🌼Lima Puluh Tujuh🌼

11.4K 1.6K 101
                                    

Hai hai selamat malam ,😁

Sorry baru bisa up 🙏

Kalau ada typo kasih tau yah

_____________________________________

"Apa maksudmu?" Hilang sudah rasa hormat Biduar ketika berhadapan dengan Langit dan juga ayahnya.

"Seperti yang sudah saya sampaikan tadi, kami kesini untuk meminta putri kamu Biduar. Anak saya ingin mempersunting Sekar" jelas Arthur sekali lagi.

Kemarin Arthur bahagianya bukan main ketika Langit menyampaikan niatnya untuk segera menikah. Keinginannya untuk memiliki cucu akan segera terlaksana, dirinya langsung mengajak Langit agar menemui Biduar dengan segera.

"Saya tidak setuju" jawabnya dengan lugas dan tanpa perlu berpikir panjang lagi.

Langit yang sejak tadi tersenyum kini menegang. Biar bagaimanapun ia tetap jantungan ketika tidak mendapatkan ijin dari Biduar, karena kata Sekar, ia akan bersedia menikah dengan Langit jika sudah mendapat persetujuan dari ayahnya.

"Alasannya?" Tanya Arthur dengan wajah serius.

"Sekar masih terlalu muda. Lagian kedua kakaknya juga masih belum menikah" Arthur tertawa hambar mendengar jawaban Biduar.

"Ayolah..., Kedua anakmu itu laki-laki Biduar, jadi tidak akan ada masalah kalau Sekar menikah lebih dulu, maka-"

"Tidak bisa!" Potong Biduar dengan cepat.

Arthur menggertakkan giginya. Ia kesal dengan jawaban Biduar yang tanpa berpikir lebih dulu. Sejak dulu keras kepalanya memang tidak pernah berubah.

"Lagian putrimu sudah setuju menikah dengan anakku" ejek Arthur padanya. Biduar memelototkan matanya tak percaya.

"Apa itu benar Sekar?" Tanyanya pada Sekar yang saat ini duduk di hapit oleh Lingga juga Gardana.

Sekar mengangguk pelan.

"SEKAR!" teriak Lingga juga Gardana secara bersamaan. Mereka melotot tak percaya ketika mendengar jawaban dari adik mereka.

"Iya, walaupun begitu aku tetap harus mendapat persetujuan dari papah juga kakak semua" jawabnya dengan menunduk. Arthur tersenyum miring kala mendapati wajah pias Biduar.

"Makanya kamu harus merestui mereka Biduar" ujarnya dengan senyum lebar.

"Tetap saja aku belum setuju" dengus Biduar. " Lagian anakmu terlalu tua untuk putriku yang masih kecil dan muda"

Astaga manusia ini

Geram Arthur dalam hati. Bagaimana lagi caranya ia akan meyakinkan Biduar agar segera menyetujui pernikahan ini.

"Anakku memang sudah tua Biduar. Tapi percayalah, ia akan tetap bisa menjaga Sekar dengan baik. Lagian anakku juga tidak kelihatan tua untuk putrimu Sekar, mereka kelihatan sangat serasi dan mereka juga saling mencintai" jelas Arthur kembali.

"Tetap saja aku tidak setuju. Aku akan mencari orang yang lebih cocok dengan Sekar nantinya"

"Pah~" rengek Sekar ketika mendengar ayahnya ingin mencarikan jodoh untuknya.

"Kamu diam saja Sekar" peringat Lingga. "Dia tidak cocok denganmu, biar aku carikkan laki-laki yang seusia denganmu dan yang lebih baik untukmu" Langit menggeram kala melihat Lingga yang meremehkan dirinya.

"Diluar sana memang banyak yang lebih baik dari saya tuan. Tapi mereka tidak akan mampu menandingi rasa cinta saya kepada Sekar" ia menatap Biduar lalu kepada ketiga sudara Sekar dan yang terakhir ia menatap Sekar dengan lembut. " Saya sudah suka dengan putri anda sejak dia masih berusia 9 tahun dan perasaan itu tidak pernah berubah hingga saat ini" Langit tersenyum kala mendapati wajah Sekar yang memerah karena ucapannya.

SEKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang