Kali ini aku up cepat hehehe
Jangan lupa kasih tau kalau ada typo ee.
Kemaren parah sekali my typo 🤭___________________________________
Sekar menatap punggung Langit yang mulai menghilang diambang pintu.
Dua bulan lalu ia kira tidak akan bisa bertemu dengan Langit lagi, namun pikirannya lagi-lagi salah. Bahkan malam itu Langit tidak mempermasalahkan sama sekali soal identitasnya.
Dia memberi Sekar waktu untuk menenangkan diri, padahal bisa saja ia menahannya agar Sekar tidak bisa kemana-mana mengingat bagaimana ia berkuasa di negara ini.
Tapi alih-alih menahan, bahkan ia masih juga membantu Sekar selama bertahan hidup di kota orang saat ini.
"Utangku makin hari makin menumpuk saja kamu buat" ucap Sekar terkekeh.
Malam itu mereka semua beristirahat sebentar lalu melanjutkan perjalanan ketika pagi menjelang.
"Barangmu sudah semua kamu masukkan Sekar?" Tanya Biduar ketika semua orang sudah bersiap.
"Udah pah"
"Bagus kalau begitu. Kita nanti di dalam kereta saja, tidak boleh menunggang kuda" peringat Biduar kembali pada putrinya.
"Sekar paham papah" geramnya. "Masa dari tadi malam ngingetin terus sih?" Biduar hanya menggidikkan bahunya.
Putrinya ini harus sering-sering diperingati, kalau tidak, maka dia akan nekat melakukan sesuatu yang menurut dia menarik. Seperti menunggang kuda misalnya.
Sekar berjalan kearah Langit yang sudah duduk diatas kuda coklat miliknya.
"Oiii..." Coleknya pada lengan Langit.
"Kenapa?" Jawab Langit cuek.
"Mau sampai kapan kamu diam terus begitu? Tunggu aku gebukin dulu baru bersuara?" Langit mendelik kala Sekar mengancamnya.
"Udahlah kamu masuk saja kedalam kereta biar kita langsung berangkat" usir Langit.
Kalau diladeni, bisa-bisa ia tidak akan bisa melupakan Sekar dengan cepat.
"Kalau aku tidak mau bagaimana?" Tantang Sekar. Dia melipat kedua tangannya di dada lalu menatap sinis Langit.
Langit berdecak lalu melotot pada Sekar. "Yasudah kalau begitu kamu tinggal lagi saja disini" jawab Langit acuh.
Sekar memelototkan matanya tak percaya akan kata-kata Langit barusan.
"Kamu serius gak apa-apa kalau aku tinggal lagi disini?"
"Kalau kamu maunya begitu aku harus apa?"
Sekar menghentakkan kakinya kesal. Bisa-bisanya Langit berkata seperti itu padanya. Padahal karena dia jugalah keluarganya datang menjemput ia kesini.
"Awas aja kalau lo nyakapin gue nanti, gue kacangin lo! Biar tau rasa" Sekar membalikkan badannya lalu berjalan kearah kereta yang di tempati ayahnya.
"Nona Sekar ngomong apa sih?" Dimas menggaruk kepalanya tak paham. " Ini juga, kenapa tuan malah cuek begitu pada nona?" Jelas Dimas tak percaya.
"Bukan urusanmu!" Dengus Langit.
"Iya bukan urusanku, tapi saya selalu anda libatkan di setiap masalah yang anda hadapi. Tidak gentleman sekali" cibir Dimas.
"Itu sudah menjadi resikomu karena sudah menjadi babuku"
"Astaga manusia ini!" Dimas ingin sekali mendorong tuannya agar jatuh dan terjungkal dari atas kuda saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAR
FantasyGenre : Fiksi Stefani Arsita Prameswari seorang dokter yang namanya sudah sangat dikenal di seluruh penjuru negri. Tertembak oleh tentara sekutu saat sedang menjalankan tugasnya menjadi seorang relawan disebuah negara yang terkena konflik. Dipengh...