Setelah sarapan pagi, Sekar mengunjungi tenda medis lalu membantu para tabib memeriksa para pasien."Non Sekar sangat berbakat, dimana nona belajar obat-obatan seperti ini?" Tanya salah satu tabib.
"Saya belajar sendiri" jawab Sekar dengan senyuman.
"Anda hebat sekali nona, bahkan kami yang jadi tabib saja sedari kecil sudah diajari oleh orang tua kami, sedangkan nona hanya belajar sendiri" kagumnya kembali.
"Tidak, bahkan aku belum ada apa-apanya dengan kalian" tolak Sekar.
"Anda sudah sangat baik nona, saya yakin nona bakalan jadi tabib yang hebat nantinya" seru sang tabib dengan semangat.
"Terimakasih atas doanya" Sekar lagi-lagi tersenyum lalu kembali fokus pada pasien yang sedang ia obati.
Selesai dengan kerjaannya, Sekar keluar dari tenda lalu mengernyit kala mendapati hari sangat terik.
"Uhh panas banget" Sekar menghalangi panas matahari dengan tangannya lalu berlari kecil ke tempat para kakaknya duduk di bawah pohon dekat jalan.
Sekar bernapas lega ketika ia sampai didepan disana.
"Hey kamu kenapa?" Panik Langit kala melihat kulit Sekar yang kemerahan.
"Emang aku kenapa?" Bingung Sekar.
"Itu, kenapa kulit kamu merah sekali? Habis kesiram air panas?" Langit panik sendiri.
"Kesiram air panas gundulmu!" Sebal Sekar. "Ini tuh gara-gara aku kena panas matahari tau"
"Owww bisa gitu yah?" Langit menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Adik saya tidak bisa terkena sinar matahari lama-lama tuan muda. Kulit adik saya sensitif" jelas Lingga. Ia mengipasi badan Sekar dengan potongan triplek tipis ditangannya.
"Ka Lingga emang paling tau kemauan Sekar hehehe" cengirnya.
"Ya jelas tau lah. Kan aku kakak paling baik sedunia" Sekar mah mengiyakan saja, dia tidak mau mengajak Lingga ribut, bisa-bisa nanti dia tidak mau mengipasinya lagi.
"Bagaimana keadaan warga yang terluka?" Tanya Langit ketika Sekar mendudukkan pantatnya diatas rumput.
"Sudah mulai membaik yang mulia" Gardana menyunggingkan senyum mendengar bahasa adiknya.
"Tumben kamu mau memanggilku yang mulia" gumam Langit.
"Astaga manusia ini!" Sekar melotot horor pada Langit. "Aku ngomong kasar kau marah, aku ngomong sopan juga protes, mau kau apa sih?" Kesal Sekar. Wajahnya yang tadi sudah mulai normal kembali kemerahan.
"Hehehe mulutnya itu loh adikku sayang" Lingga menutup mulut Sekar dengan tangannya.
Dimas yang sudah tau kalau tuannya tertarik dengan Sekar kini tertawa mengejek.
"Siapa yang suruh kau tertawa Dimas?" Tanya Langit dengan suara dingin. Dimas langsung mengatupkan mulutnya.
Lingga juga Gardana mengusap lengan Sekar agar emosinya turun. Bahkan Lingga kembali mengipasi wajah adiknya.
"Gak usah kuat kali lah! Yang ada lobang hidungku makin besar kalau kakak ngipas pake tenaga dalam begitu!" Lingga terkekeh.
"Biar emosimu turun kembali sayangku" Lingga tetap mengipasi Sekar.
"Hello my baby sweety, what's wrong?" Tiba-tiba Rama muncul dengan membawa sekantong buah jeruk.
"What's wrong what's wrong gundulmu! Kamu gak liat aku lagi kepanasan heh!?" Dongkol Sekar. Kenapa sejak tadi semua orang mengajak dia berantam sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAR
FantasyGenre : Fiksi Stefani Arsita Prameswari seorang dokter yang namanya sudah sangat dikenal di seluruh penjuru negri. Tertembak oleh tentara sekutu saat sedang menjalankan tugasnya menjadi seorang relawan disebuah negara yang terkena konflik. Dipengh...