Jika Lingga dan Abisatya sedang berpikir keras bagaimana caranya menjauhkan Langit dari Sekar, maka Langit saat ini adalah memikirkan cara agar ia bisa diterima dengan baik oleh Sekar dan juga keluarganya."Kenapa orang-orang selalu menganggap ku gila ketika menunjukkan rasa tertarikku dengan Sekar?. Bukankah aku tidak pernah melampaui batas? Bahkan aku tidak pernah sekalipun menyentuhnya dengan tanganku"
Langit menghembuskan nafas kasar. Pandangannya lurus menatap langit malam yang ditaburi ribuan bahkan jutaan bintang diatas sana.
"Aku tidak pernah berniat jahat atau bahkan ingin memaksa Sekar agar balik menyukaiku. Aku hanya jujur dengan perasaanku sendiri. Aku selalu menahan diri bahkan tak pernah berani menyentuhnya walau seujung jari pun, itu kulakukan karena aku menghormatinya sebagai wanita terhormat"
Langit mengingat kembali reaksi ayahnya ketika ia menyampaikan perasaannya. Memang apa salahnya kalau dia menyukai gadis kecil itu?.
"Bahkan tatapan kakak bungsunya saja tadi sore jelas sekali menunjukkan ketidaksukaan denganku"
Langit menyandarkan punggungnya pada dinding. Begitu berat tantangan yang harus ia hadapi ketika menyukai Sekar.
"Salahkah kalau aku menaruh perasaan padanya Tuhan? Bukankah perasaan yang aku rasakan saat ini adalah murni karena Engkau? Atau--- mungkin aku yang salah?"
Wajahnya benar-benar menunjukkan rasa prustasi. Kalau memang benar orang-orang menghalangi niatnya maka ia juga akan benar-benar menunjukkan kalau ia pantas untuk dijadikan dan bersanding dengan Sekar.
"Iya. Akan aku tunjukkan kalau aku juga pantas untuknya!" Langit mengepalkan tangannya lalu tersenyum lebar menatap langit malam.
Arthur menggelengkan kepala ketika mendengar omongan anaknya barusan. Iya, dia menguping. Pasalnya semenjak kembali ke kediaman tadi sore anaknya sedikit lebih pendiam. Dan alasannya karena Sekar.
"Sebegitu berpengaruhnya putrimu pada anakku Biduar" kekehnya pelan.
"Putrimu memang luar biasa dan sangat patut kalau anakku sampai tergila-gila dengannya. Maafkan aku kalau tidak bisa mencegah putraku untuk tidak mendekati putrimu. Anakku saat ini sedang jatuh hati dan sepertinya sudah masuk level akut pada putrimu"
Lagi-lagi Arthur hanya bisa terkekeh. Ia memang tidak bisa menyalahkan anaknya yang suka dengan gadis kecil itu. Bagaimanalah, rasa suka itu hadir secara murni tanpa ada paksaan. Namun sepertinya umur membuatnya cukup berat untuk anaknya lalui.
Ia tidak akan menahan langit, tapi akan selalu mengawasinya dari jauh. Dia juga tidak akan memaksa Biduar untuk menyerahkan putri semata wayangnya. Biarlah ini menjadi urusan anak muda.
Biarlah anaknya berusaha, masalah jodoh atau tidaknya biarkan Tuhan yang mengatur.
"Aku harap ketika saat itu tiba, apapun keputusan yang putrimu ambil maka aku tidak akan keberatan sama sekali Biduar. Hubungan kita bukan hanya sebatas Presiden dan Menteri saja. Tapi hubungan kita sudah seperti keluarga yang sudah jauh hari dihubungkan oleh moyang kita dahulu"
Arthur meninggalkan halaman depan, ia tidak mau ikut campur dalam urusan perasaan anaknya ini.
Jika dahulu ia menentang keinginan Langit karena berpikiran kalau anaknya itu hanya sebatas tertarik saja, tapi kini ia yakin kalau anaknya benar-benar mencintai Sekar.
"Aku tidak tau ini adalah sebuah keberuntungan atau petaka mempunyai anak sekeras kepala dirinya"
🍁🏵️🍂
"Kamulah yang masuk sana" Abisatya mendorong Lingga.
"Kakaklah yang masuk, kenapa harus aku?" Lingga juga mendorong Abisatya. Tak mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAR
FantasyGenre : Fiksi Stefani Arsita Prameswari seorang dokter yang namanya sudah sangat dikenal di seluruh penjuru negri. Tertembak oleh tentara sekutu saat sedang menjalankan tugasnya menjadi seorang relawan disebuah negara yang terkena konflik. Dipengh...