🌼Empat Puluh Tiga🌼

13.8K 2.3K 101
                                    

Hey hey VOTENYA dulu dong sebelum baca ಥ‿ಥ

Kasihanilah author yang masih amatir ini (。•́︿•̀。)

Happy reading
____________________________________

Sejak pagi tadi Sekar bolak-balik didalam kamar sambil menggigit jari jempol tangannya. Ia sedikit khawatir bagaimana menghadapi Langit sekarang.

Tidak bisa juga kan ia bersikap biasa saja padahal sudah tau kalau Langit menyukainya sudah sejak lama.

"Aduuhhh aku harus gimana dong" bingungnya.

"Non Sekar sarapan dulu" panggil bi Arum dari luar kamar.

"Sekar belum lapar bi" jawab Sekar sekenanya.

"Tapi ini udah jam 8 non"

"Yasudah bibi bawa makanannya kesini aja, Sekar malas keruang makan" diluar kamar bi Arum mengangguk lalu segera mengambilkan makanan untuk majikannya.

"Bibi masuk yah non" pamit bi Arum ketika mau memasuki kamar milik Sekar.

"Taruh disitu aja bi" tunjuk Sekar pada meja belajarnya.

"Astaga nona matamu kenapa!?" Kaget bi Arum melihat penampilan Sekar pagi ini.

Lingkaran hitam dibawah matanya sangat kentara, belum lagi rambut yang masih berantakan.

"Nona tidak tidur yah tadi malam?" Selidiknya.

"Sekar gak bisa tidur bi. Kepala Sekar pusing" Sekar merebahkan badannya kembali ketempat tidur.

Dia sebenarnya mengantuk, namun matanya tidak mau terpejam. Sejak tadi malam ia sudah mencoba, namun tetap saja matanya melek terus. Alhasil ia tidak tidur semalaman.

Agak berlebihan memang. Tapi mau bagaimana lagi, pembicaraan mereka tadi malam diruang tengah tidak berjalan dengan lancar. Ayah dan kedua kakaknya jelas-jelas masih mengibarkan bendera perang pada Langit. Padahal jelas-jelas Sekar tidak menyukai pria itu.

Sekar juga bingung bagaimana caranya menghadapi Langit nantinya. Bagaimana ia harus bersikap nanti kalau Langit mengunjunginya?

Tidak mungkin kan ia berpura-pura tidak tahu apapun?

"Astaga aku harus gimana?" Ucapnya prustasi. "Demi Tuhan aku lebih baik dipusingkan karena menghadapi pasien banyak daripada soal perasaan begini"

Bi Arum hanya menatap prihatin pada nonanya. Dia juga tidak bisa membantu banyak, hanya memberi beberapa kata saja tadi malam.

Sekar makan tanpa selera, masih berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk berbicara dengan Langit.

Ditengah makan yang tidak terlalu ia nikmati, matanya berbinar karena menemukan sebuah solusi.

"Iya! Mudah-mudahan ini berhasil" Sekar buru-buru menghabiskan makanannya.

🏵️🏵️

Langit mengerutkan dahinya ketika Dimas memberikan sebuah surat untuknya.

"Dari nona Sekar" ucapnya sebelum Langit sempat bertanya.

"Sekar?" Beo Langit. Dimas mengangguk. Buru-buru Langit membuka sepucuk surat yang ditujukan untuknya.

Selamat siang tuan Langit (•‿•)

Maaf sebelumnya kalau kedatangan surat saya ini membuat waktu tuan terbuang sia-sia.

Saya langsung pada intinya saja. Sore ini kalau tuan ada waktu datanglah kesekolahan, saya ingin membicarakan sesuatu hal dengan tuan.

Terima kasih atas perhatiannya

SEKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang