerak gelisah, tidak tahu harus bagaimana. Mau di dobrak juga bakalan susah, ini kayu kualitas baik dan pastinya sangat kuat. Bisa remuk tulang Abisatya jika nekat mendobraknya.

"Bagaimana?" Pergerakan keduanya terhenti kala mendengar suara khas sang pemilik rumah.

" Lho? Ayahanda masih disini?" Kaget Abisatya.

"Dimana Sekar?" Biduar mengabaikan pertanyaan anak sulungnya.

"I-itu ayah..."

"Bicara yang jelas Abisatya" helas Biduar dengan suara tegasnya.

"Sekar belum ada keluar sejak tadi pagi ayah. Kamarnya dikunci lalu kami tidak bisa masuk sama sekali. Saya takut Sekar kenapa-kenapa di dalam" Abisatya tidak bisa menyembunyikan rasa paniknya.

Biduar tidak banyak bicara, kaki panjangnya berjalan cepat meninggalkan area kamar Sekar.

Abisatya dan bi Arum saling pandang. Mereka tidak tahu kenapa Biduar pergi begitu saja.

"Minggir!" Abisatya minggir dari pintu kamar Sekar. Takut menjadi bahan amukan ayahnya.

Dengan tergesa Biduar membuka pintu kamar milik Sekar dengan kunci cadangan yang ia pegang.

"Lah, tadi bibi bilang tidak punya kunci serap kamar Sekar, kenapa ayahanda malah punya?" Bi Arum menggeleng tidak tahu.

"Sekar..." Panggil Biduar kala pintu sudah sempurna terbuka.

SEKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang